Secara keseluruhan Tafsir Surat Adz-Dzariyat Ayat 37-42 membahas tentang akibat yang harus diterima kaum terdahulu karena membangkang terhadap seruan para Nabi dan Rasul. Yang diceritakan pada Tafsir Surat Adz-Dzariyat Ayat 37-42 ini yaitu kisah tentang kaum Nabi Luth sebagaimana lanjutan dari penafsiran sebelumnya, serta menceritakan akibat yang diterima oleh kaum Firaun yang membangkang terhadap seruan Nabi Musa a.s. Dari kisah yang dijelaskan dalam Tafsir Surat Adz-Dzariyat Ayat 37-42 menuntun kita untuk mentafakkuri setiap kejadian yang terdapat dalam kisahnya.
Baca Sebelumnya: Tafsir Surat Adz-Dzariyat Ayat 30-36
Ayat 37
Pada ayat ini Allah swt menerangkan, bahwa peristiwa penghancuran kaum Lu¯ hendaknya dijadikan peringatan bagi orang-orang yang takut kepada Allah, dan bekas-bekas peristiwa itu dapat dilihat tanda-tandanya yaitu tumpukan batu-batu tempat diturunkan azab yang telah amblas (masuk ke dalam bumi) dan berbentuk sebuah danau yaitu danau Tabariyah (laut mati). Ayat ini mengandung isyarat, bahwa jika pada sebuah kota terdapat unsur kekafiran dan kefasikan yang sudah merajalela, maka jumlah orang mukmin yang sedikit tidak dapat meng-halang-halangi datangnya azab, dan bila mayoritas penduduknya terdiri dari umat yang saleh, maka mereka dapat terpelihara dari azab, walaupun terdapat di dalamnya beberapa orang yang durhaka kepada Tuhan.
Ayat 38
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa dalam kisah Musa terdapat suatu iktibar untuk orang-orang yang berpikir. Yaitu ketika Allah mengutus Musa kepada Fir’aun dengan mengemukakan keterangan yang meyakinkan serta diperkuat dengan mukjizat yang nyata yang dapat disaksikan dengan mata kepala manusia pada waktu itu.
Ayat 39
Namun, Firaun menolak ajaran Musa dan membangkang seraya mengatakan bahwa apa yang dibawa oleh Musa itu adalah kebohongan belaka. Penolakan Firaun dilakukannya dengan berbangga atas bala tentaranya, pengawalnya, menteri-menterinya, kekuatan dan kekuasaannya sambil berkata, “Sesungguhnya Musa itu tukang sihir yang ahli atau orang gila.” Ucapan Firaun seperti itu diungkapkan dalam Al-Qur’an:
قَالَ اِنَّ رَسُوْلَكُمُ الَّذِيْٓ اُرْسِلَ اِلَيْكُمْ لَمَجْنُوْنٌ ٢٧
Dia (Firaun) berkata, “Sungguh, rasulmu yang diutus kepada kamu benar-benar orang gila.” (asy-Syu’ara/26: 27);Firaun bermaksud agar kaumnya menolak seruan Musa, sehingga mereka tidak memperhatikan serta memikirkan apa yang telah diserukan. Hal ini disebabkan Firaun takut kehilangan pengaruhnya, dan keruntuhan kekuasaannya, serta takut akan kehilangan kekayaan, wibawa dan kedudukannya.
Baca Juga: Surat Asy-Syuara Ayat 65 – 68: Kisah Kehancuran Firaun dan Tentaranya
Ayat 40
Ayat ini menerangkan bahwa Allah swt sangat murka kepada Firaun dan bala tentaranya. Mereka semua dilemparkan dan dibenamkan ke dalam laut dengan mendapat cercaan karena kekufuran dan kedurhakaan mereka.
Hal yang demikian itu sebagai tanda besarnya kekuasaan Allah untuk merendahkan orang-orang yang ingkar dan sebagai tanda bahwa mereka menerima akibat yang buruk. Juga sebagai balasan atas kesombongan dan keingkaran mereka terhadap perintah pencipta.
Ayat 41-42
Kemudian dalam ayat ini Allah swt menceritakan tentang kisah binasanya kaum ‘²d. Bahwa bencana yang menimpa kaum itu mestinya dijadikan iktibar bagi orang-orang yang berpikir. Yaitu ketika Allah swt menurunkan angin panas yang membinasakan mereka sehingga tidak satu pun yang tersisa kecuali kehancuran dan kemusnahan, baik manusia dan hewan maupun bangunan. Tegasnya tidak seorang pun dari mereka yang selamat akibat angin panas dan hembusan api itu, lagi pula tidak satu bangunan pun yang tidak musnah, semuanya menjadi puing-puing dan hancur lebur.
(Tafsir Kemenag)
Baca Setelahnya: Tafsir Surat Adz-Dzariyat Ayat 43-46