BerandaTafsir TahliliTafsir Surah An-Nur Ayat 44-45

Tafsir Surah An-Nur Ayat 44-45

Tafsir Surah An-Nur Ayat 44-45 berbicara mengenai dua hal. Pertama berbicara tentang salah satu contoh kekuasaan Allah yang lain. Kedua berbicara mengenai perintah untuk merenungi adanya hewan-hewan.


Baca juga: Tafsir Surah An-Nur Ayat 42-43


Ayat 44

Di antara hal-hal yang menunjukkan kekuasaan Allah ialah beralihnya siang menjadi malam dan malam menjadi siang. Para ahli falak, hanya dapat menganalisa sebab terjadinya malam di suatu daerah demikian pula siang. Hal ini berpangkal dari perjalanan matahari dan perputaran bumi.

Tetapi mereka tidak mampu sama sekali untuk mengubah ketentuan dan ketetapan Allah. Mereka tidak dapat memperpanjang atau memperpendek siang atau malam di suatu daerah karena perputaran malam dan siang itu suatu ketentuan dari yang Mahakuasa.

Semua ini seharusnya menjadi perhatian dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikir bahwa manusia sebagai makhluk Allah, dengan ilmunya yang sedikit hanya dapat menganalisa kejadian-kejadian dalam alam ini tetapi mereka tidak dapat menguasainya karena kekuasaan yang sebenarnya ada di tangan Allah.

Menurut saintis, penggantian siang ke malam secara optis (penglihatan) adalah pergeseran dari warna dari cahaya yang dilenturkan (diffracted) dari mula-mula cahaya kuning, ke jingga ke merah (menjelang waktu salat Isya) sampai ke infra merah pada waktu salat Isya. Setelah itu semakin larut malam, maka bumi dihujani oleh gelombang yang lebih pendek yang bisa membahayakan manusia.

Efek dari berbagai gelombang dari sinar matahari dengan panjang gelombang yang makin pendek belum diketahui secara mendalam. Tetapi yang jelas bahwa gelombang yang sangat pendek, kearah gelombang X atau gelombang rontgen cukup berbahaya bagi tubuh manusia apalagi jika dayanya tinggi. Oleh karena itu dianjurkan manusia untuk tinggal di rumah dan beristirahat sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an.


Baca juga: Kata Ḍarb dalam Al-Qur’an Tidak Selalu Berarti Memukul, Ini 15 Maknanya


Ayat 45

Pada ayat ini Allah mengarahkan perhatian manusia supaya memperhatikan hewan-hewan yang bermacam-macam jenis dan bentuknya. Dia telah menciptakan semua jenis hewan itu dari air. Ternyata memang air itulah yang menjadi pokok kehidupan hewan karena sebagian besar dari unsur-unsur yang terkandung dalam tubuhnya adalah air.

Hewan tidak dapat bertahan hidup tanpa air. Di antara binatang-binatang itu ada yang melata, bergerak dan berjalan dengan perutnya seperti ular.

Di antaranya ada yang berjalan dengan dua kaki dan ada pula yang berjalan dengan empat kaki, bahkan kita lihat pula di antara binatang-binatang itu yang banyak kakinya, tetapi tidak disebutkan dalam ayat ini karena Allah menerangkan bahwa Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya bukan saja binatang-binatang yang berkaki banyak tetapi mencakup semua binatang dengan berbagai macam bentuk.

Masing-masing binatang itu diberinya naluri, anggota tubuh, dan alat-alat pertahanan agar ia dapat menjaga kelestarian hidupnya. Ahli-ahli ilmu hewan merasa kagum memperhatikan susunan anggota tubuh masing-masing hewan itu sehingga ia dapat bertahan atau menghindarkan diri dari musuhnya yang hendak membinasakannya.

Hal itu semua menunjukkan kekuasaan Allah, ketelitian dan kekukuhan ciptaan-Nya. Manusia bagaimana pun tinggi ilmu dan teknologinya tidak dapat menciptakan sesuatu seperti ciptaan Allah, sebagaimana disebut dalam firman-Nya:

صُنْعَ اللّٰهِ الَّذِيْٓ اَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍۗ اِنَّهٗ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَفْعَلُوْنَ

(Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Mahateliti apa yang kamu kerjakan. (an- Naml/27: 88)

Menurut ilmu sains dan teknologi, kaitan antara air dan kehidupan dapat diketahui di bawah ini:

  1. Air ditengarai sangat dekat dengan makhluk hidup, karena, khususnya untuk kebanyakan hewan, berasal dari cairan sperma. Diindikasikan bahwa keanekaragaman binatang “datangnya” dari air tertentu yang khusus (sperma) dan menghasilkan yang sesuai dengan ciri masing-masing binatang yang dicontohkan dalam ayat tersebut.
  2. Pengertian kedua mengenai air sebagai asal muasal kehidupan, diduga karena air merupakan bagian yang penting agar makhluk dapat hidup. Pada kenyataannya, memang sebagian besar bagian tubuh makhluk hidup terdiri atas air. Misal saja pada manusia, 70% bagian berat tubuhnya terdiri dari air.

Manusia tidak dapat bertahan lama apabila 20% saja dari persediaan air yang ada di tubuhnya hilang.  Akan tetapi, manusia masih dapat bertahan hidup selama 60 hari tanpa makan.  Sedangkan mereka akan mati dalam waktu 3-10 hari tanpa minum.  Juga diketahui bahwa air merupakan bahan pokok dalam pembentukan darah, cairan limpa, kencing, air mata, cairan susu dan semua organ lain yang ada di dalam tubuh manusia.

Bahwa semua kehidupan dimulai dari air.  Air di sini lebih tepat bila diartikan sebagai laut.  Teori modern tentang asal mula kehidupan belum secara mantap disetujui sampai sekitar dua atau tiga abad yang lalu.  Sebelum itu, teori yang mengemuka adalah suatu konsep yang dikenal dengan nama “spontaneous generation”.

Dalam konsep ini dipercaya bahwa makhluk hidup itu ada dengan sendirinya dan muncul dari ketiadaan.  Teori ini kemudian ditentang oleh beberapa ahli di sekitar tahun 1850-an, antara lain oleh Louis Pasteur.

Dimulai dengan penelitian yang  dilakukan oleh Huxley, dan sampai penelitian masa kini, teori lain ditawarkan sebagai alternatif.  Teori ini percaya bahwa kehidupan muncul dari rantai reaksi kimia yang panjang dan komplek.

Rantai kimia ini dipercaya dimulai dari kedalaman lautan.  Dugaan bahwa di lautlah mulainya kehidupan disebabkan  karena kondisi atmosfer pada saat itu belum berkembang menjadi kawasan yang dapat dihuni makhluk hidup.

Radiasi ultraviolet yang terlalu kuat akan mematikan setiap makhluk hidup yang ada di daratan.  Diperkirakan, kehidupan baru bergerak menuju daratan pada 425 juta tahun yang lalu,  saat lapisan ozon mulai terbentuk dan melindungi permukaan bumi dari radiasi ultraviolet.

Protoplasma adalah dasar dari semua makhluk untuk dapat hidup.  Sedangkan kerja dari protoplasma dalam menunjang kehidupan sangat bergantung pada kehadiran air.  Kembali air menjadi segalanya.

Dari uraian ini peran air bagi kehidupan sangat jelas, dari mulai adanya makhluk hidup di bumi (berasal dari kedalaman laut), bagi kelangsungan hidupnya (air diperlukan untuk pembentukan organ dan menjalankan fungsi organ) dan memulai kehidupan (terutama bagi kelompok hewan – air tertentu yang khusus – sperma).

Di luar protoplasma, yang menjadi dasar terjadinya kehidupan, sebagian besar bagian tubuh mengandung air.  Indikasi ini menyatakan bahwa walaupun hidup di daratan, semuanya masih berhubungan dengan tempat dimulainya kehidupan, yaitu lautan.  Pada binatang bertulang belakang (binatang menyusui, burung, dan lain-lain), terlihat kaitannya dengan laut pada beberapa tahap perkembangan janin (embriologi).  Beberapa organ sebagaimana dimiliki oleh ikan dimiliki oleh mereka.

Uraian di atas  tampaknya menyetujui teori evolusi yang dikemukakan oleh Charles Darwin.  Akan tetapi, perlu diberikan catatan di sini, bahwa Al-Qur’an tidak memberikan peluang khusus untuk mendukung teori evolusi.  Walaupun semua ayat di atas memberikan indikasi yang tidak meragukan bahwa Allah menciptakan semua makhluk hidup dari air, masih banyak ayat lainnya yang menekankan akan Kekuasaan-Nya terhadap semua yang ada di alam semesta, seperti, antara lain, dua penggalan ayat 47 Surah Āli Imrān/3 (  ……..  Ia hanya berkata “jadilah” maka …..” ) dan Surah Fu¡¡ilat/41:39.


Baca setelahnya: Tafsir Surah An-Nur Ayat 46-48


(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...