BerandaTafsir TahliliTafsir Surat Al Maidah Ayat 101-102

Tafsir Surat Al Maidah Ayat 101-102

Tafsir Surat Al Maidah Ayat 101-102 berbicara tentang himbauan Allah swt agar kita sebagai hamba seyogianya memasrahkan diri kepada Allah swt. Termasuk menerima dengan lapang dada apa yang telah diturunkan dan disampaikan oleh rasulNya. Tidak perlu mempertanyakan hal yang tidak penting agar nantinya tidak memberatkan diri kita sendiri.

Berbeda dengan pembahasan sebelumnya yang membahas terkait larangan bagi orang yang sedang ihram.


Baca sebelumnya: Tafsir Surat Al Maidah Ayat 96-100


Termasuk pertanyaan yang tidak penting adalah bentuk pertanyaan yang diniatkan untuk menguji seorang nabi misalnya. Itu sangat tidak dianjurkan. Maka pembahasan Tafsir Surat Al Maidah Ayat 101-102 membahas bahwa keridaan itu penting agar nantinya tidak terjebak dalam prilaku yang tidak baik yang akan merugikan diri kita sendiri.

Selanjutnya Tafsir Surat Al Maidah Ayat 101-102 ini menyinggung kembali kejadian yang menimpa umat masa terdahulu dimana mereka terjebak dalam pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri yang pada akhirnya merugikan diri mereka sendiri. Karena setelah diberi penjelasan atas pertanyaannya mereka ingkar terhadap penjelasan itu. Oleh karenanya rida dan menerima apa adanya menjadi begitu penting bagi seorang hamba.

Ayat 101

Dalam ayat ini Allah memberikan bimbingan kepada hamba-Nya, agar mereka menerima apa-apa yang telah diturunkanNya dan yang telah disampaikan oleh rasul-Nya kepada mereka, agar mereka tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang beraneka ragam, bila jawaban pertanyaan itu diberikan kepada mereka maka akan terasa memberatkan mereka sendiri, karena akan dirasakan menambah beban dan kewajiban mereka.

Apalagi jika pertanyaan yang diajukan itu dimaksudkan untuk menguji Nabi, apakah Alquran sama atau tidak dengan kitab suci yang mereka terima, atau mereka bahkan mencari keringanan dari berbagai kewajiban yang dibebankan Allah.

Selanjutnya ayat ini menjelaskan, bahwa apabila mereka menanyakan sesuatu yang belum jelas kepada Nabi ketika turun ayat yang berkenaan dengan masalah itu, dan pertanyaan tersebut memang perlu dijawab untuk memahami isi dan maksud dari ayat tersebut, maka Allah membolehkannya. Bahkan kita disuruh bertanya jika ada hal yang belum kita pahami, sebagaimana firman Allah pada Surah an-Nahl/16: 43:

وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ اِلَّا رِجَالًا نُّوْحِيْٓ اِلَيْهِمْ  فَسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَۙ

Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.(an-Nahl/16: 43)


Baca juga: Kesabaran Nabi Ayyub Yang Diceritakan Al-Quran


Akhir ayat ini menegaskan, bahwa Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha Penyantun. Maksudnya: ialah, Allah mengampuni orang-orang yang mengajukan pertanyaan yang benar-benar berfaedah, dan hal-hal yang tidak disebutkan dalam kitab-Nya, dan hal-hal yang tidak dibebankan-Nya kepada hamba-Nya, dan larangan-Nya kepada mereka untuk tidak mengajukan pertanyaan kepada Rasul yang bersifat menguji atau mengejek dapat menambah beratnya beban mereka, larangan ini merupakan rahmat-Nya kepada hamba-Nya; sehubungan dengan ini, Rasulullah telah bersabda:

إِنَّ الله َفَرَضَ فَرَائِضَ، فَلاَ تُضَيِّعُوْهَا، وَنَهٰى عَنْ أَشْيَاءَ فَلاَ تَنْتَهِكُوْهَا وَحَدَّ حُدُوْدًا فَلاَ تَعْتَدُوْهَا، وَعَفَا عَنْ أَشْيَاءَ مِنْ غَيْرِ نِسْيَانٍ فَلاَ تَبْحَثُوْا عَنْهَا

(رواه الدار قطنى)

Sesungguhnya Allah telah menentukan beberapa kewajiban yang harus kamu tunaikan, maka janganlah disia-siakan; dan Dia telah melarang kamu dari melakukan beberapa macam perbuatan, maka janganlah kamu melanggarnya; dan Dia telah menetapkan beberapa pembatasan, maka janganlah kamu lampaui; dan Dia telah memaafkan kamu dari berbagai hal, bukan karena lupa, maka janganlah kamu mencari-carinya.(Riwayat ad-Dāruqutni)

Sehubungan dengan ampunan Allah yang tersebut dalam ayat ini, dapat juga dipahami, bahwa Allah memaafkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan sebelum larangan ini, sehingga dengan demikian Allah tidak menimpakan siksa, karena amat luasnya ampunan dan kesantunanNya kepada hambaNya. Ini sesuai dengan firman-Nya pada ayat-ayat yang lain, di antaranya ialah:

عَفَا اللّٰهُ عَمَّا سَلَف

Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. (al-Ma′idah/5:95)

Ayat 102

Ayat ini mengingatkan kaum Muslimin, bahwa banyak bertanya mengenai masalah-masalah hukum agama seperti yang mereka lakukan itu, telah pernah terjadi pada bangsa-bangsa terdahulu, akan tetapi setelah mereka diberi jawaban dan penjelasan, mereka tidak mau melaksanakannya, bahkan mereka membelakanginya, karena mereka anggap terlalu berat.

Kemudian mereka mengingkari hukum-hukum tersebut, atau mereka mengatakan bahwa hukum-hukum tersebut tidak datang dari Allah. Bagaimana pun juga, semuanya adalah merupakan kekafiran, yang patut dikenakan azab, baik di dunia maupun di akhrat.


Baca setelahnya: Tafsir Surat Al Maidah Ayat 101-102


(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...