Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 55-56

Tafsir Surah Al Mu'minun
Tafsir Surah Al Mu'minun

Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 55-56 menepis anggapan orang kafir bahwa banyak anak dan harta adalah tanda keridaan Allah kepada mereka. Pun, Allah tidak menurunkan azab kepada mereka yang semakin menambah kesan angkuh tersebut. Maka, ditegaskan dalam tafsir ini bahwa harta dan anak adalah ujian kepada orang kafir yang akan menjerumuskan mereka dalam kemaksiatan.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 52-54


Ayat 55-56

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang kafir itu telah ditipu dan diperdayakan oleh harta dan anak-anak mereka padahal harta kekayaan dan anak-anak yang banyak itu bukanlah tanda bahwa Allah meridai mereka.

Mereka membangga-banggakan harta dan kekayaan mereka terhadap kaum Muslimin yang di kala itu dalam keadaan serba kekurangan, seperti tersebut dalam firman Allah:

وَقَالُوْا نَحْنُ اَكْثَرُ اَمْوَالًا وَّاَوْلَادًاۙ وَّمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِيْنَ

Dan mereka berkata, ”Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami tidak akan diazab.” (Saba’/34: 35)

Sebenarnya Allah memberikan kelapangan rezeki kepada orang kafir hanya semata-mata untuk menjerumuskan mereka ke lembah kemaksiatan dan kedurhakaan karena sikap mereka yang sangat congkak dan sombong terhadap ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw.

Dengan harta dan anak-anak yang banyak itu mereka akan menjadi lupa daratan seakan-akan merekalah yang benar dan berkuasa. Apa saja yang mereka lakukan adalah hak mereka walaupun dengan perbuatan itu mereka menginjak-injak hak orang lain dan menganiaya kaum yang lemah.

Tetapi pada suatu saat Allah pasti akan menyiksa mereka, karena menjadi sunnatullah bahwa kezaliman dan penganiayaan itu tidak akan kekal, bahkan akan hancur dan musnah. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:

فَلَا تُعْجِبْكَ اَمْوَالُهُمْ وَلَآ اَوْلَادُهُمْ ۗاِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ اَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كٰفِرُوْنَ

Maka janganlah harta dan anak-anak mereka membuatmu kagum. Sesungguhnya maksud Allah dengan itu adalah untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak akan mati dalam keadaan kafir.  (at-Taubah/9: 55);Dan firman-Nya:

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّمَا نُمْلِيْ لَهُمْ خَيْرٌ لِّاَنْفُسِهِمْ ۗ اِنَّمَا نُمْلِيْ لَهُمْ لِيَزْدَادُوْٓا اِثْمًا ۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُّهِيْنٌ

Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah; dan mereka akan mendapat azab yang menghinakan. (Āli ‘Imrān/3: 178)


Baca Juga: Mengenal Sinonim dan Homonim dalam Al-Quran, Konsep Kebahasaan yang Mesti Diketahui Mufassir


Qatadah, seorang mufassir telah memberikan ulasannya mengenai ayat ini sebagai berikut, “Allah telah memperdayakan orang-orang kafir itu dengan harta dan anak-anak mereka. Hai anak Adam, janganlah kamu menganggap seseorang terhormat karena harta kekayaan dan anak-anaknya, tetapi hormatilah dia karena iman dan amal saleh.” Diriwayatkan dari Ibnu Mas`ud bahwa Rasulullah saw bersabda:

اِنَّ الله َقَسَمَ بَيْنَكُمْ اَخْلاَقَكُمْ كَمَا قَسَمَ بَيْنَكُمْ  اَرْزَاقَكُمْ وَاِنَّ اللهَ يُعْطِى الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لاَيُحِبُّ وَلاَيُعْطِى الدِّيْنَ اِلاَّ مَنْ اَحَبَّ فَمَنْ اَعْطَاهُ الله ُالدِّيْنَ فَقَدْ أَحَبَّهُ وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَيُسْلِمُ عَبْدٌ حَتَّى يُسْلِمَ قَلْبُهُ وَلِسَانُهُ وَلاَيُؤْمِنُ حَتىَّ يَأْمَنَ جَارُهُ بَوَائِقَهُ قَالُوْا وَمَا بَوَائِقَهُ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ غِشُّهُ وَظُلْمُهُ. (رواه أحمد)

Sesungguhnya Allah telah membagi-bagi akhlak di antara kamu sebagai-mana Dia telah membagi-bagikan rezeki di antara kamu. Sesungguhnya Allah memberikan nikmat dunia kepada orang yang diridai-Nya dan kepada orang yang tidak diridai-Nya. Dan Dia tidak memberikan keteguhan beragama melainkan kepada yang Ia rida. Dan barangsiapa yang Allah berikan kepadanya keteguhan beragama, berarti Allah meridainya. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidak Islam seorang hamba kecuali bila telah Islam pula batin dan lidahnya, tidak beriman dia kecuali tetangganya merasa aman terhadap kejahatannya. Para sahabat bertanya, “Apakah kejahatannya itu, ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Penipuan dan kezalimannya.” (Riwayat Ahmad).

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al-Mu’minun 57-60