Luqman al-Hakim adalah seorang ayah yang terkenal memiliki berbagai nasihat-nasihat bijak dalam mendidik anak. Allah Swt bahkan mengabadikan namanya menjadi nama sebuah surat, yakni QS. Luqman. Selain itu, Luqman al-Hakim juga dikenal sebagai seorang hamba yang saleh dan seorang yang telah dianugerahi hikmah kehidupan oleh Allah Swt sebagaimana termaktub dalam QS. Luqman [31] ayat 12.
وَلَقَدْ اٰتَيْنَا لُقْمٰنَ الْحِكْمَةَ اَنِ اشْكُرْ لِلّٰهِ ۗوَمَنْ يَّشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ ١٢
Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu,”Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji”. (QS. Luqman [31]:12)
Ketika ditanya bagaimana cara mendapatkan hikmah dari Allah, Luqman al-Hakim menjawab, “Aku menundukkan mata (pandangan), menjaga lisan, berlaku iffah dalam hal makanan (hanya mengonsumsi makanan halal). Aku juga menjaga kemaluan, memenuhi janji, dan memuliakan tamu. Selain itu, aku juga menjaga hubungan dengan tetangga dan meninggalkan segala hal yang tidak berguna.”
Dalam Al-Qur’an, nama Luqman al-Hakim disebut sebanyak dua kali, yakni pada QS. Luqman [31] ayat 12 dan 13. Karena penyebutan ini, ulama berbeda pendapat mengenai apakah ia seorang nabi, rasul atau hanya seorang hamba yang diberi hikmah. Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Luqman al-Hakim adalah seorang hamba Allah yang saleh, namun bukan nabi ataupun rasul (Tafsir Ibnu Katsir [6]: 333).
Baca Juga: Kisah Romantis Khaulah bint Tsa’labah Dibalik Ayat-Ayat Zihar
Terlepas dari perdebatan apakah Luqman al-Hakim seorang nabi atau bukan, kisahnya di dalam Al-Qur’an memiliki tujuan khusus yang harus dipahami. Merujuk kepada pendapat Khalafullah, sebuah kisah dalam Al-Qur’an seringkali tidak disebutkan secara spesifik latar belakang sosio-historisnnya, karena tujuan utama dari kisah tersebut adalah aspek psikologis, yaitu peringatan dan pelajaran (Al-Qur’an Bukan Kitab Sejarah: 102-103).
Nasihat-nasihat Luqman al-Hakim Yang Diceritakan Al-Quran
Luqman al-Hakim mendunia karena nasihat-nasihatnya kepada anak. Pada masa kehidupannya, ia seringkali dimintai nasihat mengenai permasalahan hidup oleh orang-orang sekitar. Mereka berbondong-bondong mendengarkan dan menyimak berbagai kata-kata hikmah dari Luqman al-Hakim. Alhasil, ia pun menjadi sangat populer di tengah masyarakat.
Di antara nasihat dari Luqman al-Hakim yang paling terkenal adalah nasihat kepada anaknya. Ini termaktub dalam QS. Luqman [31] ayat 13 hingga 19. Secara umum, bagian ayat ini berisi tentang ajaran tauhid, syariat, etika dan estetika. Nasihat ini merupakan bentuk tindakan preventif Luqman al-Hakim terhadap anaknya agar tidak tersesat dari ajaran Allah.
Nasihat pertama Luqman kepada anaknya adalah larangan melakukan perbuatan syirik (menyekutukan Allah Swt), karena syirik adalah dosa besar. Nasihat ini secara implisit juga mengajarkan anaknya untuk senantiasa mengesakan Allah kapan dan di mana saja ia berada. Dengan demikian, anaknya dibekali dengan ajaran tauhid yang kokoh agar dapat mengarungi kehidupan di dunia.
Nasihat Luqman al-Hakim di atas Allah abadikan dalam Firman-Nya:
وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ ١٣
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya,”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman [31]: 13)
Di sela-sela kronologi nasihat Luqman al-Hakim dalam Al-Qur’an, disisipkan perintah untuk berbakti kepada kedua orang tua, karena merekalah yang telah membesarkan dan mendidik seorang anak. Menurut Quraish Shihab, diletakkannya perintah berbakti kepada kedua orang tua setelah perintah tauhid menunjukkan betapa Allah menjunjung tinggi nilai sebuah kebaktian terhadap ibu dan ayah (Tafsir Al-Mibah [10]: 298).
Al-Biqa’i menuturkan, meskipun frasa (QS. Luqman [31]: 14) menunjukkan bahwa nasihat untuk berbagi kepada kedua orang tua tidak diucapkan oleh Luqman, Namun sebenarnya nasihat tersebut juga merupakan bagian dari nasihat-nasihat Luqman al-Hakim kepada anaknya. Hanya saja bentuk ungkapan ayat diubah agar pesan di dalamnya mencakup seluruh manusia.
Kemudian, pada QS. Luqman [31]: 15 Allah memberikan catatan atau rambu-rambu terkait ketaatan kepada kedua orang tua. Catatan tersebut mengindikasikan bahwa selama keduanya tidak memaksa untuk mengucapkan atau melakukan tindakan menyekutukan Allah, maka seorang anak harus menaati keduanya. Adapun orang tua yang beragama selain Islam, keduanya juga harus tetap dihormati sebagaimana mestinya.
Selanjutnya (QS. Luqman [31]: 16), Luqman al-Hakim menjelaskan bahwa Allah mengetahui segala sesuatu di alam semesta termasuk apa saja yang dilakukan manusia. Oleh karenanya, manusia harus berbuat baik kepada manusia lainnya ataupun alam sekitar sekecil apapun itu. Kelak Allah akan membalas segala perbuatan baik dan buruk meskipun hanya sebesar biji sawi.
Terakhir QS. Luqman [31]: 17-19), Luqman al-Hakim memerintahkan anaknya untuk menjaga shalat, menyerukan kebaikan, mencegah keburukan dan bersabar. Karena itu semua merupakan ekspresi dari keimanan dan ketauhidan. Apalah arti keimanan seseorang jika tidak dibarengi oleh ketaatan. Ia juga berpesan kepada anak-anaknya agar bersifat tawadhu’ dan tidak sombong, sebab kesombongan dapat mengantarkan manusia kepada kebinasaan dan kehinaan. Wallahu a’lam.