Setiap manusia pasti memiliki hajat (keinginan) atau kebutuhan untuk memiliki sesuatu. Keinginan yang ia sampaikan kepada seseorang atau kepada Allah swt, itulah yang dinamakan doa. Secara keseluruhan, kata doa dalam Al-Quran dan derivasinya terulang sebanyak 213 kali dalam 55 surat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kata doa merupakan kosa kata yang populer dan menunjukkan bahwa manusia membutuhkan sandaran kepada Allah swt (ihtiyaju lighairihi).
Doa secara bahasa berasal dari kata da’a – yad’u – du’aan, artinya seruan, panggilan, permintaan, dan permohonan. Dalam Lisanul ‘Arab disebutkan, kata ad-du’a adalah bentuk mashdar dari kata kerja (fi’il) da’a, yad’u, du’a yang berarti ibadah, memohon bantuan dan pertolongan. Sedangkan menurut istilah, para ulama berbeda-beda dalam menafsirkannya. Al-Qadhi Iyadh misalnya, ia mendefinisikan doa sebagai ibadah yang hakiki karena menunjukkan kepasrahan diri kepada Allah swt dan berpaling selain dari-Nya.
Adapun at-Thabari dalam Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Ayil Qur’an memaknai doa dengan segala bentuk amal yang diperintahkan oleh Allah, baik yang bersifat sunnah maupun wajib. Penafsiran berbeda juga dituturkan oleh Quraish Shihab, menurutnya doa merupakan bentuk permintaan yang ditujukan kepada setiap orang yang mempunyai kedudukan dan kemampuan tinggi, yang melebihi kedudukan dan kemampuan dirinya.
Baca juga: Doa Nabi Zakaria dan Tafsir Ali Imran [3]: 38
Enam Makna Doa dalam Al Quran
As-Suyuthi dalam al-Itqan fi ‘Ulumil Qur’an menyebutkan kata doa memiliki enam makna. Enam makna itu ialah ibadah, meminta bantuan, permohonan, ucapan, panggilan, dan memberi nama. Berikut penjelasannya.
Doa bermakna Ibadah
وَلَا تَدْعُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۚفَاِنْ فَعَلْتَ فَاِنَّكَ اِذًا مِّنَ الظّٰلِمِيْنَ
“Dan jangan engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi bencana kepadamu selain Allah, sebab jika engkau lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya engkau termasuk orang-orang zalim.” (Q.S. Yunus [10]: 106)
Muhammad ‘Ali as-Shabuni dalam Shafwatut Tafasir menafsirkan ayat di atas sebagai bentuk ta’kidan lin nahy (memperkuat larangan). Gunanya, untuk sekali-kali tidak menyembah selain Allah swt, yaitu sesuatu yang tidak memberi manfaat maupun madharat. Misalnya, berhala dan arca.
Adapun ayat-ayat Al Quran yang masuk dalam kategori bermakna ibadah, di antaranya Q.S. Al-An’am [6]: 71, Q.S. Al-Qasas [28]: 88, Q.S. Al-Furqan [25]: 68 dan 77, dan Q.S. Al-‘Ankabut [29]: 42.
Baca juga: Doa Untuk Orang Tua dalam Al-Quran dan Tafsir Surat Al-Isra’ [17]: 24 , Doa Sapu Jagat dan Tafsir Surah al-Baqarah [2]: 201 , Doa Al-Quran: Doa Taubat Nasuha , Merasa Diganggu Setan? Amalkan Doa Ayat Kursi , Doa Al-Quran: Doa Agar Diringankan Dari Beban Kehidupan
Doa bermakna Meminta Bantuan
وَاِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهٖ ۖ وَادْعُوْا شُهَدَاۤءَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
“Dan jika kamu meragukan (Al-Quran) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 23)
Quraish Shibab menafsirkan redaksi wad’u syuhadaakum dengan makna ajaklah penolong-penolong kalian yang dapat membantu menyusun satu surah. Atau pun hasil karya kalian semisal dengan satu surah dalam Al-Quran. Kata wad’u di sini bermakna meminta bantuan.
Doa bermakna Permohonan
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ
“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (Q.S. Gafir [40]: 60)
Dijelaskan dalam Shafwah al-Tafasir karya ‘Ali as-Shabuni, yang dimaksud dengan redaksi ud’uni astajib lakum adalah berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan apa yang kalian minta dan aku beri apa yang kalian mohonkan. Sedangkan Ibnu Katsir menjelaskan dengan mengutip sabda Rasul saw, man lam yad’ullahu ‘azza wa jalla, ghadaba ‘alaih (barang siapa yang berdoa selain kepada Allah swt, maka Allah murka kepadanya).
Doa bermakna Ucapan
دَعْوٰىهُمْ فِيْهَا سُبْحٰنَكَ اللّٰهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيْهَا سَلٰمٌۚ وَاٰخِرُ دَعْوٰىهُمْ اَنِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
“Doa mereka di dalamnya ialah, “Subhanakallahumma” (Mahasuci Engkau, ya Tuhan kami), dan salam penghormatan mereka ialah, “Salam” (salam sejahtera). Dan penutup doa mereka ialah, “Al-hamdu lillahi Rabbil ‘alamin” (segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam).” (Q.S. Yunus [10]: 10)
Hasbi as-Shiddieqiy dalam Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur menuturkan bahwa orang-orang mukmin di dalam surga selalu mengawali doa dan pujian kepada Allah dengan ucapan “subhanakallahumma” (Mahasuci Engkau Ya Tuhan kami). Adapun penghormatan mereka di surga dengan ucapan “salam” yang bermakna kesejahteraan dan hal itu pula penghormatan (tahiyyah) orang-orang mukmin ketika di dunia.
Doa bermakna Panggilan (Nida’)
يَوْمَ يَدْعُوْكُمْ فَتَسْتَجِيْبُوْنَ بِحَمْدِهٖ وَتَظُنُّوْنَ اِنْ لَّبِثْتُمْ اِلَّا قَلِيْلًا
“Yaitu pada hari (ketika) Dia memanggil kamu, dan kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira, (rasanya) hanya sebentar saja kamu berdiam (di dalam kubur).” (Q.S. Al-Isra’ [17]: 52)
Ayat di atas menjelaskan tentang kondisi manusia tatkala di hari kiamat nanti. Sebagaimana yang dituturkan oleh Quraish Shibab bahwa kata yad’ukum bermakna Allah swt memanggil manusia melalui perantara pemanggil, lalu manusia secara sigap dan cepat memenuhi panggilan itu sembari memuji-Nya.
Doa bermakna Memberi Nama
لَا تَجْعَلُوْا دُعَاۤءَ الرَّسُوْلِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاۤءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًاۗ
“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul (Muhammad) di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain).” (Q.S. An-Nur [24]: 63)
Pada redaksi du’aar rasuli, kata rasul dalam ayat itu berlaku sebagai pelaku pemanggilan. Ada juga yang memahaminya dalam arti panggilan kamu kepada rasul, dalam hal ini rasul berkedudukan sebagai objek. Jika demikian, menurut Quraish Shibab adalah jangan jadikan panggilan kepada Rasul sama halnya dengan panggilan kamu satu sama lain.
Setelah mengulas beberapa istilah penggunaan makna doa dalam Al-Quran, dapat dikatakan bahwa kata doa dapat digunakan dalam berbagai macam pengertian. Tentunya, sesuai konteks yang ada sehingga dapat diketahui perbedaan antara maksud dan tujuan doa yang dipanjatkan.
Dan, satu hal yang perlu kita ingat, “berdoalah kepada-Ku”, kata Allah, “niscaya Aku kabulkan”. Semoga kita termasuk hamba-hambaNya yang senantiasa berdoa, menghamba dan mengharap ridha hanya kepada-Nya. Amin.
Wallahu a’lam[]