BerandaKhazanah Al-QuranMushaf Al-QuranMembedah Takrif Rasm Mushaf Alquran Standar Indonesia

Membedah Takrif Rasm Mushaf Alquran Standar Indonesia

Penulisan Mushaf Alquran Standar Indonesia (selanjutnya disingkat dengan MASI) terus mengalami penyempurnaan. Penyempurnaan ini terutama menyasar pada aspek penerapan kaidah rasm ‘utsmaniy. Dari edisi ke edisi, kaidah yang diterapkan semakin bertambah pada setiap kata. Edisi di sini selain versi cetak, juga dimaksudkan versi aplikasinya (baca selengkapnya pada Perbandingan Mushaf Al-Qur’an Standar Usmani Indonesia dan Aplikasi Qur’an Kemenag).

Selain penerapan kaidah, penyempurnaan MASI dalam aspek rasm juga terlihat dalam klausul yang ditetapkan dalam lembar definisi mushaf atau al-ta‘rif bi al-mushaf. Ta‘rif (takrif) ini sendiri selain berisi klausul penetapan rasm juga berisi pemilihan qira’ah atau wajah bacaan, dlabth atau tanda diakritik, dan penggunaan tanda baca. Meskipun sebenarnya, penetapan klausul ini bukan menjadi suatu kewajiban, tetapi dalam dunia permushafan modern hal tersebut telah menjadi keharusan tersendiri.

Dalam tulisan kali ini, ijinkan penulis membagikan hasil pembacaan penulis terhadap penyempurnaan lembar takrif yang diberikan MASI. Pembacaan ini penulis dasarkan pada MASI cetakan tahun 2020 dan 2021 yang penulis bandingkan dengan Mushaf Madinah cetakan tahun 1403 H. dan Mushaf Al-Jamahiriyyah Libya cetakan tahun 1989.

Baca Juga: Terminologi Riya’ dalam Alquran

Lembar takrif MASI sendiri, yang penulis ketahui, baru ditambahkan belakangan ini. Pada MASI edisi cetak tahun 2011 dan tahun 2016, penulis tidak mendapati lembar takrif ini. Penulis baru mendapati keberadaannya pada edisi cetak tahun 2020 dan 2021. Untuk edisi antara tahun 2016 hingga 2020, penulis tidak mengetahui mengingat keterbatasan data (MASI) yang dimiliki.

Takrif 2020
Takrif 2020

Mushaf Alquran Standar Indonesia cetakan tahun 2020 dicetak pada masa Fachrul Razi. Sedangkan MASI cetakan 2021 dicetak pada masa Yaqut Cholil Qoumas. Tidak ada perubahan penulisan ayat dalam keduanya. Perubahan hanya terjadi pada hal-hal yang bersifat non-esensial, seperti halaman sampul luar, layout sampul dalam, dan pemilihan jenis font di beberapa tempat, termasuk lembar takrif.

Lembar takrif dalam MASI 2020 ditulis menggunakan font yang sama dengan font yang digunakan dalam fihris. Ukuran font-nya juga sama kecilnya dengan lembar fihris. Berbeda dengan MASI 2021 yang ditulis menggunakan font yang cukup besar, mendekati ukuran font ayat Alquran. Selain itu, perbedaan juga terlihat pada pembubuhan harakat. MASI 2020 dilengkapi dengan harakat secara utuh, kata per kata. Sementara MASI 2021 hanya membubuhkan harakat pada kata yang dianggap penting, seperti istilah asing, nama kitab, dan bacaan yang sulit.

Takrif 2021
Takrif 2021

Hal yang menurut penulis menarik dari lembar takrif ini adalah afiliasi mazhab rasm yang digunakan dalam MASI, baik cetakan 2020 maupun 2021. Secara eksplisit keduanya menyebutkan bahwa mazhab rasm yang digunakan adalah Abu ‘Amr al-Daniy dalam kitabnya Al-Muqni‘, bukan mazhab Abu Dawud dalam Mukhtashar al-Tabyin. Afiliasi ini sebagaimana diikuti oleh Mushaf Al-Jamahiriyyah Libya.

Zainal Arifin dalam tulisannya berjudul Kajian Ilmu Rasm Usmani dalam Mushaf Al-Qur’an Standar Usmani Indonesia yang terbit tahun 2013 menyebutkan ketiadaan afiliasi ini. Penulis sendiri juga sempat menulis tentang kemungkinan pembakuan mazhab Al-Daniy sebagai mazhab rasm MASI berdasar pada beberapa argumenatasi yang penulis berikan (selengkapnya baca Latar Belakang Pembakuan Rasm Al-Daniy dalam Mushaf Standar Indonesia)

Untuk lebih jelasnya berikut penulis nukilkan cuplikan lembar takrif yang berisikan penjelasan afiliasi mazhab rasm MASI:

وَأُخِذَ هِجَاؤُهُ مِمَّا رَوَاهُ عُلَمَاءُ الرَّسْمِ عَنْ الْمَصَاحِفِ الَّتِي بَعَثَ بِهَا الْخَلِيْفَةُ الرَّاشِدُ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ إِلَى البَصْرَةِ وَالْكُوْفَةِ وَالشَّامِ وَمَكَّةَ وَالْمُصْحَفِ الَّذِي جَعَلَهُ لِأَهْلِ الْمَدِيْنَةِ وَالْمُصْحَفِ الَّذِي اخْتَصَّ بِهِ نَفْسُهُ وَعَنْ الْمَصَاحِفِ الْمُنْتَسَخَةِ مِنْهَا.

“Dan hija’ (rasm) mushaf tersebut diambil dari hija’ yang diriwayatkan ulama rasm dari mushaf-mushaf yang dikirimkan Khalifah al-rasyid ‘Utsman bin ‘Affan r.a ke Bashrah, Kufah, Syam, Makkah, mushaf yang dijadikan pedoman penduduk Madinah, mushaf yang beliau khususkan untuk beliau sendiri, serta mushaf-mushaf yang disalin dari keenam mushaf tersebut.”

وَكُلُّ حَرْفٍ مِنْ حُرُوْفِ هَذا الْمُصْحَفِ الشَّرِيْفِ مُوَافِقٌ لِنَظِيْرِهِ مِنْ تِلْكَ الْمَصَاحِفِ عَلَى مَا رَوَاهُ الشَّيْخَانِ أَبُو عَمْرٍو الدَّانِي فِيْ كِتَابِهِ الْمُقْنِعِ وَأَبُوْ دَاوُدَ سُلَيْمَانَ بْنِ نَجَاحٍ فِيْ كِتَابِهِ مُخْتَصَرٍ التَّبْيِيْنِ لِهِجَاءِ التَّنْزِيْلِ مَعَ تَرْجِيْحِ رِوَايَةِ أَبِي عَمْرٍو الدَّانِيْ عِنْدَ الْاِخْتِلَافِ غَالِبًا وَقَدْ يُؤْخَذُ بِقَوْلِ غَيْرِهِمَا مِنَ الْعُلَمَاءِ الْمُحَقِّقِيْنَ.

“Setiap huruf dari huruf-huruf mushaf ini sesuai dengan huruf-huruf dari mushaf-mushaf di atas berdasar pada riwayat Syaikhani, Abu ‘Amr al-Daniy dalam kitabnya Al-Muqni‘ dan Abu Dawud Sulaiman bin Najah dalam kitabnya Mukhtashar al-Tabyin li Hija’ al-Tanzil, dengan melakukan tarjih (verifikasi pengunggulan) terhadap riwayat Abu ‘Amr al-Daniy ketika terjadi perselisihan. Dan terkadang, hija’ mushaf ini juga diambil dari pendapat ulama lain selain keduanya.”

Baca Juga: Problematika Kesalahan Penyalinan dalam Rasm ‘Utsmaniy

Disamping afiliasi terhadap mazhab Al-Daniy ini, hal yang juga menarik adalah redaksi pada bagian akhir yang menambahkan kemungkinan penggunaan mazhab lain. Berbeda dengan mushaf Madinah dan Libya yang tidak menyebutkan hal ini secara spesifik. Merujuk pada sejarah penyusunannya sebagaimana disebutkan Zainal Arifin, hal ini disebabkan bahan baku dasar penyusunan MASI yang cukup banyak serta keragaman mushaf yang dimiliki masyarakat Indonesia sepanjang sejarahnya.

Penambahan takrif ini merupakan inovasi yang sudah semestinya dilakukan oleh Kementerian Agama melalui Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ). Hal ini dikarenakan keberadaan takrif dalam suatu mushaf akan membantu pembaca dalam melakukan identifikasi. Di sisi lain, takrif Mushaf Alquran Standar Indonesia, dengan berbagai dinamika perubahan dan perbedaan yang ada, menunjukkan kekhasan problematika yang terjadi di Indonesia lengkap dengan perjalanan sejarahnya yang sangat panjang. Wallahu a‘lam bi al-shawab. []

Nor Lutfi Fais
Nor Lutfi Fais
Santri TBS yang juga alumnus Pondok MUS Sarang dan UIN Walisongo Semarang. Tertarik pada kajian rasm dan manuskrip kuno.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...