BerandaUlumul QuranDelapan Tema Pokok Al-Quran Menurut Fazlur Rahman (1)

Delapan Tema Pokok Al-Quran Menurut Fazlur Rahman (1)

Siapa yang tak kenal Fazlur Rahman? Namanya sudah tidak asing lagi di tengah-tengah kerumunan sarjana muslim kontemporer, atau sarjana Barat yang aktif menekuni kajian keislaman. Ia adalah sosok pembaharu dalam babakan peradaban dunia modern pemikiran Islam. Bermacam literatur tulisan Rahman yang pernah muncul puluhan tahun lalu seolah tak lekang dimakan waktu. Sampai detik ini, karya-karyanya menjadi rujukan dan telah dinikmati banyak orang. Ini saja sebenarnya sudah cukup untuk membuktikan bahwa pemikiran-pemikiran gemilang seorang Rahman memang layak disanjung.

Major Themes of The Qur’an adalah salah satu karya Fazlur Rahman yang tak kalah fenomenal dengan karya-karyanya yang lain semisal Islam Methodology in History. Semenjak pertama kali terbit pada tahun 1980, buku ini berhasil membawa angin segar sekaligus pandangan baru dalam kajian Al-Quran. Pada awal tahun 2018 lalu, Mizan menerbitkan seri terjemahan buku Major Themes of The Qur’an dengan judul Tema-tema Pokok Al-Qur’an. Sebelumnya, pada tahun 2013, buku ini juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab berjudul المسائل الكبرى في القرآن الكريم.

Baca juga: Kriteria Perempuan Salihah dalam Surah At-Tahrim Ayat 11-12

Buku Major Themes of The Qur’an pernah dibedah dan didiskusikan dalam sebuah seminar yang diadakan oleh Laboratorium Studi Al-Quran dan Hadis (LSQH) UIN Sunan Kalijaga bekerjasama dengan Mizan Wacana serta didukung oleh Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) dan Ilmu Hadis (ILHA) pada 28 Februari 2018 silam. Haidar Bagir yang berkesempatan menjadi pembicara turut memberikan komentar, “Jika kita membaca Major Themes of The Qur’an tanpa mengetahui penguasaan Fazlur Rahman pada ilmu-ilmu kesilaman, kita bisa salah melihat ini sebagai buku yang ditulis oleh seorang Kiai atau Ulama.”

Sebelum melangkah jauh membahas pemetaan Rahman terkait tema-tema pokok dalam Al-Quran, saya ingin lebih dulu menyinggung sedikit tentang buku ini dan apa saja yang menjadi gundah gulana Rahman di balik penulisan buku tersebut. Ini penting dilakukan. Seperti yang dikatakan Bagir, agar kita tidak salah paham memahami pemikiran Rahman dan juga buku ini. Selain itu, Bagir menambahkan bahwa buku Major Themes of The Qur’an adalah akhir dari seluruh pengembaraan keilmuan Rahman.

Baca juga: Sejarah Puasa dan Rahasia Dipilihnya Bulan Ramadhan Menurut Para Tokoh Tafsir

Berawal dari Kegelisahan Mendalam

Dalam ikhtiar memahami petunjuk dan firman suci Al-Quran, para ulama berusaha menggalinya dengan berbagai macam pendekatan. Sepintas Rahman menyoal kebanyakan tafsir-tafsir klasik yang lebih sering mendekati dan membaca Al-Quran ayat demi ayat sesuai urutan mushaf Utsmani lalu memberikan penjelasan terhadapnya. Dengan tetap mengapresiasi usaha itu, Rahman menilai bahwa metode seperti ini tidak akan mampu melahirkan cara pandang Al-Quran yang terpadu dan holistik.

Rahman pun tak segan-segan mengkritik pendekatan sarjana-sarjana Barat yang kadangkala serampangan dalam mengkaji Al-Quran. Tumpukan literatur Barat tentang Al-Quran, setidaknya dapat dipilah menjadi tiga katagori. Pertama, literatur yang berusaha menelusuri pengaruh ajaran Yahudi dan Kristen atas Al-Quran. Kedua, literatur yang berusaha merekonstruksi urutan kronologis Al-Quran. Ketiga, literatur yang bertujuan menjelaskan kandungan dan pesan Al-Quran, baik secara keseluruhan maupun pada aspek-aspek tertentu.

Baca juga: Ragam Pandangan Mufassir Tentang Pemukulan Suami Terhadap Istri

Dalam pandangan Rahman, sekalipun literatur-literatur pemikir Barat itu berkontribusi, namun tidak menjamin mampu mengantarkan pembaca pada pemahaman dan penghayatan Al-Quran dengan tepat, benar, mendalam, menyeluruh dan utuh. Situasi inilah yang menginisiasi Rahman untuk memikirkan pendekatan lain sebagai bentuk ikhtiar memahami keseluruhan kandungan Al-Quran, yaitu secara tematik. Pendek kata, karya ini merupakan jawaban mendesak sebagai sebuah pengantar terhadap tema-tema utama Al-Quran yang tidak dijumpai dalam karya-karya kesarjanaan Timur Tengah dan Barat sekalipun.

Melalui magnum opusnya ini, Rahman dipandang telah menawarkan pendekatan yang belum pernah ada sebelumnya. Pemetaan Rahman terhadap tema-tema pokok dalam Al-Quran merupakan sumbangan yang amat berarti untuk keberlangsungan kajian Al-Quran. Rahman sendiri meyakini bahwa pemaparan sintetik adalah satu-satunya cara untuk menghadirkan citarasa asli Al-Quran sebagai kalam Tuhan yang diperuntukkan bagi manusia.

Delapan Tema Pokok dalam Al-Quran

Al-Quran bagi pembacanya akan memberikan kesan bahwa isinya tidak sistematis. Peralihan pokok pembicaraan dari satu bagian ke bagian berikutnya tampak tidak mengikuti suatu organizing principle (aturan pengurutan tertentu), baik dari segi redaksi, isi, tempat dan masa serta konteksnya. Lalu muncul pertanyaan, bagaimana seseorang bisa menangkap ide-ide utama yang ingin disampaikan Al-Quran tentang berbagai persoalan penting? Seperti bagaimana Al-Quran berbicara tentang Tuhan, manusia dan alam misalnya?

Dalam bukunya, Rahman dengan apik memetakan kandungan Al-Quran yang terdiri dari 6000 lebih ayat itu menjadi delapan tema pokok; 1) Tuhan, 2) Manusia sebagai Individu, 3) Manusia dalam Masyarakat, 4) Alam Semesta, 5) Kenabian dan Wahyu, 6) Eskatologi, 7) Setan dan Kejahatan, dan 8) Kelahiran Masyarakat Islam. Pemetaan Rahman mengenai tema-tema pokok Al-Quran ini berpijak pada prinsip dasar; bahwa Al-Quran diturunkan bagi umat manusia. Pendekatan bernuansa antroposentris ini sepertinya bukan sekedar mewakili concern intelektual, tapi juga concern prakmatikal Rahman. Bahwa Al-Quran bukan hanya dapat dipahami oleh akal manusia, melainkan juga diturunkan demi membawa gerak sejarah pada tujuan yang dikehendaki umat manusia dengan berkeadilan dan berkeadaban.

Seperti yang dikatakan Nasaruddin Umar, dari 6.000 lebih ayat Al-Quran, siapapun bisa saja memetakan tema-tema tertentu dengan berbagai pendekatan dan hasilnya tentu berlainan, baik dari segi penamaan dan kuantitas tema, maupun paradigma yang dipakai. Seseorang mungkin memetakan kandungan Al-Quran, misalnya, dengan pendekatan Rukun Iman dan Rukun Islam; trilogi Islam-Iman-Ihsan; trilogi Syariah-Hakikat-Ma’rifat; kategori ayat Muhkamat-Mutasyabihat; tipologi ayat-ayat Makiyah-Madaniyah; trilogi Tuhan-Alam-Manusia; disiplin keilmuan Tauhid, Fiqih (syariat), Sirah, Ibadah, Muamalah, dan sebagainya.

Baca juga: Inilah 15 Nama-Nama Surga Yang Disebutkan dalam Al-Qur’an

Apapun pemetaan tema yang digunakan, tingkat keberhasilannya diukur dari sejauh mana ia mampu melingkupi dan menjelaskan realitas relatif utuh, terpadu, saling berkaitan, dan sederhana. Lebih dari itu, ia juga harus memiliki explaining power yang mampu memberi penjelasan terhadap realitas yang terus berubah dan ilmu pengetahuan yang terus berkembang. Ini sebuah tugas yang tidak sederhana. Di sini, Fazlur Rahman memberi kontribusi penting tentang pemetaan tema-tema pokok Al-Quran. Sebuah langkah cemerlang yang hingga saat ini masih relevan dalam keilmuan Al-Quran (ulum al-Qur’an). Ulasan lebih rinci mengenai delapan tema yang diungkap Rahman ini InsyaAllah akan saya bahas pada tulisan berikutnya. Wallahu a’lam []

Bersambung…

Fawaidur Ramdhani
Fawaidur Ramdhani
Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya dan Dosen Ma’had Ali UIN Sunan Ampel Surabaya. Minat pada kajian tafsir Al-Quran Nusantara, manuskrip keagamaan kuno Nusantara, dan kajian keislaman Nusantara
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU