Sebelumnya, dalam tafsir surat Yasin ayat 11-12 telah dibahas mengenai kekuasaan Allah swt atas segala sesuatu dan salah satunya adalah kuasa untuk memberikan hidayah kepada siapun yang Ia kehendaki. Kali ini dalam tafsir surat Yasin ayat 13-14 kita akan membahas mengenai para utusan yang didustakan oleh kaumnya. Bunyi ayatnya sebagai berikut:
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا اَصْحٰبَ الْقَرْيَةِۘ اِذْ جَاۤءَهَا الْمُرْسَلُوْنَۚ
اِذْ اَرْسَلْنَآ اِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوْهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوْٓا اِنَّآ اِلَيْكُمْ مُّرْسَلُوْنَ
Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka;
(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga (utusan itu) berkata, “Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.”
Tafsir Kemenag memberikan informasi bahwa ayat tersebut merupakan perintah kepada Nabi Muhammad saw supaya menceritakan kisah “Ashab al-Qaryah”, agar menjadi peringatan bagi orang-orang yang mengingkari risalahnya. Terutama bagi orang kafir Mekah pada waktu itu. Mengenai “Ashab al-Qaryah” ini, para mufassir berbeda pendapat.
Mufassir klasik, semisal al-Suyuti, Ibnu Katsir, dan Nawawi a-Bantani, sepakat bahwa yang dimaksud “Ashab al-Qaryah” adalah Antokiah, sebuah kota di bawah kekuasaan Romawi. Dalam Al-Misbah, Quraish Shihab menyebutnya dengan Antiokhiah, sebuah kota lama di hulu sungai al-Ashy. Saat ini termasuk dalam wilayah Suriah. Menariknya Quraish Shihab memiliki analisis berbeda dengan mufassir-mufassir di atas.
Quraish mengatakan bahwa Antiokhiah ini tidak mempunyai rekam jejak buruk terkait dengan pembinasaan penghuninya. Baik di masa Nabi Isa as maupun sebelumnya. Sedangkan kisah “Ashab al-Qaryah” tersebut bercerita tentang pembinasaan suatu kaum akibat pembangkangannya. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa penduduk Antoikhiah dikenal sebagai penduduk pertama yang menerima risalah Nabi Isa as.
Baca juga: Tafsir Surat Yusuf Ayat 1-2: Alasan Al-Quran Diturunkan dengan Bahasa Arab
Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, pengisahan tentang “Ashab al-Qaryah” dalam Tafsir surat Yasin ayat 13-14 ini merupakan peringatan kepada orang-orang yang ingkar kepada risalah Nabi Muhammad saw tentang bagaimana “Ashab al-Qaryah” tersebut juga mengingkari risalah Nabi Isa as dan akhirnya dibinasakan oleh Allah swt. Tentunya kejadian ini diharapkan tidak terulang kembali dengan cara mengambil hikmah atas kisah tersebut.
Terkait dengan siapakah utusan yang diperintahkan untuk berdakwah kepada “Ashab al-Qaryah”, para mufassir berbeda pendapat. Ibn Katsir mengatakan ketiganya bernama Sadiq, Saqduq, dan Syalum. Al-Shawi mengatakan Sadiq, Masduq, dan Syam’un. Sedangkan al-Bantani mengatakan Yuhana, Paulus, dan Syam’um. Setiap mufassir mempunya argumentasinya tersendiri dalam menentukan nama-nama tersebut.
Untuk mengetahui lebih lengkapnya tentang riwayat mengenai perbedaan-perbedaan tersebut, bisa merujuk pada kitab al-Dur al-Masur fi al-Tafsir bi al-Ma’tsur karya Jalaluddin al-Suyuti. Namun yang terpenting adalah bagaimana fakta ketiga utusan Nabi Isa as tersebut diingkari oleh “Ashab al-Qaryah”.
Dikisahkan bahwa tiga utusan tersebut tidak datang secara bersamaan. Dua utusan lebih dahulu mendatangi “Ashab al-Qaryah”. Mereka mendakwahkan risalah Nabi Isa as kepada penduduk wilayah tersebut. Menurut al-Shawi kedua utusan ini juga memiliki kemampuan menyembuhkan segala penyakit dan salah satu cara dakwah yang dipakai mereka adalah menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Salah satu penyakit yang berhasil disembuhkan adalah kelumpuhan yang diderita salah seorang dari “Ashab al-Qaryah”. Namun tetap saja mereka semua ingkar terhadap kedua utusan tersebut. Al-Shawi mengishakan bahwa dakwah keduanya berakhir tragis, yakni mereka berdua berakhir di tiang disalib.
Baca juga: Tafsir Surat An-Nahl Ayat 68-69: Keistimewaan Lebah dalam Al-Quran
Lalu Allah datangkan lagi seorang utusan untuk mengukuhkan kebenaran yang disampaikan dua orang sbelumnya. Namun hasilnya sama saja, mereka tetap mengingkarinya. Dari kisah ini hikmah apa yang bisa kita dapat. Mengenai hal ini Quraish mengemukakan analis menarik.
Menurutnya, ayat ini merupakan salah satu bukti menyangkut kebebasan beragama. Pasalnya meskipun Allah swt telah mengukuhkan kebenaran para utusan tersebut, namun Allah swt tidak memaksakan mereka untuk percaya. Karena tugas seorang pengajur kebaikan hanyalah menyampaikan bukan memaksakan.
Hal itu terbukti dengan sikap kepasrahan yang dimiliki oleh ketiga utusan tersebut dan juga sikap yang dimiliki oleh Nabi Muhammad saw ketika menghadapi kaumnya. Tidak pernah ada pemaksaan apapun. Karena sejatinya perbuatan dan pilihan setiap orang akan kembali kepada dirinya sendiri. Quraish Shihab mengatakan bahwa Allah swt hanya menerima keimanan yang tulus, sehingga setiap orang bebas memilih jalan yang dikehendakinya.
Kiranya demikian penjelasan singkat mengenai tafsir surat Yasin ayat 13-14. Untuk mengetahui bagaiamana kelanjutan kisah “Ashab al-Qaryah” tersebut, nantikan pembahasan selanjutnya. Wallahu A’lam.