Bulan Maulid (Rabiul Awal) ini merupakan momen yang pas untuk kembali mengeja dan mengaji keteladanan Nabi Muhammad saw. Salah satu dari banyak teladan akhlak Nabi Muhammad saw yang akan diulas di sini adalah penghormatan Nabi yang luar biasa terhadap ibundanya dan kaum ibu.
‘Saya adalah anak dari seorang perempuan Quraisy yang (juga) makan daging dendeng”, potongan hadis Nabi yang dijadikan quote oleh Bint Syathi’ di halaman awal bukunya, Umm an-Nabi ini menjadi petunjuk yang valid bahwa Nabi Muhammad saw, manusia berakhlak mulia ini sangat menghormati dan memuliakan ibunya. Bahkan, di tempat yang mempunyai tradisi berbangga-banggaan dengan nama sang ayah, Nabi Muhammad saw malah dengan sangat bangga menyebutkan identitas ibundanya di belakang namanya. Faktor ini yang menjadikan teladan Nabi Muhammad ini menjadi sangat istimewa.
Betapa agung dan luhur budi pekerti Nabi Muhammad saw. Pujian ini disampaikan oleh Allah dalam ayatNya, surat Al-Qalam ayat 4.
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS. Al-Qalam [68]: 4)
Satu dari banyak rekaman sejarah tentang keluhuran akhlak Nabi Muhammad saw adalah episode penghormatan Nabi Muhammad kepada ibundanya. Sebagaimana diketahui, Sayyidah Aminah, ibunda Nabi Muhammad saw wafat ketika anak semata wayangnya berumur enam tahun, kebersamaan yang sangat singkat antara ibu dan anak.
Baca juga: Inilah Alasan Mengapa Umat Islam Harus Mengenal Rasulullah SAW
Meskipun demikian, hal itu tidak mengurangi penghormatan Nabi Muhammad kepada ibundanya, bahkan keagungan sikap yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad ketika memuliakan ibundanya tersebut menjadi pedoman dan teladan bagi umat manusia seluruhnya dalam menghormati ibunya. Hal ini juga tidak lepas dari sikap Nabi Muhammad saw yang juga sangat menghormati kaum ibu. Ini faktor kedua yang menjadikan teladan akhlak Nabi Muhammad tersebut menjadi sangat revolusioner.
Beberapa riwayat penghormatan Nabi Muhammad saw kepada ibundanya
- Quarish Shihab dalam Membaca Sirah Nabi Muhammad menukil beberapa riwayat tentang penghormatan Nabi Muhammad kepada ibundanya. Misal riwayat hadis tentang prioritas utama berbakti kepada kedua orang tua daripada kewajiban lainnya,
لَوْ كُتْتُ أَدْرَكْتُ وَالِدِي أَوْ أَحَدُهُمَا وَأَنَا فِي صَلَاةِ الْعِشَاءِ وَقَدْ قَرَأْتُ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ تُنَادِي: يَا مُحَمَّدُ، لَأَجَبْتُهَا لَبَّيْك.رواه البيهقي
Seandainya aku mendapati kedua orang tuaku atau salah seorang dari mereka memanggilku “Wahai Muhammad,” sedang saat itu aku dalam keadaan shalat isya dan telah membaca al-Fatihah, niscaya pasti aku menjawab “Keperkenankan panggilanmu.” (HR. al-Baihaqi)
Hadis ini menurut Quraish Shihab menggambarkan keluhuran budi pekerti Nabi Muhammad. Sampai-sampai, hadis ini digambarkan memenuhi panggilan kedua orang tua akan lebih didahulukan daripada kewajibannya kepada Allah. Begitulah teladan akhlak Nabi Muhammad saw.
Satu lagi riwayat tentang penghormatan Nabi Muhammad kepada ibundanya yaitu ketika Nabi selalu mampir berziarah ke kuburan sang ibunda setiap melewati lokasi kuburan beliau. Dikisahkan pula bahwa Nabi sampai menangis, hingga para sahabat (yang bersamanya) juga ikut menangis. Ketika ditanya sebab tangisannya, Nabi menjawab, ‘Aku disentuh oleh rahmat ibuku, maka aku menangis.’
Baca juga: Mengenal Nabi Muhammad saw Lebih Dekat Melalui Al-Quran dan Hadis
Selain menginformasikan kisah tangisan Nabi ketika ziarah ke makam ibunya, riwayat di atas juga mengajarkan kepada kita semua, umat Nabi Muhammad saw bahwa bakti anak kepada ibundanya tidak berhenti ketika ibu meninggal dunia. Bakti itu bisa terus dilanjutkan antara lain dengan mendoakan ibu, melanjutkan dan melaksanakan kebaikan-kebaikan yang dicontohkan dan diajarkan ibu, senantiasa menyambung silaturahim dengan saudara ibu, teman-teman ibu, menghormati para ibu, dan lainnya.
Teladan Akhlak Nabi Muhammad saw kepada kaum ibu
Sikap hormat luar biasa kepada kaum ibu yang juga diberikan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw dapat kita lihat dari beberapa riwayat dan penjelasan berikut:
Surat Luqman ayat 14
Ayat ini mendeskripsikan keadaan seorang ibu ketika hamil, melahirkan dan menyusui. Dalam kondisi ini ia lemah dalam segala hal, mual, muntah, pusing, badan terasa sakit semua, makan tidak enak, tidur apalagi, bolak-balik ke kamar mandi, cepat merasa lelah, menjadi lebih sensitif dan masih banyak yang lainnya. Ketika melahirkan pun harus berjuang antara hidup dan mati.
Berlanjut setelah melahirkan ada yang Namanya baby blues sindrom, yaitu gangguan suasana hati yang dialami oleh ibu setelah melahirkan. Kondisi ini menyebabkan ibu mudah sedih, lelah, lekas marah, menangis tanpa alasan yang jelas, mudah gelisah, dan sulit untuk berkonsentrasi. Lantas, masihkah kita kekurangan alasan untuk berbakti kepada ibu?
Meyinggung apa yang sering disampaikan oleh bu Nur Rofiah (founder Ngaji Keadilan Gender Islam), ayat di atas itu merupakan reformasi yang dilakukan Al-Quran yang dibawa oleh Nabi Muhammad dalam rangka mengakui eksistensi seorang ibu di tengah tradisi yang abai dan lupa kepada kaum perempuan dan kaum ibu. Bahkan di akhir ayat dikatakan bahwa orang yang tidak menghormati kedua orang tuanya, termasuk ibu dianggap tidak bersyukur kepada Allah.
Baca juga: Maulid Nabi Muhammad SAW dan Pengangkatan Martabat Perempuan
Hadis Abu Hurairah tentang keutamaan berbakti kepada ibu
“Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakan orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?” Rasul menjawab “ibumu”. Dia bertanya lagi “kemudian siapa?” Rasul menjawab “ibumu.” Dia bertanya lagi “kemudian siapa?” Jawaban Rasul tetap sama “ibumu” (HR. Al-Bukhari)
Tidak ada yang tahu pasti kenapa Nabi Muhammad saw mengatakan demikian, memberi nilai ibu tiga kali lebih utama daripada ayah. Alasan untuk merasionalisasi ucapan Nabi itu coba disampaikan oleh beberapa pensyarah hadis, misal ibnu Battal. Dalam kitabnya, Syarh Shahih Al-Bukhari ia memberi alasan bahwa ibu mengalami tiga kesluitan dan kesusah payahan yang tidak dialami oleh ayah, yaitu hamil, melahirkan dan menyusui. Keterangan ini juga dikutip oleh Ibnu Hajar Al-Asqalaniy dalam Fathul Bari.
Masih banyak hadis-hadis lain terkait keutamaan ibu, misal riwayat tentang keutamaan menjaga atau menemani ibu daripada pergi berperang, riwayat tentang surga di telapak kaki ibu dan yang lainnya.
Apresiasi yang sangat tinggi bagi sahabat yang berbakti kepada ibu dan berlaku pula sebaliknya
Sebagai ‘ibarat dalam hal ini yaitu dua nama sahabat yang terkenal, yaitu Uwais Al-Qarani dan ‘Alqamah. Uwais Al-Qarani dalam Musnad Ahmad dan Shahih Muslim diberi predikat khair at-tabiin (sebaik-baiknya tabiin) karena baktinya kepada ibunya. Sebaliknya Alqamah, dalam Al-Kabair-nya adz-Dzahabi, ia dikisahkan mengalami kesulitan ketika sakaratul maut karena murka sang ibunda, sebelum akhirnya sang ibu meridlai dan memaafkannya, dan ‘Alqamah pun bisa meninggal dengan tenang.
Semoga kita semua bisa mengambil teladan akhlak luhur Nabi Muhammad saw. Allahumma Shalli ‘Ala Sayyidina Muhammad wa ‘Ala Ummi Muhammad. Teruntuk ibu kita semua, al-Fatihah.
Wallahu a’lam[]