BerandaUlumul QuranHakikat Makna Kata Birr dalam Al Quran

Hakikat Makna Kata Birr dalam Al Quran

Makna kata Ihsan seperti yang dikemukakan pada artikel sebelumnya adalah “perbuatan baik yang lebih” yang dilakukan terhadap Tuhan, seseorang atau sesuatu. Ini berarti bahwa Ihsan itu mempunyai batasan makna dan implementasinya juga terbatas. Yang menjadi ciri Ihsan adalah adanya kelebihan kebaikan yang dilakukan. Kebaikan yang pas-pasan, dikategorikan sebagai amal saleh. Kedua kata ini sangat berbeda makna dengan kata Birr. Artikel ini akan membahas hakikat makna Birr dalam Al Quran.

Kata Birr, yang saya amati, baik dalam penggunaannya di dalam Alquran maupun di dalam hadis Nabi mempunyai konotasi yang sangat khusus. Hakikat makna kata Birr dapat kita telusuri dari penggunaannya. Kata ini hanya digunakan untuk menggambarkan kebaikan-kebaikan yang dilakukan seseorang terhadap kedua orang tuanya dan terhadap Allah swt.

Kebaikan-kebaikan yang dilakukannya dalam pengertian Birr, harus bersifat abadi, tidak terbatas oleh waktu, tidak terbatas oleh tempat dan tidak terbatas oleh jumlah, tidak terbatas oleh besar kecilnya sesuatu yang dilakukan.

Mengapa kata Birr itu hanya dikaitkan dengan kebaikan-kebaikan yang abadi terhadap kedua orang tua? Jawabannya adalah bahwa kedua orang tua adalah manusia yang paling berjasa dalam mewujudkan anaknya untuk hidup di dunia ini.

Tidak ada satu pun manusia yang paling berjasa terhadap anak, kecuali kedua orang tuanya. Kedua orang tua yang membuat anaknya ada. Kedua orangtuanya yang telah mengandungnya.

Kedua orang tuanya yang telah mengasuh dan membesarkannya. Kedua orang tuanya yang telah mendidiknya. Kedua orang tuanya yang telah melakukan segalanya untuk anaknya. Keduanya telah memberikan segalanya kepada anaknya tanpa batas waktu dan tempat, tanpa mengharap imbalan dan balas jasa, tidak hanya pada saat di dunia ini, tetapi juga setelah kematian anaknya.

Inilah rahasianya, mengapa seorang anak harus melakukan perbuatan Birr kepada kedua orang tuanya tanpa batas waktu dan tempat, tanpa batas jumlah dan sifat amalnya. Karena orang tua yang memberikan segalanya untuk anaknya. Oleh sebab itulah, maka Allah dan rasul-Nya memerintahkan kepada setiap anak untuk berbuat kebaikan dalam bentuk Birr kepada kedua tuanya. Hanya kepada kedua orang tuanya dari semua manusia yang ada di dunia ini yang dipatut diersembahkan perbuatan Birr. Kepada yang lain hanya dipersemabhakn perbuatan saleh, dan Ihsan.

Mengapa pula kata Birr itu hanya dikaitkan dengan kebaikan-kebaikan yang abadi dari manusia terhadap Allah swt? Jawabannya adalah bahwa Allahlah yang telah menciptakan dari tidak ada menjadi ada, yang menciptakan manusia dalam bentuk yang sangat sempurna.

Allah Swt yang telah memberikan jasad dan roh kepada mereka sehingga mereka bisa hidup. Tidak ada yang mampu mencipta manusia, kecuali Allah. Allah yang telah memberi segalanya kepada mereka, memberikan rahmat, memberi nikmat, memberi keberkahan, memberi rezeki, memberi pahala, dan memberi segalanya.

Inilah rahasianya, mengapa manusia harus melakukan perbuatan BIRR kepada Tuhannya, dalam bentuk ibadah dan taat kepadanya tanpa batas waktu dan tempat, tanpa batas jumlah dan sifat amalnya. Karena Allah yang memberikan segalanya untuk manusia tanpa batas waktu dan tempat, tanpa ada diskriminasi di antara manusia.

Dialah yang memberikan rahmat ketika manusia hidup di dunia ini dan Dia pulalah yang memberikan rahmat-Nya ketika di akhirat nanti. Oleh sebab itulah, maka Allah dan rasul-Nya memerintahkan manusia untuk berbuat kebaikan dalam bentuk Birr kepada Allah swt. Hanya kepada Allah, Zat yang dipatut diersembahkan perbuatan Birr, yang abadi.

Ingatlah saudara-saudaraku pesan Rasulullah saw berkaitan dengan perbuatan BIRR kepada kedua orang tua kita dan kepada Allah: “Seandainya tidak ada Tuhan yang kita sembah, maka yang kita sembah adalah kedua orang tua kita.” Maknanya adalah kita harus berbuat BIRR kepada kedua tua kita karena keduanya telah memberikan segalanya kepada kita sebagaimana kita berbuat Birr kepada Allah karena Dia telah memberikan kita segalanya.

Semoga kita menjadi anak yang mampu mewujudkan Birr itu kepada kedua orang tua kita karena kedua telah memberi kepada kita tanpa batas sebagaimana kita sebagai hamba Allah mampu mewujudkan Birr itu kepada Allah yang telah memberi kepada kita segalanya tanpa batas. Wallaahu a’lam bi al-shawaab.

Ahmad Thib Raya
Ahmad Thib Raya
Guru Besar Pendidikan Bahasa Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dewan Pakar Pusat Studi Al-Quran (PSQ)
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU