BerandaTafsir TahliliTafsir Surat Al A'raf ayat 97-100

Tafsir Surat Al A’raf ayat 97-100

Allah senantiasa mengingatkan manusia untuk tidak mengikari ajaran yang dibawa oleh para Nabi. Untuk itu Allah mengisahkan pula dalam Tafsir Surat Al A’raf ayat 97-100 ini terkait orang-orang yang ingkar dan tidak menggunakan akalnya. Dalam Tafsir Surat Al A’raf ayat 97-100 ini disebutkan orang-orang yang ingkar tersebut disebabkan oleh kenikmatan hidup sehingga lupa kepada Allah.

Peringatan ini tidak hanya ditujukan kepada kaum kafir saja akan tetapi berlaku juga untuk orang mukmin agar tidak terlena sebab sejatinya sifat orang beriman adalah pemaaf, pengasih dan juga ingat akan adzab Allah. Tak lupa dalam Tafsir Surat Al A’raf ayat 97-100, khususnya pada ayat 98 Allah juga mencela perbuatan orang-orang yang lalai.


Baca Tafsir Sebelumnya: Tafsir Surat Al A’raf ayat 95-96


Ayat 97

Dalam ayat ini Allah memberi peringatan kepada orang-orang yang ingkar, dalam bentuk suatu pertanyaan, “Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman ketika siksaan Kami kepada mereka datang di malam hari pada waktu mereka tidur?” Maksudnya ialah bahwa azab Allah itu ditimpakan kepada mereka yang telah mendapatkan seruan para rasul tetapi mereka ingkar dan tidak menggunakan akalnya.

Sebab seandainya mereka itu mau berpikir dan mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa yang telah dialami oleh umat-umat yang terdahulu, akibat tenggelam dalam kenikmatan hidup sehingga mereka lupa kepada Allah yang memberikan nikmat, niscaya mereka akan merasa cemas tentang kemungkinan datangnya azab Allah kepada mereka. Kecemasan semacam itu, tentu akan mendorong mereka segera memperbaiki tingkah-laku, antara lain dengan menjauhkan diri dari segala macam kemusyrikan dan kemaksiatan, akan tetapi kenyataannya tidak demikian.

Mereka bahkan merasa aman dan tidak mempunyai kekhawatiran sedikitpun akan datangnya siksa Allah kepada mereka. Hal ini tampak dari tingkah-laku mereka, yang terus tenggelam dalam kenikmatan, serta tetap dalam kemusyrikan dan bermacam-macam kemaksiatan kepada Allah.

Ayat 98

Dalam ayat ini, sekali lagi Allah mencela tingkah-laku orang-orang yang ingkar, yaitu mereka tampak tidak mempunyai kekhawatiran tentang kemungkinan datangnya azab Allah ketika mereka dalam keadaan lalai.

Dengan firman ini Allah memperingatkan mereka bahwa azab-Nya mungkin saja menimpa mereka ketika mereka sedang lalai baik pada waktu tidur pagi hari, maupun pada waktu mereka asyik berfoya-foya, sehingga mereka tidak akan sempat lagi mempersiapkan diri untuk keselamatan mereka. Oleh sebab itu, sebaiknya mereka insaf dan waspada terhadap azab Allah, apalagi mereka telah mendengar seruan rasul dan nasihat-nasihat yang diberikan kepada mereka untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Ayat 99

Dalam ayat ini sekali lagi Allah mengulangi celaan-Nya terhadap tingkah-laku orang-orang kafir, “Apakah mereka aman terhadap azab Allah yang tidak terduga-duga?” Kemudian Allah menjelaskan bahwa orang-orang seperti merekalah yang akan merugi.

Dengan firman-Nya ini Allah menegaskan bahwa orang yang berakal sehat dan memegang teguh fitrah yang dikaruniakan-Nya kepada manusia serta memperhatikan peristiwa dan kejadian sejarah serta memperhatikan ayat-ayat Allah, tentu tidak akan merasa aman dari kedatangan azab-Nya.

Akan tetapi mereka yang ingkar ini benar-benar telah kehilangan akal  sehat serta fitrah yang dikaruniakan Allah kepada mereka dan tidak pula mau memperhatikan peristiwa-peristiwa sejarah serta ayat-ayat Allah, sehingga mereka betul-betul telah menjadi orang yang merugi. Mereka sudah kehilangan kekhawatiran terhadap datangnya azab Allah padahal mereka senantiasa berbuat kemaksiatan dan kemusyrikan.

Bagi orang yang beriman, sikap yang tepat ialah yakin tentang sifat pemaaf dan pengasih yang ada pada Allah, namun demikian ia harus senantiasa takut kepada azab-Nya yang mungkin datang menimpa dirinya tanpa diduga sebelumnya, sebagai akibat dari perbuatan yang dilakukannya. Oleh sebab itu, mereka senantiasa berhati-hati dan menghindarkan diri dari hal-hal yang akan menyebabkan datangnya azab tersebut pada dirinya.

Dalam Al-Qur’an orang-orang kafir biasa disebut “orang-orang merugi?” Maka orang-orang yang kehilangan rasa kekhawatiran terhadap azab Allah, sama halnya dengan orang-orang yang berputus-asa terhadap ampunan dan rahmat Allah, kedua sifat tersebut adalah termasuk sifat-sifat orang kafir, yang disebut juga orang-orang yang merugi.

Ayat 100

Dalam ayat ini ditegaskan bahwa umat yang mewarisi suatu negeri setelah lenyapnya penduduk negeri itu karena ditimpa siksaan Allah akibat keingkaran mereka kepada-Nya, memahami dan meyakini bahwa Allah kuasa untuk menimpakan azab tersebut kepada mereka karena dosa-dosa mereka apabila dikehendaki-Nya. Juga Allah kuasa untuk mengunci mati hati nurani mereka, sehingga mereka tak dapat lagi menerima pelajaran dan nasihat agama dan tidak mau beriman.

Sebagaimana telah disebutkan pada bagian terdahulu, Allah telah mengutus beberapa orang rasul kepada umat mereka sebelum diutusnya Nabi Syu’aib kepada umatnya. Umat-umat terdahulu telah ditimpa azab Allah karena dosa-dosa dan keingkaran mereka kepada Allah. Azab yang menimpa mereka adalah sedemikian hebatnya, memusnahkan mereka sedemikian rupa, sehingga mereka seolah-olah tidak pernah hidup di muka bumi ini.

Setelah mereka itu lenyap, Allah mendatangkan umat yang baru untuk menghuni negeri tersebut. Umat yang baru ini mengetahui sejarah umat terdahulu itu, karena buku-buku dan kitab-kitab suci mereka menyebutkan hal itu. Mereka mengetahui apa yang dialami umat tersebut, yaitu azab yang dahsyat. Dan mereka tahu hal-hal yang menyebabkan didatangkannya azab tersebut kepada mereka, yaitu lantaran dosa-dosa dari keingkaran mereka kepada Allah dan Rasul-Nya.

Seharusnya mereka dapat mengambil pelajaran dari peristiwa sejarah,  dapat memahami bahwa Allah kuasa untuk menimpakan azab yang serupa itu kepada diri mereka bila mereka berbuat dosa dan kemaksiatan seperti umat yang terdahulu itu.

Ayat tersebut tidak hanya merupakan peringatan bagi orang-orang kafir, melainkan juga bagi orang-orang muslim. Setelah mengetahui sebab-sebab ditimpakan azab kepada umat para Rasul yang terdahulu  dan setelah mengetahui sunnatullah mengenai umat-umat yang berdosa, maka seharusnya kita menjauhkan diri dari kesalahan-kesalahan serupa itu, agar kita tidak ditimpa azab Allah yang akan menyebabkan kita kehilangan segala-galanya.


Baca Juga: Benarkah Musibah adalah Adzab dari Allah? Gus Baha: Bukan Hak Kita Menjudge!


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian I)

0
Diksi warna pada frasa tinta warna tidak dimaksudkan untuk mencakup warna hitam. Hal tersebut karena kelaziman dari tinta yang digunakan untuk menulis-bahkan tidak hanya...