BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Ghafir Ayat 66-69

Tafsir Surah Ghafir Ayat 66-69

Tafsir Surah Ghafir Ayat 66-69 menegaskan kembali kekuasaan Allah, bahwa Dialah Tuhan yang sepatutnya untuk disembah, Tuhan yang menciptakan manusia dari ketiadaan menjadi ada. Maka, tidaklah pantas jika manusia menyembah berhala sebagai tuhan, padahal berhala itu hanyalah patung yang mereka buat sendiri, bahkan tidak bisa memberi manfaat sedikitpun kepada mereka.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah GhafirAyat 62-65


Ayat 66

Pada ayat-ayat ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar mengatakan kepada orang-orang musyrik dan orang-orang kafir bahwa Allah melarangnya menyembah tuhan yang mereka sembah, selain dari Allah.

Pengertian menyembah tuhan-tuhan selain Allah itu ialah menghambakan diri kepada sesuatu, menganggapnya mempunyai kekuatan gaib seperti kekuatan Allah, memohon pertolongan, dan meminta sesuatu kepadanya.

Dalam ayat ini disebutkan bahwa tuhan-tuhan itu berupa patung-patung. Akan tetapi, pengertian ini mencakup segala macam benda atau makhluk yang disembah dan dimohon pertolongan kepadanya, seperti sungai-sungai, batu-batu keramat, kuburan yang dianggap keramat, dan sebagainya.

Selanjutnya Rasulullah diperintahkan untuk menyatakan bahwa Allah melarangnya menyembah selain Allah, dan mengemukakan bukti-bukti dan dalil-dalil berupa ayat-ayat Al-Qur’an, maupun berupa perintah agar memperhatikan kejadian alam ini.

Dengan merenungkan kejadian alam dan ayat-ayat Al-Qur’an, maka orang akan sampai kepada kesimpulan bahwa yang berhak disembah itu hanyalah Allah semata.

Pada akhir ayat ini, Allah memerintahkan agar tunduk dan patuh kepada-Nya, memurnikan ketaatan hanya kepada-Nya, karena Dialah Tuhan Pemilik semesta alam.

Ayat 67

Dialah yang menjadikan manusia dari tanah, menjadi setetes mani, dari setetes mani menjadi sesuatu yang melekat, dan segumpal darah menjadi segumpal daging, kemudian dilahirkan ke dunia dalam bentuk manusia.

Jumhur ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Allah men-ciptakan manusia dari tanah ialah bapak manusia yaitu Adam yang diciptakan Allah dari tanah.

Sebagian ahli tafsir menerangkan bahwa yang dimaksudkan dengan Allah menjadikan manusia dari tanah ialah Allah menjadikan manusia dari sari pati yang berasal dari tanah.

Seorang bapak dan seorang ibu memakan makanan yang berasal dari tanah, dari binatang ternak, dan tumbuh-tumbuhan. Binatang ternak memakan tumbuh-tumbuhan dan berkembang dengan menggunakan zat-zat yang berasal dari tanah.

Makanan yang dimakan ibu atau bapak itu merupakan sumber utama untuk membentuk sel telur atau sperma. Sel telur ibu bertemu dengan sperma bapak dalam rahim ibu, sehingga menjadi segumpal darah dan seterusnya.

Allah lalu menerangkan bahwa manusia yang diciptakan-Nya dari tanah itu mengalami hidup dalam tiga masa; yaitu:

  1. Masa kanak-kanak.
  2. Masa dewasa.
  3. Masa tua.

Baca Juga : Sejarah dan Dinamika Tradisi Kelisanan Al-Qur’an dari Masa ke Masa


 Di antara manusia ada yang diwafatkan Allah pada masa kanak-kanak, ada pula pada masa dewasa, dan ada yang diwafatkan setelah berusia lanjut. Ketentuan kapan seorang manusia meninggal itu berada di tangan Allah semata.

Proses kejadian manusia itu diterangkan dalam ayat ini agar dapat menjadi bahan renungan dan pemikiran bagi orang-orang yang berakal, sehingga mereka beriman kepada Allah Pencipta seluruh makhluk.

Ayat 68

Allah memerintahkan agar Rasulullah menyampaikan kepada orang-orang musyrik bahwa Allah yang wajib disembah itu adalah Tuhan Yang menghidupkan manusia dari tidak ada kepada ada, menghidupkan kembali sesudah matinya, dan mematikan seluruh makhluk pada waktu-waktu yang telah ditentukan-Nya.

Dia adalah Tuhan Yang Mahakuasa dan Maha Pencipta. Jika berkehendak menciptakan sesuatu, Allah cukup mengatakan, “Jadilah,” maka jadilah sesuatu itu.

Ayat 69

Allah memerintahkan agar Rasulullah menyampaikan kepada orang-orang musyrik bahwa Allah yang wajib disembah itu adalah Tuhan Yang menghidupkan manusia dari tidak ada kepada ada, menghidupkan kembali sesudah matinya, dan mematikan seluruh makhluk pada waktu-waktu yang telah ditentukan-Nya.

Dia adalah Tuhan Yang Mahakuasa dan Maha Pencipta. Jika berkehendak menciptakan sesuatu, Allah cukup mengatakan, “Jadilah,” maka jadilah sesuatu itu.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Ghafir 70-76


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Mengenal Aquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar: Metode dan Perkembangannya

0
Kini, penerjemahan Alquran tidak hanya ditujukan untuk masyarakat Muslim secara nasional, melainkan juga secara lokal salah satunya yakni Alquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar....