BerandaUlumul QuranMenilik Kehadiran Tafsir Ilmi

Menilik Kehadiran Tafsir Ilmi

Tafsiralquran.id – Dinamika tafsir dalam perjalanannya telah menuai perkembangan yang cukup signifikan. Sejak era klasik hingga era modern-kontemporer tidak sedikit ragam corak penafsiran yang hadir mewarnai geliat tafsir di sepanjang masanya. Salah satunya adalah tafsir ilmi, salah satu disiplin ilmu tafsir al-Quran ini berupaya meyakinkan perspektif Barat pada kesempurnaan syumuliyah al-Quran sebagai wahyu dan mukjizat, bukan berdasar karangan fiksi Rasulullah saw.

Dalam sudut pandang epistimologi, Istilah baru ini dinukil dari dua patah kata yakni tafsir dan ilmi. Tafsir sendiri dalam kamus al-Mu’jam al-Wasith berarti menerangkan atau menjelaskan, diambil dari akar kata al-fasr yang berarti perkataan atau keterangan. Sedangkan ilmi berasal dari kata ‘Ilm yang berarti ilmu, pengetahuan, sains. Secara sederhana, tafsir ilmi diartikan oleh al-Dhahabi sebagai tafsir yang membahas secara mendalam sisi ilmiah dalam ayat-ayat al-Quran dan berusaha mengeluarkan berbagai pandangan falsafah yang terkandung didalamnya.   

Dalam tapak jejak sejarah, Quraish Shihab menjelaskan, benih corak penafsiran ilmiah ini sebenarnya bermula sejak masa Dinasti Abbasiyah pada pemerintahan Khalifah Ma’mun, dikuatkan oleh Ahmad al-Syirbasyi, bahwa sejak zaman dahulu kaum muslim berupaya menjalin hubungan erat dengan al-Quran sebab penerjemahan kitab-kitab ilmiah. Upaya ini semakin terlihat hingga pertengahan abad ke-20.

Abdul Manan Syafi’i mengemukakan bahwa prinsip-prinsip tafsir ilmi kemudian didukung kuat oleh al-Ghazali dalam kitabnya Jawahir Al-Quran dan Ihya’ Ulumuddin dan dilanjutkan dengan Fakhr al-Razi dalam Mafatih al-Ghayb. Namun kebangkitan tafsir ilmi mulai berpengaruh luas sejak lahirnya magnum opus Thantawi Jauhari pada tahun 1929, yang berjudul al-Jawahir fi Tafsir al-Quran al-Karim, dalam karyanya Thantawi berupaya menggalakkan kembali kajian sains dalam al-Quran. Berdasarkan kalkulasi Tanthawi, terdapat 750 ayat al-Quran yang memuat penjelasan terkait sains. Menurutnya, ayat yang menyinggung terkait sains lebih banyak daripada ayat yang mengulas tentang hukum.  

Sejauh ini, ijtihad para pemikir Islam telah menginspirasi tokoh ilmuwan setelahnya, terbukti dengan hadirnya pelbagai karya yang membahas sisi ke-ilmiah-an al-Quran hingga saat ini. Salah satunya adalah Zaghlul el-Najar dengan karyanya Tafsir al-Ayah al-Kauniyah di al-Quranul al-Karim, Muhammad al-Thahrir ibn Asyur dengan karyanya Tafsir al-Tahrir wa al Tanwir dan Mahmud Mahdi dengan karyanya I’jaz al-Quran al-‘Ilm.

Di Indonesia, geliat tafsir ilmi terliat sejak tahun 1960 hingga saat ini. secara kalkulasi, tidak terhitung jumlah karya-karya cendekiawan Indonesia yang turut memberikan udara segar penafsiran al-Quran pendektan sains baik dalam tafsir, buku, jurnal, yang mengulas al-Qur’an dalam sudut pandang ilmiah. Transformasi tersebut dapat terlihat dari karya Prof. Hasbi Ash-Shiddieqy pada tahun 1960 dalam karya tafsirnya yang berjudul Tafsir al-Quranul Majied an-Nur, KH. Bishri Musthafa dalam orientasi tafsirnya yang berjudul Tafsir al-Ibriz, Ahmad Baiquni dalam buku relasi al-Quran dan sains berjudul Seri Tafsir al-Quran bil ‘Ilmi al-Quran dan sebuah karya tafsir oleh tim ITB yang berjudul Tafsir Salman.

Sejauh yang kita ketahui, beberapa ilmuwan telah menyambut positif kehadiran tafsir ilmi. Namun, di samping pro terdapat kontra oleh sejumlah kalangan pemikir islam. diantaranya adalah Muhammad Husain al-Zahabi, al-Syathibi, Muhammad Izzat Darwaza, Shubhi al-Shalih dan Mahmud Syaltut. Meski demikian tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran tafsir ilmi telah berupaya menguraikan maksud ayat-ayat al-Quran yang senantiasa relevan sepanjang zaman. Wal’afwu minkum, Waallahu a’lam bish shawab.

Mufidatul Bariyah
Mufidatul Bariyah
Mahasiswa Ilmu Alquran dan Tafsir Institut Kiai Haji Abdul Chalim (IKHAC) Mojokerto, aktif di CRIS (Center for Research and Islamic Studies) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Mengenal Aquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar: Metode dan Perkembangannya

0
Kini, penerjemahan Alquran tidak hanya ditujukan untuk masyarakat Muslim secara nasional, melainkan juga secara lokal salah satunya yakni Alquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar....