BerandaTafsir TahliliTafsir Surah At-Tur ayat 5-10

Tafsir Surah At-Tur ayat 5-10

Diawali dengan sumpah Allah dengan langit yang terletak disana ‘Arsy dan kursi-Nya, Tafsir Surah At-Tur ayat 5-10 menegaskan bawa malikat-malaikat senantiasa patuh dan tidak pernah menolak perintah Allah.

Kemudian Tafsir Surah At-Tur ayat 5-10 juga mengisahkan tentang sumpah Allah dengan al-Bahrul-Masjur, laut yang di dalamnya terdapat api. Oleh para ulama, menafsirkan al-Bahrul-Masjur dengan kondisi bumi yang dibawahnya merupakan sebuah lautan api dan ditutupi dengan kulit bumi.

Di akhir penafsiran, Tafsir Surah At-Tur ayat 5-10 ini menerangkan akan azab Allah kepada orang-orang yang menodai dirinya dengan dusta dan dosa. Lalu, digambarkan pula peristiwa kiamat yang akan menenggelamkan alam semesta.


Baca Juga: Apa Makna “Kiamat Sudah Dekat” dalam Al-Quran? Ini Penjelasannya.


Ayat 5

Dalam ayat ini Allah swt bersumpah dengan atap yang ditinggikan (langit) yaitu alam tinggi yang mempunyai beberapa matahari, beberapa bulan, bintang-bintang tetap, dan bintang-bintang beredar. Di sana juga terletak ‘Arasy dan kursi-Nya; demikian juga malaikat-malaikat-Nya (yang tidak pernah menolak perintah Allah swt dan selalu patuh terhadap apa yang Allah perintahkan kepada mereka). Di sana juga ada benda-benda alam yang tak terhitung banyaknya hanya Allah swt yang mengetahuinya, dan balatentara Allah swt yang kita juga tak mengetahui hakikatnya kecuali Dia yang menciptakannya. Dalam firman Allah swt dijelaskan:

وَمَا يَعْلَمُ جُنُوْدَ رَبِّكَ اِلَّا هُوَ

Dan tidak ada yang mengetahui bala tentara Tuhanmu kecuali Dia sendiri. (al-Muddasir/74: 31)

Sufyan ath-Tsaury, Syu’bah dan Abdul Ahwas meriwayatkan dari Simak dari Harb dari Khalid bin Ar’arah dari Ali bahwa As-Saqful Marfu’ artinya ‘langit’. Sufyan membaca firman Allah sebagai berikut:

وَجَعَلْنَا السَّمَاۤءَ سَقْفًا مَّحْفُوْظًا

Dan Kami menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara. (al-Anbiya’/21: 32)

Maksudnya ialah bahwa langit itu sebagai atap dan yang dimaksud dengan “terpelihara” ialah segala yang berada di langit itu dijaga oleh Allah swt dengan peraturan dan hukum-hukum yang menyebabkan semuanya berjalan dengan teratur dan tertib, sesuai sistem dan hukumnya.

Ayat 6

Dalam ayat ini Allah bersumpah, Demi al-Bahrul-Masjur (laut yang di dalamnya ada api) yakni laut yang tertahan dari banjir karena kalau laut itu dilepaskan, ia akan menenggelamkan semua yang ada di atas bumi sehingga hewan dan tumbuh-tumbuhan semuanya akan habis musnah. Maka rusaklah aturan alam dan tidaklah ada hikmah alam ini dijadikan.

Sebagian ulama berpendapat dan menetapkan bahwa lapisan bumi itu seluruhnya seperti semangka, dan kulitnya seperti kulit semangka, artinya bahwa perbandingan kulit bumi dan api yang ada di dalam kulitnya itu seperti kulit semangka dengan isinya. Sebab itu, sekarang kita sebenarnya berada di atas api yang besar, yakni di atas laut yang di bawahnya penuh dengan api dan laut itu tertutup dengan kulit bumi dari segala penjurunya. Dari waktu ke waktu api itu naik ke atas laut yang tampak pada waktu gempa dan pada waktu gunung berapi meletus; seperti gunung berapi Visofius yang meletus di Italia pada tahun 1909 M yang telah menelan kota Mozaina, dan gempa  yang telah terjadi di Jepang pada tahun 1952 M yang memusnahkan kota-kotanya sekaligus.

Menurut Jumhur bahwa yang dimaksud dalam ayat ini ialah laut bumi. Akan tetapi mereka berbeda pendapat dalam kata “masjur” di antara pendapatnya ialah berarti: dinyalakan api di hari Kiamat seperti dalam Al-Qur’an:

وَاِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْۙ  ٣

Dan apabila lautan dijadikan meluap. (al-Infitar/82: 3)

Firman-Nya yang lain:

وَاِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْۖ  ٦

Dan apabila lautan dipanaskan. (at-Takwir/81: 6)

Ayat 7

Kemudian Allah swt menyebutkan isi sumpah bahwa azab-azab hari Kiamat diperuntunkkan bagi semua yang mendustakan para rasul. Azab tersebut pasti akan terjadi, tanpa ragu sedikitpun.

Penegasan tentang kepastian datangnya azab sangat penting untuk menghilangkan keraguan di kalangan manusia yang meragukan peristiwa terjadinya azab itu.


Baca Juga: Tafsir Surah Yasin ayat 39-40: Semua Makhluk Langit Adalah Ciptaan Allah Swt


Ayat 8-9

Allah menerangkan bahwa azab tersebut tak seorang pun yang dapat menolaknya. Dan tidak pula ada jalan untuk keluar dari azab itu yang merupakan balasan bagi orang-orang yang telah menodai dirinya dengan perbuatan syirik dan dosa, dan yang telah menodai jiwanya dengan dusta terhadap para rasul dan hari kebangkitan.

Kemudian diterangkan pula dalam ayat ini bahwa azab yang tidak dapat dihindarkan itu terjadi pada suatu hari tatkala langit berguncang di tempatnya.

Ayat 10

Dalam ayat ini Allah menambahkan penjelasannya bahwa pada hari Kiamat itu gunung-gunung berpindah dari tempatnya, berjalan seperti jalannya awan, dan terbang ke udara lalu jatuh ke bumi terpecah-pecah, kemudian hancur menjadi debu laksana bulu yang diterbangkan angin.

Berguncangnya langit dan beterbangannya gunung-gunung ialah sebagai pemberitahuan dan peringatan kepada manusia bahwa mereka tidak akan dapat kembali ke dunia, karena ia telah musnah dan telah terjadi alam baru yaitu alam akhirat.

Ayat di atas berkaitan dengan gambaran saat terjadinya kiamat, yang banyak pula disebut di ayat-ayat lainnya. Gunung yang mengekspresikan daratan atau kerak bumi, digambarkan berpindah tempat atau dengan kata lain gunung-gunung itu bergerak. Pergerakan gunung-gunung ini adalah manifestasi pergerakan lempeng bumi (lihat an-Naml/27: 88) dan dapat menimbulkan gempa bumi. Dalam Surah az-Zalzalah/99: 1-4 kejadian kiamat digambarkan dengan datangnya gempa yang dahsyat. Gempa dahsyat ini dapat menimbulkan retakan yang panjang dan dalam yang bukan mustahil memicu terjadinya letusan gunung api. Sebagai contoh adalah ketika terjadi gempa Nias pada tahun 2005 yang berkekuatan Mw=8,7, setelah gempa Aceh 2004, beberapa gunung api di Pulau Sumatra memperlihatkan kegiatan yang meningkat.

Fakta ilmiah memang menunjukkan bahwa gunung-gunung itu bergerak. Data Global Positioning Systems (GPS) merekam gerakan-gerakan tersebut dalam ukuran milimeter. Sebagai contoh adalah pulau-pulau terluar di sebelah barat Sumatra yang bergerak ke arah timurlaut sebesar 50-60 mm/tahun.

(Tafsir Kemenag)


Baca Juga: Gempa Bumi: Isyarat Alquran


 

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Angin sebagai Tentara Allah: Tafsir Fenomena Meteorologi dalam Alquran

Angin sebagai Tentara Allah: Tafsir Fenomena Meteorologi dalam Alquran

0
Alquran menyebutkan fenomena alam tidak hanya sebagai tanda-tanda kebesaran Allah, tetapi juga sebagai pengingat akan kekuasaan-Nya yang tak terbatas. Salah satu elemen alam yang...