Tafsir Surah Yunus Ayat 21-22 berbicara mengenai kekuasan dan kasih sayang Allah kepada manusia, namun sebagian manusia mengingkarinya. Salah satunya ketika diberi kebahagiaan mereka lupa bahwa itu merupakan anugerah Allah Swt.
Baca sebelumnya: Tafsir Surah Yunus Ayat 20
Selanjutnya Tafsir Surah Yunus Ayat 21-22 bebicara mengenai anugerah Allah berupa kemampuan berjalan, berlayar, terbang dan memberikan banyak sekali potensi agar bisa dimanfaatkan oleh manusia.
Ayat 21
Ayat ini menerangkan sifat orang kafir pada umumnya dan sifat orang musyrik pada khususnya. Bahwa bila Allah memberikan suatu kelapangan kepada mereka setelah menderita suatu kesukaran atau kebahagiaan sesudah mereka sengsara, mereka tidak mengakui bahwa kelapangan dan kebahagiaan itu datangnya dari Allah, sehingga mereka tidak mensyukuri-Nya.
Apabila rahmat Allah datang kepadanya berupa hujan yang diturunkan dari langit yang menumbuhkan tanam-tanaman dan menghidupkan binatang ternak, mereka menyatakan bahwa itu adalah berkat berhala dan sembahan-sembahan mereka, atau mereka mengatakan bahwa hujan itu turunnya secara kebetulan saja, karena musim hujan telah tiba.
Jika mereka ditimpa kesukaran, kemudian kesukaran itu hilang maka mereka mengatakan bahwa kesukaran itu hilang semata-mata karena mereka sendiri adalah orang-orang yang pandai menghilangkan kesukaran dan termasuk orang-orang yang bernasib baik.
Hal yang seperti ini telah dilakukan oleh Fir’aun dan kaumnya setiap mereka menerima azab Allah dan setiap mereka terlepas dari azab itu. Hal yang sama dilakukan orang-orang musyrik Mekah terhadap Nabi Muhammad saw dan pengikut-pengikutnya.
Diriwayatkan oleh al-Bukhāri dari Abdullah bin Mas’µd bahwa tatkala orang-orang Quraisy menyakiti Rasul sampai melampui batas, Rasulullah saw berdoa kepada Allah agar orang musyrik ditimpakan azab berupa musim kemarau seperti tahun kemarau yang terjadi pada masa Nabi Yusuf.
Maka merekapun ditimpa musim kemarau yang sangat dahsyat, hingga mereka terpaksa makan tulang dan bangkai. Karena kekeringan dan panas yang sangat tinggi, penglihatan mereka menjadi berkunang-kunang dan berasap sebagai dilukiskan Allah dalam Surah ad-Dukhān/44 ayat 10.
Maka datang-lah Abu Sufyan, pemimpin Quraisy kepada Muhammad saw, ia berkata, “Ya Muhammad, sesungguhnya engkau memerintahkan kepada kami mengada-kan hubungan silahturrahim, dan sesungguhnya kaummu telah binasa, maka mohonkanlah kepada Allah agar mereka dilepaskan dari kesulitan itu.
Maka Rasulullah berdoa kepada Allah, lalu kesulitan dan malapetaka itu pun berakhir dan turunlah hujan. Ternyata, tidak berapa lama, mereka kembali mengingkari Rasulullah dan memusuhinya.
Karena sikap mereka yang demikian itu, maka Allah memerintahkan kepada Rasulullah saw untuk menyampaikan peringatan kepada orang-orang musyrik itu bahwa Allah lebih cepat siksa-Nya dari tipu daya mereka, Allah telah menyiapkan azab yang akan ditimpakan kepada mereka, sebelum mereka sempat mengatur siasat tipu daya untuk menghancurkan Islam dan kaum Muslimin.
Semua amalan baik dan buruk akan dicatat oleh malaikat yang telah ditugaskan Allah. Tidak ada satu pun dari perbuatan manusia, baik yang kecil maupun yang besar yang tidak dituliskannya. Kemudian di akhirat nanti, setiap manusia akan memperoleh balasan segala perbuatannya itu. Perbuatan buruk dibalas dengan siksa neraka, sedang perbuatan baik dibalas dengan kenikmatan surga.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa semua pembicaraan manusia dicatat oleh malaikat dan keberadaan malaikat itu ditegaskan oleh ayat ini.
Baca juga: Perdebatan Nabi Musa dengan Fir’aun tentang Hakikat Tuhan
Ayat 22
Dalam ayat ini, Allah menunjukkan kemampuan, kekuasaan, dan anugerah-Nya kepada manusia seraya berfirman, Dialah Allah yang telah memberikan kepadamu (manusia) kesanggupan berjalan di darat, berlayar di lautan, dan terbang di udara dengan memberikan kepadamu kesempatan untuk mempergunakan beraneka macam sarana seperti bintang, kapal, dan sebagainya.
Dengan alat angkutan tersebut kamu dapat mencapai berbagai keinginanmu dan untuk bersenang-senang.
Dengan kesanggupan dan kemampuan yang diberikan-Nya itu, manusia diuji dan dicoba oleh Allah, sehingga nampak jelas watak dan tabiatnya, yang diibaratkan Allah sebagai berikut: dengan kesanggupan yang diberikan-Nya itu, manusia membuat sebuah bahtera yang dapat mengarungi samudera luas.
Tatkala mereka telah berada dalam bahtera itu dan ia berlayar membawa mereka dengan bantuan hembusan angin yang baik dan ombak yang tenang, mereka pun bergembira. Tiba-tiba datanglah angin badai yang kencang dan ombak yang menghempas dari segenap penjuru, sehingga timbullah kecemasan dan ketakutan dalam hati mereka.
Mereka merasa tidak akan dapat lagi melihat matahari yang akan terbit pada esok harinya karena hempasan ombaknya yang dahsyat.
Karena itu mereka pun berdoa kepada Allah seraya merendahkan diri dengan penuh keikhlasan, sambil menyesali perbuatan yang pernah mereka lakukan, agar Allah melepaskan mereka dari gulungan ombak yang maha dahsyat itu, mereka mengucapkan, “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya jika engkau lepaskan kami dari malapetaka yang akan menimpa kami, tentulah kami menjadi orang-orang yang mensyukuri nikmat yang telah Engkau berikan.”
Baca setelahnya: Tafsir Surah Yunus Ayat 23-24
(Tafsir Kemenag)