Tafsir Surah al-Hijr Ayat 78-84

Tafsir Surah al-Hijr
Tafsir Surah al-Hijr

Setelah pada pembahasan sebelumnya diterangkan bagaimana kisah kedurhakaan kaum Nabi Luth. Maka dalam Tafsir Surah al-Hijr Ayat 78-84 akan dijelaskan tentang keingkaran penduduk kota Aikah di masa Nabi Syu’aib A.S. Kaum ini menganut kepercayaan politeisme, gemar menyamun dan merampok orang yang lewat di negeri mereka, serta berlaku curang dalam menimbang dan menakar dagangan.


Baca Sebelumnya : Tafsir Surah al-Hijr Ayat 73-77


Kaum lain yang diceritakan dalam Tafsir Surah al-Hijr Ayat 78-84 adalah keingkaran kaum al-Hijr di masa nabi Saleh A.S. Dinamakan dengan al-Hijr karena mereka memahat gunung dan batu sebagai tempat tinggal mereka. Kaum ini juga dikenal dengan kaum Samud, sebagaimana akan diterangkan dibawah ini.

Ayat 78

Ayat ini menerangkan bahwa penduduk kota Aikah adalah penduduk yang zalim dan ingkar. Kepada mereka diutus Nabi Syuaib a.s., tetapi mereka mengingkari dan mendustakan dakwahnya.

Dalam hadis diterangkan hubungan penduduk Aikah dengan penduduk kota Madyan.

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِنَّ مَدْيَنَ وَاَصْحَابَ الْأَيْكَةَ اُمَّتَانِ بَعَثَ اللهُ اِلَيْهَا شُعَيْبًا (رواه ابن مردويه وابن عساكر)

Rasulullah saw berkata, “Sesungguhnya penduduk kota Madyan dan penduduk Aikah itu adalah dua umat yang kepada keduanya Allah mengutus Nabi Syuaib”. (Riwayat Ibnu Mardawaih dan Ibnu ‘Asakir).

Arti dasar dari Aikah ialah hutan, kemudian menjadi nama suatu negeri karena negeri itu memiliki banyak hutan. Negeri itu terletak di daerah Madyan.

Penduduk Aikah menganut kepercayaan politeisme, suka menyamun dan merampok orang yang lewat negeri mereka, serta berlaku curang dalam menimbang dan menakar. Kepada mereka diutus Nabi Syuaib a.s., tetapi mereka mengingkarinya.


Baca Juga: Isyarat Pelestarian Alam Dibalik Kisah Nabi Shalih, Unta dan Kaum Tsamud


Ayat 79

Karena tindakan mereka yang melanggar larangan Allah dan meng-abaikan seruan rasul itu, mereka ditimpa azab berupa panas terik selama tujuh hari, tanpa sedikit pun awan yang menaungi. Allah kemudian mengirimkan awan, lalu mereka bernaung di bawahnya. Tiba-tiba dari dalam awan itu memancar nyala api yang menghanguskan mereka. Dalam Surah al-A’raf/7: 91, diterangkan bahwa mereka juga ditimpa gempa yang dahsyat.

 فَاَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دَارِهِمْ جٰثِمِيْنَ

Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka. (al-A’raf/7: 91).

Kemudian Allah swt menerangkan bahwa kota Sodom dan kota Aikah itu adalah dua kota yang berdekatan letaknya, sama-sama terletak di jalan yang biasa dilalui manusia. Bahkan, bekas peninggalan mereka masih dapat dilihat dan diteliti, agar dijadikan pelajaran oleh orang-orang yang mau menggunakan pikirannya.

Ayat 80-81

Ayat ini menerangkan bahwa penduduk kota al-Hijr telah men-dustakan para rasul. Dalam ayat ini disebutkan rasul-rasul padahal mereka hanya mendustakan seorang rasul, yaitu Nabi Saleh a.s., karena mendustakan seorang rasul hukumnya sama dengan mendustakan seluruh rasul Allah. Seluruh rasul yang diutus Allah membawa agama tauhid dan asas-asas agama yang sama.

Walaupun mendustakan seorang rasul, tetapi mereka telah mendustakan ketauhidan dan asas-asas agama yang dibawa rasul itu, yang berarti mereka telah mendustakan seluruh rasul.

Kota al-Hijr adalah tempat tinggal kaum Samud yang terletak antara Mekah dan Syam, di dekat Wadil-Qura. Kepada mereka diutus Nabi Saleh yang diberi mukjizat sebagai bukti kerasulannya.

Saleh menyatakan mukjizatnya berupa unta betina yang mereka kenal sebagai bukti kerasulan-nya. Unta itu tidak boleh diganggu dan disakiti. Jatah air minumnya ditentukan banyaknya secara bergantian, yaitu sehari untuk minum unta dan sehari untuk minum mereka semuanya. Tetapi mereka tidak mau mengikuti ketentuan Saleh itu, bahkan mereka menyembelih unta itu.

Ayat 82-84

Kaum Samud adalah kaum yang kuat dan perkasa tubuhnya. Mereka memahat gunung-gunung batu untuk dijadikan rumah-rumah mereka, sehingga kota mereka dinamakan “kota al-Hijr” yang berarti kota pegunungan batu.

Karena kemungkaran, Allah menimpakan kepada mereka azab berupa suara keras yang mengguntur dan menghancurkan mereka semuanya. Azab keras itu datang di waktu pagi pada hari keempat dari hari yang ditetapkan Saleh bagi mereka untuk berpikir.

Tetapi mereka tidak mengindahkannya, sehingga mereka terkubur di dalam rumah-rumah mereka yang berupa gua-gua yang dipahat pada gunung-gunung batu itu. Keadaan mereka ini diterangkan Allah dalam firman-Nya yang lain:

وَاَخَذَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دِيَارِهِمْ جٰثِمِيْنَۙ ٦٧كَاَنْ لَّمْ يَغْنَوْا فِيْهَا ۗ اَلَآ اِنَّ ثَمُوْدَا۠ كَفَرُوْا رَبَّهُمْ ۗ اَلَا بُعْدًا لِّثَمُوْدَ ࣖ ٦٨

Kemudian suara yang mengguntur menimpa orang-orang zalim itu, sehingga mereka mati bergelimpangan di rumahnya. Seolah-olah mereka belum pernah tinggal di tempat itu. Ingatlah, kaum Samud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, binasalah kaum Samud. (Hud/11: 67-68)

Kaum Samud tidak dapat menghindarkan diri dari azab Allah sedikit pun. Tidak ada faedah keperkasaan tubuh mereka, kemampuan mereka memahat gunung untuk dijadikan rumah yang seakan-akan merupakan benteng yang kokoh, serta harta dan jumlah mereka yang banyak. Semua hancur lebur bersama mereka, seakan-akan negeri itu tidak pernah dihuni manusia.

Tentang kedahsyatan azab yang dialami kaum Samud, tergambar dalam hadis Nabi saw:

عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ النَّبِيَّ مَرَّ بِالْحَجَرِ وَهُوَ ذَاهِبٌ إِلَى تَبُوْكَ فَقَنَعَ رَأْسَهُ وَاَسْرَعَ بِرَاحِلَتِهِ وَقَالَ ِلأَصْحَابِهِ: لاَ تَدْخُلُوْا بُيُوْتَ الْقَوْمِ الْمُعَذَّبِيْنَ إِلاَّ أَنْ تَكُوْنُوْا باَكِيْنَ فَإِنْ لَمْ تَبْكُوْا فَتَبَاكَوْا خَشْيَةَ أَنْ يُّصِيْبَكُمْ مَا أَصَابَهُمْ. (رواه البخاري)

Dari Ibnu Umar r.a. bahwasanya Nabi saw telah lewat di kota Hijr dalam perjalanan beliau menuju perang Tabuk, lalu beliau menundukkan kepalanya dan mempercepat perjalanannya seraya berkata kepada para sahabatnya, “Janganlah kamu memasuki rumah-rumah kaum yang diazab (kaum Samud), kecuali kamu akan menangis. Jika kamu tidak menangis, maka hendaklah seakan-akan menangis karena kamu takut akan ditimpa azab nanti sebagaimana mereka telah ditimpa azab dahulu.” (Riwayat al-Bukhari)

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al Hijr Ayat 85-87