BerandaTafsir TematikHikmah dan Pelajaran dari Kekalahan Umat Islam di Perang Uhud

Hikmah dan Pelajaran dari Kekalahan Umat Islam di Perang Uhud

Kekalahan pasukan umat Islam dalam Perang Uhud menjadi musibah yang pelik. Padahal di peperangan sebelumnya, tidak pernah pasukan yang diberangkatkan di masa Nabi saw kecuali mereka pulang dengan membawa kemenangan. Namun pada Perang Uhud, mereka harus menerima kekalahan karena tidak menaati perintah Rasul saw.

Banyak sahabat yang terluka, bahkan Nabi saw sendiri pipinya sobek dan giginya tanggal, serta 70 personil Islam mati syahid, termasuk di antaranya sahabat utama seperti, Hamzah bin Abdul Muthalib, Mush’ab bin Umair, dan Nadhr bin Anas. Namun, dari kekalahan pada Perang Uhud tersebut sejatinya Allah hendak memberikan hikmah dan pelajaran khususnya kepada para sahabat dan juga umat Islam keseluruhan. Hal itu sebagaimana dalam QS. Ali Imran 139-140.

Baca Juga: Kisah Thalhah Bin Ubaidillah di Perang Uhud

وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (139) إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُداوِلُها بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَداءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ (140)

Janganlah kalian bersikap lemah, dan jangan (pula) kalian bersedih hati, padahal kalianlah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kalian orang-orang yang beriman. Jika kalian (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kalian dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.

Sebab Turunnya Ayat

Al-Qurthubi (4/539-540) dan at-Thabari (3/103) mengutip penjelasan dari Ibnu Abbas yang menerangkan bahwa saat Perang Uhud, pasukan muslim kocar-kacir karena dipukul mundur oleh pasukan kafir. Dalam keadaan seperti itu, pemimpin mereka Khalid bin Walid datang dengan pasukan berkuda ingin menguasai gunung hingga posisinya berada di atas para pasukan muslim. Karena kekhawatirannya, Nabi saw hingga berdoa,

اللهم لا يعلون علينا، اللهم لا قوة لنا إلا بك، وليس يعبدك بهذه البلدة غير هؤلاء النفر

“Ya Allah, jangan sampai dia menguasai atas kami. Ya Allah, tidak ada kekuatan kecuali dengan-Mu. Ya Allah, tidak ada yang menyembah-Mu di negeri ini selain mereka ini.”

Maka Allah menurunkan ayat-ayat ini. Ketika itu juga, sejumlah pemanah kaum muslimin segera berlari menaiki gunung dan menghujani pasukan berkuda kaum musyrik dengan anak panah, hingga akhirya mereka kalah.

Baca Juga: Tafsir Surah Ali Imran Ayat 139: Larangan Bersikap Pesimis

Hikmah Bagi Kaum Muslimin

Allah swt kemudian memberikan hiburan dan hikmah kepada kaum muslimin yang dilanda kegelisahan luar biasa.

“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu adalah orang yg benar-benar beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan, masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran).” (QS. Ali Imran: 139-140)

M. Quraish Shihab menghubungkan ini dengan dua ayat sebelumnya (Ali Imran 137-138) yang menguraikan tentang adanya hukum-hukum alam (sunnatullah) yang berlaku terhadap semua manusia. Jika dalam Perang Uhud mereka kalah dan dalam perang Badar mereka dengan gemilang meraih kemenangan maka itu adalah bagian dari sunnatullah. Karena itu, umat muslim tidak perlu berputus asa dan bersedih hati dari kekalahan perang Uhud atau peristiwa lain yang serupa. (Tafsir al-Misbah, 2/226-227)

Wahbah al-Zuhaili (2/435) menerangkan  jika kaum mukminin telah mengetahui hakikat ini, maka seharusnya tidak perlu bersikap lemah, takut, dan bersedih dikarenakan apa yang menimpa mereka pada Perang Uhud, begitu juga dalam musibah dan luka. Karena orang-orang beriman derajatnya lebih tinggi, sebagaimana mereka yang gugur adalah para syuhada yang dimuliakan oleh Allah dan tempatnya adalah surga, sedangkan para korban yang terbunuh dari kaum kafir tempatnya neraka. Kejadian itu merupakan sebuah pelajaran dan wahana penempaan diri bagi kaum Muslimin.

Kemudian di ayat 140, terdapat konsep mudawalah untuk mengajarkan kaum muslim bahwa memang kekalahan di pertempuran Uhud banyak menyisakan luka dan pasukan gugur, tetapi kelompok kafir juga mengalami hal serupa bahkan mendapat luka yang jauh lebih besar pada perang Badar. Roda kehidupan selalu berputar; dalam peperangan terkadang menang terkadang kalah, hari ini bisa jadi merupakan hari kemenangan dan kesuksesan, tetapi esok mungkin kalah dan rugi, begitu seterusnya roda kehidupan selalu berputar yang menjadi sunnatullah.

Adapun pesan tersirat dari penjelasan di atas bahwa dalam kehidupan pasti ada kegembiraan, kesusahan, sehat, sakit, kaya, ataupun miskin yang berganti. Silih bergantinya keadaan dan nasib tersebut adalah supaya adil, juga sistem atau aturan yang ada bisa tetap berjalan, serta supaya orang yang mau merenung dan memahami sunnatullah.

Baca Juga: Tuntunan Alquran dalam Menghadapi Masa Sulit

Karenanya, orang-orang yang beriman tidak perlu larut dalam kesedihan, ataupun merasa hina, bahkan berputus asa ketika mendapat musibah sekalipun itu memang terasa berat. Karena sebagaimana disampaikan Fakruddin ar-Razi, bahwa kesenangan dan duka lara di dunia hanyalah bunga kehidupan yang semu. Sebab, bahagia dan sakitnya tiada dapat dibandingkan dengan kehidupan akhirat. Kalau memang kebahagiaan akhirat adalah prioritas kaum mukminin, maka apalah artinya pilu yang dirasakan di dunia.

Wallahu a’lam.[]

Rasyida Rifaati Husna
Rasyida Rifaati Husna
Khadimul ilmi di Pondok Pesantren Darul Falah Besongo
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...