Tafsir Surah Al Isra’ Ayat 16-19 berbicara mengenai dua hal. Pertama mengenai kebinasaan suatu kaum. Biasa sebelum Allah SWT membinasakan suatu kaum, akan didahului oleh peringatan untuk bertaubat. Kedua mengenai pengelompokan manusia pada dua golongan.
Baca sebelumnya: Tafsir Surah Al Isra’ Ayat 15
Ayat 16
Kemudian Allah swt menjelaskan bahwa apabila Dia berkehendak untuk membinasakan suatu negeri, maka Allah swt memerintahkan kepada orang-orang yang hidup bermewah-mewah di negeri itu supaya menaati Allah.
Maksudnya apabila suatu kaum telah melakukan kemaksiatan dan kejahatan secara merata, dan pantas dijatuhi siksaan, maka Allah swt karena keadilan-Nya, tidaklah segera menjatuhkan siksaan sebelum memberikan peringatan kepada para pemimpin mereka untuk menghentikan kemaksiatan dan kejahatan kaumnya dan segera kembali taat kepada ajaran Allah.
Akan tetapi, dari sejarah kita mengetahui bahwa orang-orang yang jauh dari hidayah Allah tidak mau mendengarkan peringatan itu, bahkan mereka menjadi pembangkang dan penentangnya.
Allah lalu memusnahkan mereka dari muka bumi dengan berbagai azab, baik berupa bencana alam, maupun bencana-bencana lainnya. Itulah ketentuan Allah yang tak dapat dielakkan. Allah menghancurkan negeri itu sehancur-hancurnya, sehingga tidak ada sedikit pun yang tersisa, baik rumah-rumah maupun harta kekayaan mereka.
Ayat 17
Allah lalu mengisahkan kaum-kaum yang mengalami nasib yang sama setelah Nuh. Mereka dibinasakan karena pembangkangan mereka terhadap utusan-utusan Allah yang ditugasi untuk menghentikan mereka dan mengajak untuk kembali menaati Allah.
Ayat ini sebagai penegasan terhadap ayat yang lalu, bahwa tiap kaum yang tetap membangkang setelah datangnya rasul yang memberi peringatan kepada mereka, pasti akan mengalami nasib buruk yang sama dengan umat-umat terdahulu.
Di akhir ayat ini, Allah swt menyebutkan bahwa balasan yang serupa itu adalah balasan yang bijaksana dan adil, karena Allah telah memberi peringatan dan mengetahui tindak-tanduk mereka. Allah Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya.
Baca juga: Benarkah Mushaf Rotterdam Tertua Se-Nusantara? Ini Data Pembandingnya
Ayat 18
Allah swt mengelompokkan manusia ke dalam dua golongan: golongan yang mencintai kehidupan dunia, dan golongan yang mencintai kehidupan akhirat.
Dalam ayat ini, Allah swt menyebutkan golongan yang pertama, sedangkan golongan yang kedua disebutkan dalam ayat berikutnya.
Ketika menyebutkan golongan yang pertama, Allah swt menyatakan bahwa barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dengan kenikmatannya yang dapat mereka rasakan, maka Allah swt menyegerakan keinginan mereka itu di dunia sesuai dengan kehendaknya. Tetapi di akhirat, mereka tidak mendapat apapun kecuali azab neraka.
Pernyataan ini ditujukan kepada orang-orang yang tidak mempercayai adanya hari kebangkitan dan hari pembalasan, sehingga mereka yakin bahwa tidak ada lagi kehidupan sesudah kehidupan di dunia ini. Itulah sebabnya mengapa mereka terlalu rakus terhadap kekayaan dunia dan kemewahannya, padahal kehidupan dunia serta kenikmatannya bersifat sementara. Oleh karena itu, kehidupan di dunia dan kemewahannya itu digambarkan Allah sebagai suatu yang segera dapat diperoleh dan dirasakan, tetapi segera pula musnah dan berakhir. Firman Allah:
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّمَا نُمْلِيْ لَهُمْ خَيْرٌ لِّاَنْفُسِهِمْ ۗ اِنَّمَا نُمْلِيْ لَهُمْ لِيَزْدَادُوْٓا اِثْمًا ۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُّهِيْنٌ
Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah; dan mereka akan mendapat azab yang menghinakan. (Ali ‘Imran/3: 178)
Kemudian Allah swt mengancam mereka dengan ancaman neraka Jahanam sebagai balasan yang pantas bagi mereka. Di dunia, mereka akan mengalami kesedihan yang mendalam karena berpisah dengan kemewahan dunia yang sangat mereka cintai ketika ajal datang merenggut. Sedangkan di akhirat, mereka akan mengalami penderitaan yang seberat-beratnya dan menyesali perbuatan tercela yang mereka lakukan di dunia.
Ayat 19
Dalam ayat ini, Allah swt menyebutkan golongan yang kedua. Allah swt menyatakan bahwa barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh serta tetap beriman, maka dialah orang yang usahanya mendapat balasan yang baik.
Yang dimaksud dengan orang-orang yang menghendaki kehidupan akhirat ialah orang-orang yang mencita-citakan kebahagiaan hidup di akhirat, dan berusaha untuk mendapatkannya dengan mematuhi bimbingan Allah serta menjauhi tuntutan hawa nafsunya.
Orang yang demikian ini selama hidupnya di dunia menganggap bahwa kenikmatan hidup di dunia serta kemewahannya adalah nikmat Allah yang harus disyukuri dan digunakan sebagai sarana untuk beribadah kepada-Nya.
Itulah sebabnya di akhir ayat ini, Allah swt menegaskan bahwa orang yang demikian itulah yang akan mendapat balasan dari Allah dengan pahala yang berlimpah-limpah, sebagai imbalan dari amalnya yang saleh dan ketabahannya melawan kehendak hawa nafsu. Ia akan dimasukkan ke dalam surga Firdaus dan kekal selama-lamanya di sana.
Dalam ayat ini disebut tiga syarat yang harus dipenuhi agar seseorang itu mencapai kebahagiaan yang abadi yakni:
- Adanya kehendak untuk melakukan suatu perbuatan dengan meng-utamakan kebahagiaan akhirat di atas kepentingan duniawi.
- Melakukan amal saleh sebagai perwujudan niatnya mendapatkan kebahagiaan akhirat dengan jalan menaati perintah Allah dan selalu mendekatkan diri kepada-Nya.
- Menjadi orang mukmin, karena iman merupakan dasar untuk diterima atau tidaknya amal perbuatan. Seseorang yang hatinya kosong dari iman, tidak akan mungkin menerima kebahagiaan yang abadi itu.
Baca setelahnya: Tafsir Surah Al Isra’ Ayat 20-22
(Tafsir Kemenag)