BerandaKisah Al QuranKisah Perang Tabuk, Perang Besar di Bulan Rajab

Kisah Perang Tabuk, Perang Besar di Bulan Rajab

Bulan Rajab sebagai satu dari empat bulan haram memiliki keutamaan dan keistimewaan yang besar daripada bulan-bulan yang lain. Salah satunya adalah terjadinya peristiwa bersejarah bagi umat Islam di bulan ini, yakni perang Tabuk pada tahun ke-9 Hijriah. Perang ini bukan hanya perang militer, tetapi juga ujian keteguhan iman, pengorbanan, dan kepemimpinan Rasulullah serta para sahabatnya.

Latar Belakang dan Kondisi Kaum muslimin

Perang Tabuk yang melibatkan antara kaum muslimin dan Imperium Romawi disebut juga dengan Ghazwah al-Usrah yang bermakna Perang Kesulitan. Nama ini bukan tanpa alasan, sebagaimana diterangkan Syekh Wahbah al-Zuhaili bahwa kondisi umat muslim saat itu sedang susah. Mereka harus menghadapi serangkaian tantangan besar, baik dari segi kendaraan, persediaan logistik, maupun air bersih karena dalam kondisi paceklik yang serbakurang.

Keadaan semakin diperburuk oleh cuaca yang sangat panas, yang semakin mempersulit perjalanan panjang menuju Tabuk. Dalam situasi tersebut, setiap pasukan yang ikut dalam perjalanan harus mengorbankan kenyamanannya. Seperti dijelaskan dalam Tafsir al-Munir (6/83), sepuluh orang harus bergantian menaiki satu ekor unta dan dua orang harus saling berbagi satu buah kurma kering. Meski begitu, mereka tetap melanjutkan perjalanan dengan tekad yang kuat.

Bahkan, ada yang hampir kehilangan semangat, sehingga Allah mengapresiasi mereka yang tetap bertahan dan mengikuti perjuangan ini akhirnya mendapatkan pengampunan dan rahmat-Nya, seperti termaktub dalam Alquran:

لَقَدْ تَّابَ اللّٰهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهٰجِرِيْنَ وَالْاَنْصَارِ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُ فِيْ سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْۢ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيْغُ قُلُوْبُ فَرِيْقٍ مِّنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْۗ اِنَّهٗ بِهِمْ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ ۙ ١١٧

Sungguh, Allah benar-benar telah menerima tobat Nabi serta orang-orang Muhajirin dan orang-orang Ansar yang mengikutinya pada masa-masa sulit setelah hati sekelompok dari mereka hampir berpaling. (Namun,) kemudian Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka (Q.S. at-Taubah: 117).

Meskipun kondisi kaum muslimin yang dilanda kepayahan, Rasulullah tetap mengambil keputusan setelah melalui pertimbangan militer cukup matang untuk keluar dan menyerang Imperium Romawi yang dikenal terkuat pada masanya itu.

Baca juga: Tinjauan Tafsir terhadap Jihad, Perang dan Teror dalam Alquran

Dijelaskan dalam Kitab at-Thabaqat (2/165), terdengar oleh Rasul berita tentang keinginan Heraklius (Kaisar Romawi) untuk menginvasi negeri Hijaz dan telah mempersiapkan pasukan besar yang terdiri dari pasukan Romawi dan sekutunya dari beberapa kabilah Arab. Heraklius menganggap bahwa kekuasaan muslimin di jazirah Arab berkembang dengan pesat, sehingga harus segera ditaklukkan sebelum orang-orang muslim menjadi terlalu kuat dan dapat menjadi ancaman besar bagi kekuasaannya.

Oleh sebab itu, untuk melindungi umat Islam di Madinah, Rasulullah melakukan aksi preventif dan menyiapkan pasukan sebanyak 70.000 orang. Di dalam sejarah, ini adalah jumlah pasukan terbanyak yang pernah dimiliki umat Islam. Rasulullah kemudian memerintahkan umat muslim agar berinfak untuk mendanai kebutuhan pasukan perang yang banyak tersebut. Beliau saw. bahkan menjanjikan ganjaran besar bagi mereka yang berinfak. Sebagaimana dalam hadis,

مَنْ جَهَّزَ جَيْشَ الْعُسْرَةِ فَلَهُ الْجَنَّةُ

Barangsiapa menyiapkan pasukan ‘Usrah maka baginya surga (H.R. Bukhari).

Mendengar seruan ini, para sahabat berlomba-lomba memberikan infak untuk kebutuhan perang sesuai kemampuannya, termasuk sahabat yang miskin. Sikap pengorbanan seperti inilah yang menunjukkan komitmen para sahabat untuk mempertahankan perjuangan Islam meskipun dalam keadaan sangat sulit (Fath al-Bari, 14/194).

Imam at-Thabari menyebutkan dalam tafsirnya (13/71), orang-orang munafik yang mendengar kabar itu, mencela infak para sahabat miskin yang dianggap terlalu sedikit. Mereka juga menuduh orang-orang mukmin yang kaya bahwa mereka bersedekah hanya unfuk ria dan pamer. Sehingga Allah menegur mereka dengan firman-Nya surah at-Taubah ayat 79.

Perang Tanpa Pertempuran

Setelah persiapan matang, pasukan muslim pun bergerak ke arah Utara menuju Tabuk. Sekalipun begitu banyak sumbangan yang berhasil terkumpul, ternyata belum mencukupi untuk pasukan sebanyak itu. Setibanya di Tabuk, Rasulullah berpidato di hadapan pasukan dan menyemangati mereka. Semangat mereka berkobar dan mereka siap untuk bertempur.

Di sisi lain, pasukan Romawi yang mendengar kedatangan pasukan muslimin yang besar dan terorganisasi, memutuskan untuk tidak melanjutkan rencana penyerangan ke Hijaz. Mental mereka menciut, sehingga tidak berani maju dan malah pasukan mereka terpencar ke wilayah sendiri-sendiri.

Baca juga: Afirmasi Alquran Atas Jasa Para Pahlawan

Singkat cerita, pihak Romawi mengajukan perdamaian dengan membayar upeti, yang menandakan kemenangan bagi kaum muslim meski tanpa pertempuran. Setelah peristiwa ini, kekuatan pasukan muslim semakin kuat karena berhasil mengalahkan Imperium Romawi. Keuntungan lain, banyak kabilah Arab yang sebelumnya bersekutu dengan Romawi, kini beralih bergabung dengan pasukan muslim (Sirah Nabawiyah, h. 365).

Hikmah dari Perang Tabuk

Perang Tabuk yang terjadi di bulan haram (Rajab), masa yang dilarang untuk berperang, menunjukkan bahwa Islam selalu menekankan pada pertimbangan yang lebih besar dalam menjaga keselamatan umat dan kemaslahatan umum, meskipun dalam keadaan yang dianggap bertentangan dengan hukum yang berlaku. Rasulullah tetap memutuskan untuk berperang karena ancaman yang serius dari pasukan Romawi yang siap menyerang umat muslim.

Strategi Rasulullah sebagai pemimpin dalam perang ini juga menjadi pelajaran penting. Beliau menunjukkan betapa pentingnya kepemimpinan yang bijaksana dalam menghadapi situasi sulit dengan visi dan strategi yang matang. Begitu pula, keteguhan iman dan pengorbanan para sahabat memberi teladan untuk tetap berjuang demi agama dan cinta tanah air.

Baca juga: Quraish Shihab: Ada Isyarat Kedamaian pada Ayat-Ayat Perang

Perang Tabuk adalah teladan sempurna tentang bagaimana seorang pemimpin, dengan dukungan umat, dapat mengatasi segala rintangan dan kesulitan dengan keimanan yang kokoh dan pengorbanan yang tulus. Umat Islam di masa ini dapat mengambil banyak pelajaran dari peristiwa ini dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam menghadapi tantangan pribadi maupun dalam berjuang demi kebaikan bersama. Wallah a’lam. []

Rasyida Rifaati Husna
Rasyida Rifaati Husna
Khadimul ilmi di Pondok Pesantren Darul Falah Besongo
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Doa Nabi Sulaiman as. Agar Senantiasa Bersyukur 

0
Dalam surah an-Naml ayat 19 tersebutkan doa Nabi Sulaiman as. dengan harapan agar Allah selalu menetapkan rasa syukur kepadanya. Doa ini berkenaan dengan kisah...