BerandaKhazanah Al-QuranDialogLaknat Isa kepada Yahudi Perspektif Alquran dan Injil

Laknat Isa kepada Yahudi Perspektif Alquran dan Injil

Mendialogkan konsep tertentu dalam Alquran dan Injil atau Bibel sudah lama dilakukan para mufasir klasik lewat periwayatan israiliyyat. Kini kajian serupa mulai marak kembali dengan sebutan kajian intertekstual. Tulisan ini ingin melanjutkan tradisi tersebut dengan mengangkat topik laknat Isa kepada kaum Yahudi.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لُعِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنۢ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُۥدَ وَعِيسَى ٱبْنِ مَرْيَمَ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوا۟ وَّكَانُوا۟ يَعْتَدُونَ

Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. [Q.S. Almaidah: 78].

Ibnu ‘Abbas berkata mengenai “laknat” kepada golongan kafir dari Bani Israil dalam ayat di atas:

Telah dilaknati mereka itu dengan semua lisan; dilaknat di atas perjanjian Musa di dalam Taurat, dilaknat di atas perjanjian Nabi Daud di dalam Zabur, dan dilaknat di atas perjanjian Nabi Isa di dalam Injil

At-Thabari mengatakan dalam tafsirnya, laknat yang keluar dari lisan Nabi Isa itu juga termaktub dalam kitab injil, sebagaimana laknat dari lisan Nabi Daud termaktub dalam kitab Zabur (sering dikaitkan dengan Mazmur).

Jika kita menelisik Perjanjian Baru, kitab suci yang sering dikaitkan dengan Injil, kita akan temukan delapan laknat atau yang dikenal dengan the eight woes yang keluar dari lisan Yesus atau Isa kepada kaum Yahudi dari kelompok Farisi. Laknat itu tercantum dalam Kitab Matius 23 dimulai dari ayat 13:

  1. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.
  2. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.
  3. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri.
  4. Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat.
  5. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.
  6. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.
  7. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.
  8. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi  dan memperindah tugu orang-orang saleh.

Baca juga: Pemahaman Anak Allah dalam Perspektif Alkitab dan Alquran

Perbandingan dua konsep

Bisa jadi delapan laknat Yesus kepada kaum Yahudi dari golongan Farisi bukanlah yang dimaksud dengan laknat Isa bin Maryam kepada orang kafir dari Bani Israil sebagaimana diterangkan ayat 78 surah Almaidah di atas. Namun setidaknya ia menunjukkan bahwa “kecaman keras” Yesus terhadap golongan Yahudi yang menyimpang itu memang ada di dalam Perjanjian Baru. Sehingga ayat 78 dari surah Almaidah di atas dan delapan laknat dari Matius 23, yang belum tentu berkaitan itu setidaknya memiliki kemiripan makna.

Apabila diperhatikan dari kecaman keras Yesus dalam Matius 23 di atas, tabiat Farisi yang dominan dalam konteks ini adalah kemunafikan, kepalsuan berbungkus agama, berbangga dengan pakaian kebesaran, menghalangi orang dari jalan kebenaran, menganjurkan orang lain berbuat kebaikan namun dirinya sendiri lalai, dan bermegah-megahan dalam membangun kuburan para nabi.

Menariknya, dalam delapan laknat itu tersebutlah karakter semisal mengetahui tetapi tidak beramal; dan yang demikian itu di antara karakter dominan Yahudi Madinah. Ibnu Katsir saat mengomentari surah Alfatihah ayat ke-7 berkata:

Kaum Yahudi keluputan amal dan kaum Nasrani luput dari mereka ilmu, karena itu kemurkaan itu (al-maghdhub) adalah bagi kaum Yahudi, dan kesesatan itu (adh-dhalal) bagi Nasrani.

Di masa Yesus dahulu Bani Israil setidaknya terbagi menjadi tiga kelompok; perushim (Farisi), seduqim (Saduki), dan Issiyim (Eseni). Farisi merupakan satu kandidat kuat dari identitas kaum Yahudi di Madinah.

Seorang peneliti sejarah Yahudi bernama Dr. Haggai Mazuz berpendapat setidaknya ada 17 contoh bagaimana para kalangan ahli ilmu mereka mengubah-ubah huruf-huruf dalam penafsiran mereka akan Taurat. Haggai juga memandang kritik Alquran tentang ini “tidak sepenuhnya keliru.” Anggapan Haggai ini cukup beralasan, dalam khazanah keislaman, kaum Yahudi Madinah dikenal kerap mengubah perkataan dari tempat yang semestinya (tahrif bil nash) atau menakwilnya dengan takwil yang jauh (tahrif bil ma’na). Wallahu a’lam.

Baca juga: Sepuluh Perintah Tuhan dalam Alquran dan Alkitab: Membaca Argumen Sebastian Günter

Wisnu Tanggap Prabowo
Wisnu Tanggap Prabowo
Dosen STEI Tazkia, Pengajar LBPP LIA Pajajaran, Trainer Pusdiklat Mahkamah Agung, dan Peneliti IHKAM
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...