Tafsir Surah Al Isra’ Ayat 94-96 berbicara mengenai dua hal. Pertama mengenai keingkaran orang-orang musyrik terhadap wahyu Allah. Kedua berbicara mengenai keengganan orang musyrik ketika Allah mengutus seorang rasul dari kalanan manusia sendiri.
Baca juga: Tafsir Surah Al Isra’ Ayat 90-93
Ayat 94
Ayat ini menerangkan bahwa tidak ada yang menghalangi orang-orang musyrik Mekah beriman kepada Nabi Muhammad ketika wahyu diturunkan Allah kepadanya disertai dengan bermacam-macam mukjizat, kecuali keinginan mereka bahwa jika Allah swt mengutus seorang rasul-Nya kepada manusia, maka rasul itu haruslah seorang malaikat, bukan seorang manusia biasa.
Orang-orang kafir Mekah khususnya dan orang-orang kafir pada umumnya heran mengapa wahyu itu diturunkan kepada seorang manusia biasa seperti Muhammad, bahkan seorang anak yatim.
Kenapa tidak diturunkan kepada yang terpandai atau terkaya di antara mereka atau manusia yang mempunyai kekuatan gaib, malaikat, dan sebagainya. Sikap orang musyrik Mekah seperti itu sama dengan sikap orang-orang yang terdahulu terhadap para rasul yang diutus kepada mereka.
Firman Allah swt:
اَوَعَجِبْتُمْ اَنْ جَاۤءَكُمْ ذِكْرٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَلٰى رَجُلٍ مِّنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْ وَلِتَتَّقُوْا وَلَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Dan herankah kamu bahwa ada peringatan yang datang dari Tuhanmu melalui seorang laki-laki dari kalanganmu sendiri, untuk memberi peringatan kepadamu dan agar kamu bertakwa, sehingga kamu mendapat rahmat? (al-A’raf/7: 63)
Baca juga: Makna Pengulangan Lafaz al-Rahmān al-Rahīm dalam Surah al-Fatihah
Ayat 95
Allah membantah sikap orang-orang musyrik Mekah itu dengan menyatakan bahwa sekiranya di bumi ini terdapat malaikat-malaikat yang berjalan, berpikir, bertempat tinggal, hidup bermasyarakat, mempunyai hawa nafsu, berkebudayaan, berorganisasi, dan sebagainya, tentulah Allah swt akan mengutus malaikat sebagai rasul-Nya, bukan manusia.
Ayat ini seakan-akan memperingatkan orang-orang kafir bahwa rasul yang diutus Allah adalah seorang manusia biasa tetapi sanggup menyampai-kan ajaran agama-Nya kepada mereka, mengerti apa yang mereka inginkan, apa yang mereka rasakan, apa yang baik bagi mereka, dan sebagainya.
Bukan seperti malaikat yang tidak mempunyai ambisi dalam hidup seperti manusia dan hanya melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepada mereka.
Allah swt berfirman:
لَقَدْ مَنَّ اللّٰهُ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ بَعَثَ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْ اَنْفُسِهِمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَۚ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika (Allah) mengutus seorang rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Ali ‘Imran/3: 164)
Ayat 96
Allah memerintahkan kepada Rasulullah saw agar menyampaikan ancaman-Nya kepada orang-orang kafir bahwa Allah akan menjadi saksi atas apa yang diperselisihkan antara Nabi dan orang-orang musyrik Mekah. Allah akan menjadi hakim yang akan mengadili perkara mereka dengan adil di akhirat nanti karena Dia mengetahui semua yang mereka kerjakan, bahkan yang terkandung dalam hati mereka.
Baca setelahnya: Tafsir Surah Al Isra’ Ayat 97-99
(Tafsir Kemenag)