Pada Tafsir Surat Al An’am Ayat 51-52 ini Allah swt memberikan peringatan dan penyampaian kepada mereka yang ingkar kepada risalah Nabi Muhammad saw. Sedangkan pembahasan yang lalu merupakan perintah untuk menyampaikan risalah.
Baca sebelumnya: Tafsir Surat Al An’am Ayat 50
Salah satu pengingkaran yang di sebutkan dalam Tafsir Surat Al An’am Ayat 51-52 ini adalah sebuah sebab nuzul yang berkisah tentang keengganan pemuka Quraisy terhadap risalah Nabi Muhammad saw. Pasalnya mereka tidak mau satu level dengan penerima risalah Nabi Muhammad saw dari kalangan bawah. Memang pada saat itu yang menerima risalah Nabi kebanyakan dari kalangan bawah.
Namun lebih lanjut dalam Tafsir Surat Al An’am Ayat 51-52 ini Allah swt menginformasikan kepada bahwa umat-umat terdahulu yang pertama-tama menerima risalah nabinya datang dari kalangan bawah. Hal ini terjadi karena mereka tidak ada urusan dengan gengsi. Pembahasan ini ditutup dengan himbauan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw agar tidak memangdang rendah hamba Allah swt dari kalangan manapun.
Ayat 51
Sebab turun ayat ini diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim dan at-Tabrani dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Para pembesar Quraisy lewat di hadapan Rasulullah saw, dan di dekat beliau ada para sahabat yang dianggap rendah kedudukannya oleh orang-orang Quraisy, seperti Suhaib, Ammar, Khabab dan yang lainnya, para pembesar Quraisy itu berkata:
“Ya Muhammad, apakah kamu rela mereka yang rendah derajat itu menjadi pengganti kami? Apakah mereka itu orang-orang yang dikaruniai Allah di antara kita? Apakah kami akan menjadi pengikut mereka? Maka singkirkanlah mereka dari kamu, mudah-mudahan jika mereka telah tersingkir, kami akan mengikuti engkau.” Maka Allah menurunkan ayat ini.
Pada ayat ini Allah memerintahkan Rasul-Nya agar memberi peringatan dan menyampaikan ancaman Allah kepada orang-orang yang mengingkari seruannya, setelah pada ayat-ayat yang lalu Allah memerintahkan agar menyampaikan risalah. Hal ini adalah wajar, karena orang yang diberi peringatan dan ancaman itu telah sampai kepadanya seruan Rasul dan pelajarannya, sehingga dapat mengambil manfaat dari ajaran itu, sesuai dengan firman Allah swt:
اِنَّمَا تُنْذِرُ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ ۗوَمَنْ تَزَكّٰى فَاِنَّمَا يَتَزَكّٰى لِنَفْسِهٖ ۗوَاِلَى اللّٰهِ الْمَصِيْرُ
Sesungguhnya yang dapat engkau beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada (azab) Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka yang melaksanakan salat. Dan barang siapa menyucikan dirinya, sesungguhnya dia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah tempat kembali. (Fatir/35: 18)
Firman Allah swt:
اِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمٰنَ بِالْغَيْبِۚ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَّاَجْرٍ كَرِيْمٍ
Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia. (Yasin/36: 11)
Allah memerintahkan Nabi Muhammad agar memberi peringatan kepada orang-orang yang telah beriman, yang telah mengakui adanya hari akhirat, dan adanya suatu hari yang pada hari itu manusia menghadap Allah mempertanggungjawabkan segala perbuataannya yang telah dilakukannya di dunia, dan tidak seorang pun yang dapat menolong yang lain, sebagaimana tersebut dalam firman Allah swt:
يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِّنَفْسٍ شَيْـًٔا ۗوَالْاَمْرُ يَوْمَىِٕذٍ لِّلّٰهِ
(Yaitu) pada hari (ketika) seseorang sama sekali tidak berdaya (menolong) orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah. (al-Infitar/82: 19)
Orang-orang yang benar-benar beriman selalu berusaha menyempurnakan takwanya kepada Allah, selalu mencari keridaan-Nya, tanpa menggantungkan diri kepada orang lain seperti wali-wali dan orang saleh. Mereka yakin dan percaya bahwa iman, amal dan kebersihan jiwa dapat membebaskan mereka dari segala siksaan Allah.
Adapun orang-orang kafir, mereka tidak perlu diberi peringatan, karena peringatan dan ancaman itu tidak berfaedah baginya, mereka tidak percaya sedikit pun bahwa iman, amal dan kebersihan jiwa dapat membebaskan mereka dari siksaan Allah.
Ayat 52
Allah memperingatkan agar Rasulullah jangan sekali-kali mengabaikan orang-orang yang menyembah dan menyeru Allah pagi dan petang, semata-mata untuk mencari keridaan Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, walaupun mereka itu adalah orang-orang yang termasuk golongan rendah dalam masyarakat.
Mereka beribadah, beramal dan bersedekah semata-mata karena Allah, tidak menginginkan pujian dari manusia, sebagaimana tersebut dalam firman Allah swt:
اِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللّٰهِ لَا نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزَاۤءً وَّلَا شُكُوْرًا
(sambil berkata), ”Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridaan Allah, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu. (al-Insan/76: 9)
Firman Allah:
وَمَا لِاَحَدٍ عِنْدَهٗ مِنْ نِّعْمَةٍ تُجْزٰىٓۙ ١٩
اِلَّا ابْتِغَاۤءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْاَعْلٰىۚ ٢٠
وَلَسَوْفَ يَرْضٰى ࣖ ٢١
Dan tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat padanya yang harus dibalasnya. Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Mahatinggi. Dan niscaya kelak dia akan mendapat kesenangan (yang sempurna). (al-Lail/92: 19-21)
Sekalipun di antara mereka ada orang yang dipandang rendah kedudukannya dalam masyarakat, tetapi dia di sisi Allah adalah orang yang paling mulia. Allah swt berfirman:
اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
… Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (al-Hujurat/49: 13)
Baca juga: Kriteria Orang Bertakwa dalam Al-Quran Surat Yunus Ayat 133-135
Ayat di atas dan sebab turunnya mengisyaratkan kepada Nabi Muhammad, bahwa telah berlaku sunatullah atas beliau seperti yang telah berlaku pada rasul-rasul terdahulu, yaitu kebanyakan dari orang-orang yang lebih dulu beriman dan mengikuti seruan mereka adalah orang-orang yang mempergunakan akal pikirannya, tetapi mereka adalah orang-orang yang miskin atau orang-orang yang dipandang hina oleh masyarakatnya, sedangkan pemuka-pemuka masyarakat dan orang-orang kaya memusuhi dan mengingkari seruan rasul, sebagaimana firman Allah swt.
وَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْ قَرْيَةٍ مِّنْ نَّذِيْرٍ اِلَّا قَالَ مُتْرَفُوْهَآ ۙاِنَّا بِمَآ اُرْسِلْتُمْ بِهٖ كٰفِرُوْنَ ٣٤
وَقَالُوْا نَحْنُ اَكْثَرُ اَمْوَالًا وَّاَوْلَادًاۙ وَّمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِيْنَ ٣٥
Dan setiap Kami mengutus seorang pemberi peringatan kepada suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) berkata, ”Kami benar-benar mengingkari apa yang kamu sampaikan sebagai utusan.” Dan mereka berkata, ”Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami tidak akan diazab. (Saba′/34: 34-35)
Firman Allah swt:
فَقَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ مَا نَرٰىكَ اِلَّا بَشَرًا مِّثْلَنَا وَمَا نَرٰىكَ اتَّبَعَكَ اِلَّا الَّذِيْنَ هُمْ اَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِۚ وَمَا نَرٰى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍۢ بَلْ نَظُنُّكُمْ كٰذِبِيْنَ
Maka berkatalah para pemuka yang kafir dari kaumnya, ”Kami tidak melihat engkau, melainkan hanyalah seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang yang mengikuti engkau, melainkan orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya. Kami tidak melihat kamu memiliki suatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami menganggap kamu adalah orang pendusta.” (Hµd/11: 27)
Allah memperingatkan Nabi Muhammad, bahwa dia tidak berwenang menilai perbuatan orang-orang yang berdoa dan menyembah Allah pagi dan petang, sebagaimana pula mereka tidak berwenang menilai perbuatan Rasul. Yang berwenang menilai semuanya hanyalah Allah karena Dia Pemilik dan Penguasa alam semesta ini.
Orang-orang mukmin bukanlah budak dan bukan pula pesuruh atau pegawai Rasul, mereka adalah hamba Allah yang selalu mencari keridaan-Nya, sedang Rasul adalah utusan Allah yang bertugas menyampaikan wahyu kepada manusia.
Allah swt berfirman :
فَذَكِّرْۗ اِنَّمَآ اَنْتَ مُذَكِّرٌۙ ٢١ لَّسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍۙ ٢٢
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya engkau (Muhammad) hanyalah pemberi peringatan. Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (al-Gasyiyah/88: 21-22)
Oleh sebab itu, janganlah sekali-kali Nabi Muhammad mengusir orang-orang yang menyembah dan menghambakan diri, pagi atau petang itu. Jika Nabi saw, melakukannya maka berarti ia termasuk orang-orang yang zalim, karena yang berwenang menilai dan memberi balasan itu hanyalah Allah semata.
Baca setelahnya: Tafsir Surat Al An’am Ayat 53-55
(Tafsir Kemenag)