BerandaTafsir TematikTafsir Ilmi Q.S. An-Nur Ayat 34: Proses Terbentuknya Awan

Tafsir Ilmi Q.S. An-Nur Ayat 34: Proses Terbentuknya Awan

Proses terbentuknya awan merupakan fenomena alam yang menakjubkan, kompleks, dan menjadi tanda-tanda kebesaran Allah. Jauh sebelum ilmuwan Barat seperti Luke Howard, Francis Beaufort, dan Vilhelm Bjerknes berhasil menemukan kajian tentang meteorologi dan geofisika yang di antaranya membahas tentang awan ini, Alquran berabad-abad lalu sejatinya telah mengisyaratkan hal tersebut. Ini sebagaimana dalam surah an-Nur ayat 43, Allah berfirman:

اَلَمۡ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يُزۡجِىۡ سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيۡنَهٗ ثُمَّ يَجۡعَلُهٗ رُكَامًا فَتَرَى الۡوَدۡقَ يَخۡرُجُ مِنۡ خِلٰلِهٖ‌ۚ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَآءِ مِنۡ جِبَالٍ فِيۡهَا مِنۡۢ بَرَدٍ فَيُـصِيۡبُ بِهٖ مَنۡ يَّشَآءُ وَ يَصۡرِفُهٗ عَنۡ مَّنۡ يَّشَآءُ‌ ؕ يَكَادُ سَنَا بَرۡقِهٖ يَذۡهَبُ بِالۡاَبۡصَارِؕ

Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya dan Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran es) itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan (Q.S. an-Nur [24]: 43).

Penjelasan Tafsir Ayat tentang Proses Terciptanya Awan

Awan (sahab) secara bahasa artinya menarik kembali. Dimaknai demikian karena ada angin yang mendorongnya atau karena satu sama lain saling berkejaran. Adapun menurut istilah ialah kumpulan partikel-partikel kecil air yang melayang di atmosfer. Menurut Zaghlul an-Najjar ukurannya hampir tidak lebih dari satu micron dengan diameter (0,001 milimeter) yang ada di atmosfer.

Musthafa al-Maraghi dan Wahbah Zuhaili menjelaskan bahwa Allah mengarak dan mengumpulkan awan yang berserakan menjadi bertumpuk satu sama lain, lalu keluarlah darinya hujan. Kemudian di masa kontemporer ini, terdapat mufasir yang mencoba meneliti dan mempelajari tentang kesesuaian antara ayat-ayat Alquran dengan ilmu pengetahuan yang berkembang di era modern ini. Di antaranya ialah Tanthawi dan Zaghlul.

Adapun pendapat Tanthawi Jauhari terkait tahapan pembentukan awan sebagaimana ayat di atas, ia menjelaskan bahwa awalnya awan-awan yang berukuran kecil bergerak karena digerakkan oleh Allah dengan angin menuju awan lainnya, sehingga darinya berkumpul membentuk gumpalan awan lebih besar mengandung titik-titik air yang kemudian tersusun lapisan-lapisan. Hingga pada waktunya, gumpalan-gumpalan tersebut menurunkan hujan ke bumi (Tafsir Jawahir, 8/21-44).

Baca juga: Mencari Titik Temu Sains dan Alquran

An-Najjar (2/291) menjelaskan lebih detail bahwa proses terbentuknya awan merupakan akibat penguapan air dari daratan maupun lautan. Uap air itu didorong oleh angin secara horizontal dan vertikal dalam bentuk udara lembab menuju ke kawasan yang lebih dingin atau bertekanan rendah. Di sini mulailah proses kondensasi di dalam bentuk bintik-bintik air yang sangat halus hingga membentuk awan. Kemudian arus angin mendorong serbuk debu dan neklus kondensasi lain ke dalam awan, sehingga membantu proses pemadatan uap air dan pertumbuhan bintik-bintik air sampai menjadi massa yang membuatnya turun ke bumi dalam bentuk hujan.

Gerak angin memiliki peran penting pada proses pembentukan awan. Hal ini juga diterangkan oleh sains bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi, salah satunya ialah angin. Apabila angin berhembus dengan kencang maka proses penguapan akan menjadi lebih cepat yang ujungnya berdampak pula pada cepatnya pembentukan awan (Awan, Matahari, Kelembapan, h. 10).

Komparasi Alquran dan Sains dalam Fenomena Pembentukan Awan

Penjelasan tafsir yang telah diuaraikan di atas terkait ayat tentang proses pembentukan awan ternyata selaras dengan sains modern. Para ilmuwan menjelaskan awan merupakan kumpulan uap air berdiameter 0,02 sampai 0,06 mm di atmosfer yang berasal dari penguapan air laut, danau, ataupun sungai yang terkena sinar matahari. Proses tersebut dinamakan kondensasi, yaitu berubahnya cairan menjadi gas (Earth Science, 5/370).

Baca juga: Zaghlul al-Najjar, Geolog Asal Mesir Pakar Tafsir Sains Alquran

Semakin tinggi suhu udara, maka semakin banyak pula uap air yang terkandung di dalamnya. Kumpulan uap air tersebut naik ke atmosfer dan menyatu dengan zat lainnya yang beterbangan di udara seperti debu. Apabila uap air tersebut berada pada ketinggian lebih dari 1km dari permukaan laut, maka uap air akan berubah menjadi awan. Dan jika suhu udara disekitarnya sangat dingin hingga dibawah titik beku, maka uap air akan menjadi hujan yang turun ke bumi (Sains dalam Alquran, h. 509-590).

Awan merupakan salah satu rahmat Allah yang dikaruniakan untuk manusia. Sebagaimana fungsi dan manfaat awan pada kehidupan di muka bumi, tidak hanya untuk memperindah langit, tetapi juga memainkan peran penting dalam sistem cuaca dan iklim. Dengan memahami tentang awan, terutama dalam hal ini proses terbentuknya awan, seorang muslim dapat menghargai keindahan dan pentingnya benda langit tersebut dalam menjaga keseimbangan planet bumi. Wallahu a’lam bis-shawwab.[]

Rasyida Rifaati Husna
Rasyida Rifaati Husna
Khadimul ilmi di Pondok Pesantren Darul Falah Besongo
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...