BerandaTafsir TematikSurah Adz-Dzariyat Ayat 20-21, Melejitkan Nilai Tambah dan Potensi Kita

Surah Adz-Dzariyat Ayat 20-21, Melejitkan Nilai Tambah dan Potensi Kita

Sebagai makhluk yang dapat berpikir, manusia memiliki potensi otak yang sangat besar. Artikel ini akan berbicara soal potensi dan nilai tambah yang dimiliki manusia sebagao,ama tertuang dalam Surah Adz-Dzariyat ayat 20-21. Allah Swt berfirman:

 وَفِي الْأَرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ (20) وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ (21)

“Dan di bumi terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (Q.S. Adz-Dzariyat: 20-21)

Manusia adalah makhluk yang unik dengan beragam potensi yang melingkupinya. Setiap orang memiliki potensi tertentu, yang jika dikembangkan lebih lanjut akan menjadi ciri khas (trade mark), bahkan menjadi nilai tambah (added value) dirinya di hadapan orang lain.

Nilai tambah yang penulis maksud bisa berupa prestasi di bidang tertentu, atau kesuksesan dalam hal tertentu yang membedakannya dengan orang lain. Pada gilirannya, nilai tambah ini bisa memiliki nilai jual yang tinggi. Sehingga orang tersebut akan mendapatkan penghargaan yang layak atas prestasi atau kesuksesan yang diraihnya tersebut. Penghargaan itu bisa berupa materi, status sosial, posisi yang layak, serta beragam penilaian postif lainnya yang diberikan oleh masyarakat.

Baca Juga: Insecure dengan Potensi Diri? Perhatikan Tafsir Surah Al-Isra Ayat 84!

Pertanyaannya kemudian, apa harta terpendam yang ada di dalam diri kita? Boleh jadi, ada potensi istimewa di dalam diri kita masing-masing yang belum kita gali. Mungkin selama ini kita terlelap dalam tidur panjang yang melenakan, sehingga kita abaikan segala potensi istimewa yang ada di dalam diri kita.

Mulai saat ini, coba kita amati diri kita masing-masing, kita tanya pada diri kita, apa harta terpendam dalam diri kita yang bisa kita jadikan nilai tambah? Bisa jadi, dalam diri kita terdapat potensi menjadi seorang penulis hebat, pengusaha sukses, ilmuan ternama, peneliti atau penemu karya inovatif, atau potensi-potensi lainnya yang kalau dikembangkan akan menjadi sisi pembeda dan nilai tambah bagi kita dibanding orang lain.

Penulis ingin menunjukkan ‘sesuatu’ di dalam diri kita yang sangat luar biasa, yang jika kita maksimalkan akan menjadikan kita sebagai manusia dengan kemampuan di atas rata-rata. Sesuatu yang penulis maksud adalah otak kita.

Ya, menurut sejumlah penelitian ilmiah, otak manusia memiliki 1 triliun sel otak, terdiri dari 100 miliar sel aktif dan 900 miliar sel yang menghubungkannya. Otak kita mampu menyimpan sekitar 800 informasi per detik selama rata-rata 75 tahun tanpa lelah. Sungguh betapa hebat dan luar biasanya kekuatan otak manusia.

Sejarah mencatat sejumlah nama besar tokoh-tokoh dunia yang pernah hadir di muka bumi dengan kemampuan otak yang luar biasa dan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi umat manusia.

Dalam dunia Islam pernah hadir seorang anak manusia bernama Abu Abdullah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i yang lebih dikenal dengan sebutan Imam Syafi’i. Beliau lahir di Gaza, Palestina pada 150 H. Beliau adalah seorang ulama besar, khususnya dalam bidang hadis dan fiqh, pendiri mazhab Syafi’i. Di usianya yang masih sangat belia, yaitu 7 tahun, beliau sudah menjadi seorang hafiz (hafal seluruh isi al-Qur’an yang berjumlah 30 Juz). Pada usia 10 tahun beliau hafal kitab Muwaththa karya Imam Malik, yang berisi 1.720 hadis. Dan pada usia 15 tahun beliau sudah menjadi Mufti (pemberi fatwa) di kota Mekah.

Sekitar setengah abad pasca kelahiran Imam Syafi’i, tepatnya pada 194 H, lahir pula seorang ulama besar dalam bidang hadis. Beliau adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah, yang lebih dikenal dengan nama Imam Bukhari. Kemampuan otak Imam Bukhari sungguh luar biasa. Beliau hafal ratusan ribu hadis lengkap dengan sanadnya (jalur periwayatan). Selanjutnya beliau melakukan penelitian serius untuk memilah hadis sahih dan tidak sahih. Hasil penelitiannya beliau tuangkan dalam sebuah kitab yang diberi judul al-Jami’ ash-Shahih, yang lebih dikenal dengan nama Shahih al-Bukhari.

Dalam dunia ilmiah modern, terdapat sejumlah nama besar ilmuan yang telah berhasil memaksimalkan kemampuan otaknya untuk kepentingan umat manusia.

Anda tentu mengenal nama Thomas Alfa Edison. Ya, dia adalah penemu bola lampu, yang telah melakukan eksperimen ribuan kali, dan akhirnya berhasil menemukan formula yang tepat untuk membuat bola lampu. Meski awalnya dicemooh oleh orang-orang di sekelilingnya, tapi ia tetap optimis dengan eksperimennya. Terbukti, keyakinannya untuk bisa menciptakan hal baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya, yaitu bola lampu menemui kenyataan. Bisa dibayangkan, seandainya Alfa Edison tidak melanjutkan eksperimennya, mungkin kita masih dibalut gelap gulita.

Baca Juga: Ini Dua Potensi yang Dimiliki Manusia dalam Al-Quran

Ilmuwan lain yang mencengangkan dunia modern adalah Albert Enstein. Penemuan terbesarnya yang kemudian diganjar hadiah Nobel adalah teori relativitasnya yang dirumuskan dengan E= mc2. Konon, Enstein yang super jenius itu hanya menggunakan 10% dari keseluruhan kapasitas otaknya. Bisa dibayangkan jika seseorang menggunakan lebih dari 10% kemampuan otaknya. Kira-kira kita menggunakan berapa persen dari kemampuan otak kita ya?

Dari beragam contoh yang penulis kemukakan di atas, terlihat jelas bahwa sesungguhnya kita semua memiliki harta karun yang terpendam di dalam diri kita masing-masing. Harta karun terbesar itu adalah otak kita. Sisanya adalah anggota tubuh kita lainnya, yang akan mensupport kinerja otak kita.

Jadi, tunggu apa lagi, mari kita gali harta terpendam di dalam diri ini untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita. Selamat berjuang!

Didi Junaedi
Didi Junaedi
Dosen Ilmu Al-Quran dan Tafsir IAIN Syekh Nurjati Cirebon
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...