BerandaTafsir TematikTafsir Tematik SurahTafsir Surah Yasin ayat 76: Cara Allah Swt Mengobati Kesedihan Nabi

Tafsir Surah Yasin ayat 76: Cara Allah Swt Mengobati Kesedihan Nabi

Sebelumnya telah dijabarkan bagaimana Allah mencela sikap manusia yang kufur akan nikmat-Nya, di mana seharusnya mereka beryukur agar mendapat nikmat tambahan, justru mereka berpaling dan kembali melakukan kemaksiatan. Sikap mereka yang demikian lantas membuat nabi murung dan bersedih, hal inilah yang akan kita bahas dalam tafsir surah yasin ayat 76, yakni perihal Allah yang menghibur nabi dikala ia dirundung kesedihan. Berikut Allah berfirman

فَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْ ۘاِنَّا نَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ وَمَا يُعْلِنُوْنَ

  1. Maka jangan sampai ucapan mereka membuat engkau (Muhammad) bersedih hati. Sungguh, Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.

Perjalanan dakwah nabi Muhmmad Saw tak pernah surut dari lika-liku ujian. Tak jarang beliau mendapat hinaan, baik tentang Allah, ajaran yang ia bawa, atau bahkan pribadinya sendiri, hingga kadang membuatnya bersedih. Diantara tuduhan yang disampaikan orang kafir dalam surah ini adalah Muhammad seorang penyair.

Baca Juga: Tafsir Surah Yasin ayat 69-70: Al-Quran Bukan Syair, Ini Penjelasannya

Karena itu, beberapa mufassir seperti Razi, Thabari, Zuhaili, dan lainnya, sepakat bahwa ayat ini secara khusus ditujukan Allah kepada nabi untuk menghiburnya.

Artinya, kesedihan adalah sifat alami (fitrah) tiap individu manusia, sekalipun ia seorang nabi/rasul. Diayat lain yang serupa, Allah juga kerap kali menghibur kesedihan Muhammad Saw. Seperti dalam surah Yunus ayat 65, firmannya:

وَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْۘ اِنَّ الْعِزَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًاۗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Dan janganlah engkau (Muhammad) sedih oleh perkataan mereka. Sungguh, kekuasaan itu seluruhnya milik Allah. Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

Nilai yang bisa diambil dalam ayat-ayat demikian adalah urgensi – sebagai hamba –menyandarkan segala bentuk kesedihan kepada Allah Sw. Hal inilah yang diterapkan oleh para nabi dan orang-orang soleh.

Sebagaimana al-Qur’an juga mengabadikan kesedihan Ya’qub dalam surah Yusuf ayat 86, Allah berfirman:

قَالَ اِنَّمَآ اَشْكُوْا بَثِّيْ وَحُزْنِيْٓ اِلَى اللّٰهِ وَاَعْلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Dia (Yakub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.

Mengutip dari Tafsir Kementerian Agama ayat diatas menceritakan bagaimana Ya’qub bersedih atas – isu – kematian Yusuf. Ia berkata kepada anak-anaknya yang lain,

“Wahai anak-anakku kalian jangan mencercaku, aku tidak pernah mengadu kepadamu sekalian, begitu juga kepada manusia yang lain tentang kesedihan dan kesusahanku. Sebab aku hanya mengadu kesusahan yang menimpaku kepada Allah Swt….dst”

Nilai lain yang bisa dipetik yakni tidak berlarut dalam kesedihan. Ini sekaligus menegaskan bahwa kesedihan itu wajar, yang dilarang adalah larut bahkan terbenam dalam kesedihan itu.

Karena itu Al-Biqa’i menerangkan bahwa kata yahzunka (يَحْزُنْكَ) dalam ayat ini, dimakanai dengan tidak larut dalam kesedihan. Dan cara meredam kesedihan tersebut yakni dengan sesegera mungkin mengingat Allah Swt.

Dalam kitab Nashaih al-‘Ibad, Imam Nawawi al-Bantani menjelaskan bahwa ada dua kategori kesedihan, ia berkata:

هَمُّ الدُنْيَا بِظُلْمِ القَلْبِ وَهَمُّ الْأَخِرَةِ بِنُوْرِ القَلْبِ

Sedih karena perkara dunia dapat menggelapkan hati, sedangkan sedih karena perkara akhirat dapat menerangkannya (hati)”

Hati merupakan wadah yang lengkap, ia menampung berbagai macam karakter perasaan manusia, termasuk rasa sedih.

Karena itu, apapun bentuk dari kesedihan kita, hendaklah menyandarkannya kepada Sang Pemiliki Hati. Bahkan Dia tidak canggung mengajak kita untuk berdialog (baca:curhat) kepadanya. Allah berfirman:

اِلَّا تَنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّٰهُ اِذْ اَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ اِذْ هُمَا فِى الْغَارِ اِذْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ فَاَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلَيْهِ وَاَيَّدَهٗ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا السُّفْلٰىۗ وَكَلِمَةُ اللّٰهِ هِيَ الْعُلْيَاۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

Ada banyak faktor yang menyebabkan kesedihan, diantaranya; jauh dari Allah, bermaksiat, tidak dapat menjalankan kebaikan, dihina, berpisah dengan orang yang disenangi, dsb.

Cara lain mengobati perasaan sedih tersebut selain aspek internal dengan Allah: beribadah, membaca al-Quran, berzikir, dan lainnya. Seperti dalam hadith:

مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Siapa yang melazimkan beristighfar, maka Allah jadikan baginya jalan keluar atas segala kesulitannya. Allah juga akan memberikan kelapangan atas segala kesempitan dan kesusahannya. Serta memberinya rezeki dari jalan yang tak disangka-sangka. (HR Abu Dawud, an-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Hakim).

Baca Juga: Tafsir Surah Yasin Ayat 68: Tafakkur Siklus Umur Manusia

Juga dengan mendekat (berteman) pada orang-orang Sholeh. Sebab, mereka adalah peranan penting yang juga diceritakan al-Quran – seperti dalam QS. Taubah: 40 diatas – untuk menghilangkan kesedihan yang sedang dialami. Disisi lain, juga untuk menilai manakah kawan yang setia bersama, baik dalam keadaan senang maupun susah.

Sebagaimana Abu Bakar yang menemani nabi kapanpun, serta mampu menenangkan sahabarnya itu ketika khawatir dengan kejaran orang-orang kafir, disaat yang sama juga sedang bersedih karena diusir dari tempat kelahirannya. Abu Bakar berkata, “jangan bersedih sahabatku, sesungguhnya Allah bersama kita”.

Demikian kiranya tafsir ringkas surah yasin ayat 76. Nantikan series tafsir yasin selanjutnya, semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

Fahmi Azhar
Fahmi Azhar
Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dan aktif di CRIS Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...