BerandaTafsir TematikIrhash Kenabian Muhammad, Bukti Allah Merayakan Maulid Nabi

Irhash Kenabian Muhammad, Bukti Allah Merayakan Maulid Nabi

“Maka diumumkanlah ke seluruh jaga. Dan ke seluruh bumi kita ini. Hamilnya Aminah seorang bayi. Yang disebut nur hakiki asli.”

Adalah potongan lirik dari lagu berjudul Menyambut Kelahiran Nabi. Lagu yang dipopulerkan oleh Hj. Alfiyah dan grup musik Nasida Ria yang diciptakan oleh H. Muhammad Zain. Buah adaptasi karya maulid Al-Barzanjiy atau ‘Aqd al-Jauhar fi Maulid al-Nabiyy al-Azhar karangan Sayyid Ja‘far bin Hasan bin ‘Abd al-Karim al-Barzanjiy.

Dalam setiap event maulid, lagu ini dahulu sering kali disampaikan oleh Allahu yarham Simbah KH. Ma‘ruf Irsyad Kudus. Beliau, Mbah Ma‘ruf, merupakan satu dari sekian banyak kiai yang menyiarkan selawat berikut acara muludan atau perayaan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallama melalui panggung mau‘idzah. Diantara dalil yang beliau sebutkan adalah Surah Al-Fiil [105]: 1-5,

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ (1) أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ (2) وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3) تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ (4) فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ (5)

“Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia. dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong. yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar. sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat).”

Dalam ulasannya, beliau menyebutkan bahwa Imam Jalalain menafsirkan surah ini dengan ta’dziman li maulid al-nabiyy. Bahwa penghancuran tentara Abrahah yang hendak menyerang kota Makkah merupakan bentuk pengagungan terhadap kelahiran Nabi Saw. Dan mengagungkan kelahiran Nabi Saw. adalah esensi dari perayaan maulid. Sehingga dengan kata lain, Allah Swt. pun turut merayakan kelahiran Nabi saw.

Lebih lanjut menurut beliau, menukil dari Imam Al-Qurthubiy dalam kitab Sulaiman al-Jamal, peristiwa penghancuran tentara Abrahah ini bahkan tidak terjadi tepat pada bulan Rabi‘ul Awwal, melainkan 50 hari sebelum kelahiran Nabi Muhammad saw., atau tepatnya pada tanggal 22 Muharram. Hal ini sekaligus menjadi dalil bahwa peringatan maulid Nabi saw. tidak harus dilaksanakan pada bulan Rabi‘ul Awwal atau bulan maulid.

Baca juga: Inilah Potret Perayaan Maulid Nabi dalam Al-Quran

Yang menarik adalah, setelah penulis melakukan penelusuran terhadap dalil yang disebutkan oleh Mbah Ma‘ruf ini, penulis tidak dapat menjumpainya. Jika ulasan yang disebutkan sebelumnya bersumber dari Imam Jalalain, maka kemungkinan keberadaannya ada dalam Tafsir al-Jalalain, Surah Al-Fiil. Nyatanya, redaksi ta’dziman li maulid al-nabiyy atau redaksi lain yang senada tidak disebutkan di sana.

Satu-satunya redaksi yang memberikan petunjuk kepada aspek pengagungan hari kelahiran Nabi saw. adalah redaksi,

وَكَانَ هَذَا عَامَ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم

“Dan peristiwa ini (penghancuran tentara Abrahah) terjadi pada tahun kelahiran Nabi saw.”

Redaksi sederhana ini, yang menjelaskan bahwa peristiwa ‘gajah’ terjadi pada tahun kelahiran Nabi saw., sejatinya berusaha menunjukkan bahwa esensi dari Surah Al-Fiil adalah irhash kenabian Nabi saw. Peristiwa ‘ajaib’ di luar nalar dan kemampuan manusia biasa bagi mereka ‘calon’ Nabi dan Rasul. Hal ini sebagaimana dapat ditemukan dalam pembahasan Wahbah al-Zuhailiy dalam tafsirnya,

فَإِنَّهَا مِنَ الْإِرْهَاصَاتِ لِأَنَّهَا وَقَعَتْ فِي السَّنَةِ الَّتِي وُلِدَ فِيْهَا الرَّسُولُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Sesungguhnya peristiwa tersebut (penghancuran tentara Abrahah) merupakan bagian dari irhash kenabian, karena ia terjadi pada tahun di mana Rasul saw. dilahirkan.”

Pemahaman Mbah Ma‘ruf ini cukup unik mengingat dalam pencarian sederhana yang penulis lakukan belum menjumpai redaksi yang secara sharih dalam tafsir-tafsir Al-Qur’an yang menyebutkan unsur pengagungan kelahiran Nabi saw. Karena selain aspek irhash yang telah penulis sebutkan sebelumnya, tafsir surah ini justru lebih menyorot pada aspek pengagungan Ka‘bah, dan bukan pada Nabi saw.

Sehingga jika menggabungkan pemahaman Mbah Ma‘ruf ini dengan konsep irhash, dapat disimpulkan bahwa setiap bentuk irhash kenabian Nabi saw. merupakan bentuk perayaan dan pengagungan Allah Swt. atas kelahiran Nabi saw. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa Allah Swt. pun merayakan maulid.

Dan dengan demikian, riwayat-riwayat lain yang disebutkan, misalnya, Al-Barzanjiy pada chapter keenam kitab maulidnya, padamnya api sesembahan Bangsa Persia atau kejatuhan kerajaan Kisra serta peristiwa ajib lainnya, juga mempunyai nilai yang sama, yakni ta‘dziman li maulid al-nabiyy shallallahu ‘alaihi wa salllama. Wallahu a‘lam bi al-shawab. []

Baca juga: Dalil Maulid Nabi dalam Al-Quran (1): Surah Yunus Ayat 58

Nor Lutfi Fais
Nor Lutfi Fais
Santri TBS yang juga alumnus Pondok MUS Sarang dan UIN Walisongo Semarang. Tertarik pada kajian rasm dan manuskrip kuno.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Mengenal Aquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar: Metode dan Perkembangannya

0
Kini, penerjemahan Alquran tidak hanya ditujukan untuk masyarakat Muslim secara nasional, melainkan juga secara lokal salah satunya yakni Alquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar....