BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Shad Ayat 30-32

Tafsir Surah Shad Ayat 30-32

Sebelumnya telah dijelaskan bagaimana keistimewaan dari sifat Nabi Daud. Adapun Tafsir Surah Shad Ayat 30-32 kali ini berbicara tentang kewibawaan Nabi Sulaiman sebagai penerus dari trah Nabi Daud AS. Tentunya, Sulaiman juga memiliki keistimewaan tersendiri yang dianugerahkan oleh Allah padanya.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Shad Ayat 28-29


Ayat 30

Allah menjelaskan bahwa di samping dianugerahi kemuliaan dan kekuasaan, Daud juga dianugerahi putera yang saleh, yang mempunyai kemampuan melanjutkan perjuangannya, yaitu Sulaiman. Ia mewarisi sifat-sifat ayahnya.

Ia terkenal sebagai hamba yang taat beribadah dan dalam segala urusan ia selalu bersyukur kepada Allah. Ia yakin bahwa segala macam kenikmatan dan keindahan itu terwujud hanyalah semata-mata karena limpahan rahmat Allah dan karunia-Nya.

Itulah sebabnya ia disebut sebagai hamba Allah yang paling baik, dan sebagai pujian yang pantas diberikan kepadanya. Allah menyifatinya sebagai hamba-Nya yang amat taat kepada-Nya.

Dengan demikian, Allah mengangkat Nabi Sulaiman menjadi nabi penerus kenabian dan kerajaan Nabi Daud, serta mewarisi ilmu pengetahuannya yang tertuang dalam Kitab Zabur.

Allah berfirman:

وَوَرِثَ سُلَيْمٰنُ دَاوٗدَ

Dan Sulaiman telah mewarisi Daud. (an-Naml/27: 16);

Ayat 31

Allah menyebutkan salah satu di antara peristiwa yang dihadapi Sulaiman, yang menyebabkan dia pantas mendapat pujian. Peristiwa itu terjadi pada saat beliau memeriksa pasukan berkuda yang biasanya dilakukan pada sore hari.

Kuda-kuda itu dilatih agar dapat diketahui ketangkasan dan kemampuan geraknya sehingga memungkinkan untuk dibawa dalam medan pertempuran.

Juga dilatih kemampuannya untuk mengurangi kecepatannya atau berhenti seketika dan ditingkatkan daya tahannya menghadapi serangan-serangan mendadak. Kuda-kuda itu dilatih sedemikian rupa agar dapat dikendalikan sesuai dengan taktik yang dikehendaki oleh pasukan yang mengendarainya.

Ketangkasan kuda ikut menentukan berhasil tidaknya pasukan dalam menguasai medan perang dan mematahkan serangan musuh.


Baca Juga : Quraish Shihab: Ada Isyarat Kedamaian Pada Ayat-Ayat Perang


Ayat 32

Kemudian Allah menjelaskan keadaan Sulaiman pada saat menyaksikan latihan kuda itu. Ia mengatakan bahwa ia menyukai kuda karena sangat berguna untuk digunakan sebagai alat menegakkan kebenaran dan membela agama Allah.

Kesenangannya melatih kuda itu sedemikian dalamnya, sehingga tiap sore hari ia mengunjungi tempat latihan kuda hingga matahari terbenam di ufuk langit bagian barat yaitu hingga cahaya matahari mulai sirna, dan gelapnya malam menghalangi pemandangannya untuk menyaksikan latihan itu.

Pada saat-saat itulah terjadi pergolakan dalam dirinya, kepentingan manakah yang harus didahulukan di antara kedua kepentingan. Kepentingan pertama ialah kesadaran jiwanya untuk beribadah kepada Allah.

Sedangkan kepentingan kedua ialah melatih kuda untuk kepentingan menegakkan kebenaran dan membela kalimat tauhid. Dalam keadaan seperti itu, ia menyadari bahwa apabila ia menyaksikan latihan berkuda itu hingga larut malam, berarti ia mengabaikan ibadah yang harus ia lakukan.

Pada ayat ini tidak dijelaskan secara terperinci apakah kesenangan Sulaiman memeriksa latihan kuda itu menyebabkan ia kehilangan waktu untuk melakukan ibadah atau tidak.

Begitu pula tidak diterangkan mana yang didahulukan oleh Sulaiman, memeriksa latihan kuda atau melaksanakan ibadah. Namun yang dapat dipahami dari ayat tersebut ialah pada saat dia asyik menyaksikan latihan kuda, terbetiklah dalam hatinya kesadaran beribadah kepada Allah.

Apabila keasyikannya itu dituruti, niscaya berlarut-larut hingga kehilangan kesempatan untuk bermunajat dengan Allah.

Maka pengertian yang patut diambil dari ayat ini ialah, pergolakan yang terjadi pada diri Sulaiman itu ialah penyesalan karena tidak melakukan ibadah kepada Allah pada awal waktunya, karena sibuk menyaksikan latihan kuda. Kemudian ia sadar dan melaksanakannya di akhir waktu.

 (Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Shad 33-35


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Q.S An-Nisa’ Ayat 83: Fenomena Post-truth di Zaman Nabi Saw

0
Post-truth atau yang biasa diartikan “pasca kebenaran” adalah suatu fenomena di mana suatu informasi yang beredar tidak lagi berlandaskan asas-asas validitas dan kemurnian fakta...