BerandaTafsir TematikTafsir TarbawiAlasan Penting Harus Ada yang Memperdalam Ilmu Agama Menurut Al Quran

Alasan Penting Harus Ada yang Memperdalam Ilmu Agama Menurut Al Quran

Memperdalam ilmu agama merupakan langkah taktis untuk berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti (sains dan ilmu pengetahuan). Islam memandang orang yang menuntut ilmu terutama ilmu agama sama halnya dengan orang yang berjuang atau berjihad di medan perang.

Tidak semuanya harus pergi berperang, tidak semuanya harus menjadi ahli di semua bidang, harus ada yang mendalami ilmu agama. Sebab di tengah modernitas, ilmu agama semakin terabaikan. Banyak orang yang sebelumnya tidak memiliki kualifikasi atau track record (rekam jejak) keilmuan agama yang mumpuni mendadak menjadi ustadz dadakan. Fenomena ustadz prematur yang minim akan pengetahuan agama meresahkan bagi masyarakat awam terlebih masyarakat urban. Sebagaimana yang termaktub dalam firman-Nya,

۞ وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ

Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya. (Q.S. al-Taubah [9]: 122)


Baca juga: Mengulik Terjemah dan Ragam Penafsiran Al-Quran: Tafsir Surat Yusuf Ayat 18-20


Tafsir Surat at-Taubah Ayat 122

Asbabun nuzul ayat ini sebagaimana dijelaskan dalam Lubab an-Nuqul fi Asbab an-Nuzul bahwa antusiasme yang besar dari para sahabat untuk berjihad atau berperang di jalan Allah swt begitu besar. Sehingga semuanya meninggalkan Rasulullah saw sendiri dan kecuali orang yang memiliki uzur. Maka turunlah ayat ini.

Ibnu Katsir memaparkan bahwa ‘Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas mengatakan semua umat Muslim pergi berjihad berperang di jalan Allah dan meninggalkan Rasulullah saw seorang diri. Sedangkan yang dimaksud dengan min kulli firqatin minhum yaitu ushbah (golongan).

Dalam konteks ini adalah sariyyah (pasukan khusus) di mana mereka tidak akan berangkat kecuali seizin Nabi saw. Apabila pasukan sariyyah itu kembali, sementara itu pasca keberangkatan mereka diturunkan ayat-ayat Alquran yang telah mereka pelajari saat bersama Nabi saw, maka mereka yang bersama Nabi saw. akan mengatakan kepada sariyyah, “Sesungguhnya Allah swt telah menurunkan ayat-ayat Alquran kepada Nabi kalian dan telah kami pelajari.” Kemudian, sariyyah itu tinggal bersama Nabi untuk memperdalam ilmu agama, sesudah keberangkatan mereka, dan Nabi pun mengirimkan sariyyah lainnya.


Baca juga: Tuntunan dalam Membangun Relasi Antar Umat Beragama


Al-Maraghi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat tersebut memberikan isyarat tentang kewajiban seorang mukmin untuk memperdalam ilmu agama serta berupaya mempersiapkan segala hal yang diperlukan tatkala belajar di suatu daerah dengan syarat daerah tersebut membawa maslahat kepada penduduknya. Memusatkan perhatian kepada ilmu agama merupakan bernilai ibadah di sisi Allah swt dan tidak kalah mulianya dengan orang-orang yang berjihad atau berperang di medan perang untuk menegakkan agama Allah swt.


Baca juga: Menjadi Guru Itu Profesi Mulia Menurut Al Quran


Alasan Harus Ada Yang Mendalami Ilmu Agama

Rasulullah saw bersabda, “Di hari kiamat nanti, kelak tinta yang digunakan untuk menulis oleh para ulama akan ditimbang dengan darah para syuhada (yang gugur di medan perang).”

Artinya, perjuangan untuk mendalami ilmu agama sangatlah mulia sehingga diganjar dengan timbangan darah para syuhada. Namun, tidak setiap umat Islam mendapat kesempatan untuk mendalami ilmu agama disebabkan berbagai kesibukan lainnya. Oleh karena itu, harus ada sebagian umat Islam yang concern mendalami ilmu agama sehingga mereka mampu menyebarkannya tatkala kembali ke masyarakat nantinya serta menjalankan misi dakwah Islam dengan cara atau metode yang luwes, tidak kaku dan moderat sehingga membawa maslahat dan manfaat bagi peradaban umat Islam.

Orang-orang yang telah memiliki ilmu agama haruslah menjadi pelita bagi umatnya. Ia harus mengamalkan ilmunya dan menuntun orang lain agar memiliki ilmu agama pula. Selain dirinya sendiri menjadi teladan yang baik (uswah hasanah) bagi lingkungan sekitarnya sebab keberlangsungan Islam, tidak hanya dalam hitungan tahun melainkan seterusnya hingga datangnya kiamat. Wallahu A’lam.

 

Senata Adi Prasetia
Senata Adi Prasetia
Redaktur tafsiralquran.id, Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif di Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...