Artikel ini akan menguraikan tentang hati yang sakit dalam Surah al-Baqarah ayat 10 dan bagaimana para mufasir memahaminya. Allah Swt berfirman:
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta.” (Q.S. Al-Baqarah : 10).
Imam Jalaluddin Al-Suyuthi dalam Al-Durr al-Mantsur fi Tafsir al-Ma’tsur ketika menafsirkan kalimat “Dalam hati mereka ada penyakit”, mengutip hadis riwayat Ibn ‘Abbas yang menjelaskan bahwa makna kata “penyakit” dalam ayat tersebut adalah ‘al-syakk’, yaitu (keraguan), dan ‘al-nifaq’, yaitu kemunafikan.
Baca Juga: Insecure dengan Potensi Diri? Perhatikan Tafsir Surah Al-Isra Ayat 84!
Dari penjelasan Ibn Abbas tersebut dapat dipahami bahwa hati yang sakit adalah hati yang dihinggapi keraguan terhadap kebenaran serta diliputi kemunafikan. Sikap ragu dan munafik ini, yang terus menerus dilakukan, pada gilirannya akan menutup pintu hidayah.
Syeikh Nawawi Al-Bantani dalam Marah Labid Likasyfi Ma’na al-Qur’an al-Majid menegaskan bahwa, karena sikap ragu dan nifaq terhadap setiap ayat al-Qur’an yang diturunkan Allah kepada mereka (orang-orang kafir dan munafik), maka Allah pun menambah ‘penyakit’ di dalam hati mereka. Penyakit yang dimaksud menurut Syeikh Nawawi adalah penyakit keraguan dan kegelapan hati.
Al-Maraghi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Qulub pada ayat di atas adalah ‘Uqul, jamak dari ‘aql. Sebuah ungkapan yang dikenal oleh masyarakat Arab untuk menunjukkan atsar atau wujud nyata sebuah tindakan hasil olah hati dan pikiran. Adapun mengenai hati atau akal yang sakit, menurut Al-Maraghi disebabkan oleh kebodohan, kemunafikan, keraguan, serta kedengkian (hasad). Pada gilirannya, keempat hal tersebut akan merusak akidah dan akhlak seseorang.
Dari sejumlah keterangan para mufasir di atas, jelaslah bahwa hati yang sakit itu disebabkan oleh sejumlah penyakit dalam diri seseorang, seperti : keraguan, kemunafikan, kebodohan, serta kedengkian.
Untuk mengobati hati yang sakit ini, menurut sejumlah keterangan para ulama tasawuf (sufi), mula-mula seseorang harus melakukan proses takhalli, yaitu mengosongkan hati atau membersihkannya dari penyakit-penyakit yang dideritanya. Caranya adalah melakukan sesuatu atau bersikap yang sebaliknya.
Jika kita sering dihinggapi keraguan, maka kita harus berusaha untuk menguatkan keyakinan dalam diri. Jika di dalam diri kita ada sikap iri dan dengki, maka yang harus kita lakukan adalah berusaha menghadirkan rasa syukur setiap saat. Jika masih tersimpan dendam dalam dada, maka yang harus kita lakukan adalah membuka pintu hati untuk memaafkan orang lain.
Baca Juga: Doa Al-Quran: Surat Ali Imran Ayat 8 untuk Ketetapan Hati dalam Iman
Jika di dalam diri ini masih terdapat kesombongan (takabur), maka yang harus kita lakukan adalah menghadirkan sikap rendah hati (tawaduk). Jika diri ini masih dihinggapi keengganan untuk berbagi (bakhil), maka yang harus kita lakukan adalah berusaha untuk selalu berbagi dengan orang lain.
Inilah cara mengobati penyakit hati menurut para ulama. Dengan cara melakukan sesuatu yang sebaliknya dari sikap yang membuat hati sakit, maka lambat laun penyakit-penyakit di dalam hati akan berangsur-angsur pulih. Walhasil, hati pun kembali sehat.
Semoga artikel ini bermanfaat. Wallahu A’lam.