Dalam surah an-Naml ayat 19 tersebutkan doa Nabi Sulaiman as. dengan harapan agar Allah selalu menetapkan rasa syukur kepadanya. Doa ini berkenaan dengan kisah Nabi Sulaiman as dan sekolompok semut.
Doa itu sebagaimana berikut:
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.
Ayat di atas berkisah tentang Nabi Sulaiman beserta rombongannya ketika melewati lembah. Tiba-tiba, Nabi Sulaiman berteriak memerintahkan agar rombongannya berhenti. Rupanya Nabi Sulaiman mendengar ada seekor semut yang juga tengah berteriak kepada sekawanannya, “Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Nabi Sulaiman beserta rombongannya, sedangkan mereka tidak menyadari itu.” (Lihat an-Naml ayat 18) (Mukjizat Doa-Doa, 224).
Baca Juga: Makna Dialog Nabi Sulaiman as. dan Semut dalam Surah Annaml Ayat 18-19
Mendengar perkataan semut tersebut, Nabi Sulaiman tersenyum. فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا
تبسم berbeda dengan ضاحكا. Senyum adalah gerak ekspresif yang tidak disertai dengan suara untuk menunjukkan rasa gembira atau senang. (Tafsir al-Mishbah, Jilid 10, 207-208).
Jadi kata ضاحكا pada ayat tersebut tidak bermakna Nabi Sulaiman tertawa terbahak-bahak dengan suara yang keras. Senyumnya Nabi Sulaiman adalah pertanda bahwa ia ridha terhadap apa yang Allah karuniakan kepadanya, yakni mukjizat bisa mendengar dan mengerti ucapan dari semut.
Dengan dipanjatkannya doa di atas, Nabi Sulaiman berharap agar Allah berkenan membuatnya bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepadanya. Kata شكر pada ayat di atas bermakna penuhnya sesuatu atau pujian atas kebaikan. Al-Biqa’i mendefinisikan kata tersebut sebagai aktivitas yang mengandung penghormatan sebab dianugerahkan nikmat, seperti halnya memuji. Pujian menandakan bahwa yang bersangkutan telah menyadari adanya nikmat serta mengakui dan hormat kepada yang memberinya.
Konon Nabi Daud pernah bertanya kepada Allah, “Wahai Tuhan, bagaimana aku mensyukuri-Mu, padahal kesyukuran adalah nikmat-Mu yang lain, yang juga membutuhkan syukur dariku?”. Lalu, Allah mewahyukan kepadanya, “Kalau engkau telah menyadari bahwa apa yang engkau nikmati bersumber dari-Ku, maka engkau telah mensyukuri-Ku.” (Cahaya Al-Qur’an bagi Seluruh Makhluk, 261-262).
Baca Juga: Tafsir Tarbawi: Belajar Tawadhu dari Kisah Nabi Sulaiman
Dalam doa tersebut setidaknya ada 3 permohonan Nabi Sulaiman kepada Allah.
Pertama, Nabi Sulaiman memohon agar Allah menjadikannya seorang hamba yang pandai bersyukur atas nikmat yang telah dilimpahkan kepadanya. Nikmat yang dimaksud adalah kemampuan dapat mengerti bahasa binantang, serta mukjizat lain yang telah dianugerahkan kepadanya. Serta nikmat yang diwariskan dari kedua orang tuanya, yakni nikmat beribadah dan nikmat syukur. Sehingga tidaklah ia menjadi orang yang terbuai dan lalai atas segala nikmat yang diperoleh.
Kedua, Nabi Sulaiman memohon agar ia dapat melakukan amal saleh yang dikerjakan dengan rasa ikhlas, diridhai serta diterima oleh Allah. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh para nabi dan rasul sebelumnya.
Ketiga, Nabi Sulaiman memohon agar Allah menjadikannya bagian dari orang-orang saleh dengan rahmat-Nya. Sebab, tidak seorang pun yang masuk surga dengan amalnga, melainkan karena diliputi rahmat Allah. Ini juga merupakan doa dari para nabi dan rasul, agar Allah berkenan menjadikan mereka sebagai hamba dengan predikat saleh. (Ensiklopedia Doa, 157-158).
Doa ini memperlihatkan puncak kerendahan hati dari seorang nabi, sekaligus penguasa dengan segenap kelebihan dan keagungannya. Banyaknya anugerah yang Allah berikan kepadanya, ternyata tidak menjadikannya terlena, justru hal itu membuat Nabi Sulaiman semakin berupaya dalam berdoa agar Allah senantiasa menjadikannya seorang hamba yang selalu bersyukur.
“Dengan rahmat-Mu” merupakan pernyataan yang menunjukkan bahwa Nabi Sulaiman menanggalkan segala apa yang ia miliki, baik itu keutamaan, keunggulan serta derajat yang tersematkan pada dirinya. Ia tetap memohon pertolongan kepada Allah, agar mendapatkan rahmat-Nya. (Sulaiman: Raja Segala Makhluk, 170-172).