BerandaKhazanah Al-QuranMushaf Al-QuranTinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian I)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian I)

Diksi warna pada frasa tinta warna tidak dimaksudkan untuk mencakup warna hitam. Hal tersebut karena kelaziman dari tinta yang digunakan untuk menulis-bahkan tidak hanya pada mushaf-adalah tinta berwarna hitam. Oleh karenanya, corak rupa yang dikehendaki dalam diksi tersebut utamanya adalah selain hitam, seperti merah, kuning, hijau, dan lain sebagainya.

Penggunaan tinta warna dalam tulisan ini juga dimaksudkan untuk selain iluminasi dan dekorasi lainnya. Elemen yang disasar dalam adalah teks utama, yang mencakup garis batang huruf (rasm), tanda titik (naqth al-i‘jam), dan diakritik (naqth al-i‘rab) serta hal-hal lain yang timbul karena adanya pembacaan yang dilakukan, tajwid misalnya. Karena dalam perkembangannya, penggunaan tinta warna berdasar hukum bacaan atau tajwid juga ditemukan.

Meski demikian, dalam tulisan ini tidak akan dibahas penggunaan tinta warna dalam penulisan hukum bacaan atau tajwid. Ulasan mengenai hal tersebut bisa dibaca pada tulisan milik Harits Fadlly berjudul Tajwid Warna dalam Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia dan tulisan Fathia Nur Maulida berjudul Penerapan Tajwid Warna dalam Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia.

Mushaf Topkapi
Mushaf Topkapi

Penggunaan tinta warna dalam mushaf Alquran telah dimulai sejak era Abu al-Aswad al-Dua’ali (w. 69 H.), penggagas sistem diakritik (naqth al-i‘rab atau harakat). Tinta warna digunakan sebagai pembeda antara teks utama dengan tanda diakritik yang menyertainya. Dengan adanya penggunaan tinta warna ini diharapkan tidak terjadi perubahan penulisan dan pencampuradukan (takhlith).

Berdasarkan informasi yang diberikan oleh Al-Farmawi, ada setidaknya tiga mazhab penggunaan tinta warna dalam mushaf Alquran. Tiga mazhab tersebut adalah mazhab Madinah, Andalus, dan Iraq. Mazhab Madinah menggunakan tiga warna: hitam untuk teks utama, merah untuk diakritik, dan kuning untuk hamzah secara khusus.

Baca juga: Kajian Struktur Huruf Mushaf Kuno

Mazhab Andalus, merujuk pada keterangan Abu ‘Amr al-Dani, menggunakan sistem warna yang sama dengan mazhab Madinah. Namun demikian, menurut Hifni Nashif, ada penambahan warna hijau pada mazhab Andalus untuk penulisan alif washl. Selain itu, penggunaan diakritik oleh mazhab Andalus dilakukan dengan metode naqth atau pembubuhan tanda titik.

Sedangkan mazhab Iraq hanya menggunakan dua warna: hitam untuk teks utama, dan merah untuk selainnya, yang mencakup diakritik, hamzah, alif, dan lain sebagainya. Oleh karenanya, mushaf mazhab Iraq ini menjadi berbeda dengan mazhab lain karena hanya menggunakan dua tinta dalam sistem pewarnaannya.

Baca juga: Mengenal Karakteristik Mushaf Kuno Jawa

Penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran dapat dijumpai pada salah satu dari enam mushaf kuno yang dianggap berasal dari abad pertama dan kedua hijriah, yakni mushaf yang tersimpan di Museum Topkapi, Istanbul, Turki. Dari beberapa foto yang diberikan oleh situs Islamic Awareness dapat diketahui bahwa warna tinta yang digunakan adalah hitam untuk teks utamanya dan merah untuk diakritiknya.

Namun demikian, penulis belum dapat mengidentifikasi mazhab mana yang digunakan dalam penulisan mushaf. Di antara alasannya karena belum ada contoh konkret dari penggunaan mazhab-mazhab tersebut dalam penulisan. Selain itu, foto yang ditampilkan hanya memuat beberapa halaman saja. Akan tetapi, dengan melihat adanya iluminasi yang menggunakan tinta warna kuning, agaknya diketahui bahwa memang tinta yang digunakan dalam penulisan hanya terbatas pada hitam dan merah saja.

Baca juga: Manuskrip Alquran dari Kulit Sapi di Museum Gusjigang Kudus

Jika mendasarkan penilaian mushaf Topkapi tersebut pada riwayat yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.) dalam Al-Muhkam fi Naqth al-Mashahif, dari Ahmad bin ‘Umar al-Jaizi, dari Muhammad bin Ahmad bin Munir, dari ‘Abdullah bin ‘Isa al-Madani, dari Qalun (w. 220 H.) (perawi dari Imam Nafi’ al-Madani), setidaknya dapat diketahui bahwa ia tidak mengikuti mazhab Madinah. Alasannya karena ketiadaan tinta kuning di dalam penulisannya.

Sementara itu, tradisi penulisan mushaf Alquran di Indonesia agaknya memiliki sistem penggunaan warna yang berbeda. Mushaf Indonesia di sini dimaksudkan pada sebelum adanya upaya standarisasi yang dilakukan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ). Bisa dikatakan bahwa penggunaan warna dalam penulisan Alquran belum memiliki standar yang melembaga sebagaimana mazhab di Timur Tengah sebelumnya.

Seperti apa penggunaan warna dalam penulisan mushaf Alquran di Indonesia? Simak ulasannya pada bagian berikutnya. Wallahu a‘lam bi al-shawab []

Nor Lutfi Fais
Nor Lutfi Fais
Santri TBS yang juga alumnus Pondok MUS Sarang dan UIN Walisongo Semarang. Tertarik pada kajian rasm dan manuskrip kuno.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...