BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Yunus Ayat 55-57

Tafsir Surah Yunus Ayat 55-57

Tafsir Surah Yunus Ayat 55-57 berbicara mengenai tiga hal. Pertama berbicara mengenai kekuasaan Allah atas segalanya. Tidak ada yang dapat menyuruh maupun mencegah segala keputusanNya.


Baca sebelumnya: Tafsir Surah Yunus Ayat 51-54


Pembiacaran kedua dalam Tafsir Surah Yunus Ayat 55-57 ini mengenai penegasan tentang hidup dan matinya seseorang hanya milik Allah Swt. Terakhir berbicara mengenai al-Qur’an yang hadir sebagai pedoman hidup manusia.

Ayat 55

Pada ayat ini, Allah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan-Nya dalam menerapkan hukum-hukum-Nya yang tak dapat dihalang-halangi oleh siapapun, dan tidak dapat ditebus dengan segala macam tebusan, karena langit, bumi dan segala isinya adalah milik Allah.

Allah meminta perhatian kepada seluruh manusia, agar tidak melalaikan ketentuan-Nya. Yang dimaksud dengan segala sesuatu yang ada di antara langit dan bumi dalam ayat ini, ialah semua benda alam termasuk makhluk yang berakal.

Hal ini dimaksudkan agar manusia suka merenungkan bahwa langit, bumi dan seluruh isinya berada dalam pengawasan-Nya, dan Allah menetapkan hukum-hukum-Nya menurut kehendak-Nya. Dia dapat memberikan karunia kepada hamba-hamba-Nya menurut kehendak-Nya, dan memberikan siksaan kepada makhluk-Nya menurut kehendak-Nya pula.

Selain itu Allah juga menegaskan bahwa janji apa saja yang telah ditetapkan Allah kepada hamba-Nya melalui rasul-Nya, adalah janji yang benar pasti dan akan datang karena Allah berkuasa atas sesuatu, tentu berkuasa pula memenuhi janji-Nya. Tak ada seorangpun yang dapat mempengaruhi-Nya.

Kemudian Allah mencela sebagian besar orang-orang musyrik karena mereka selalu mendustakan ayat-ayat Allah dan hari kebangkitan, padahal mereka telah membaca kebenaran ayat-ayat Allah, dan telah mendengar bimbingan-bimbingan yang dibawa oleh Rasulullah saw. Hal itu menunjukkan bahwa penilaian mereka tidak murni lagi, akan tetapi dipengaruhi oleh sikap permusuhan kepada Nabi saw, dan kefanatikan mereka terhadap agama nenek moyang mereka.

Ayat 56

Allah menandaskan bahwa Dialah Zat yang menunjukkan, yang dapat menghidupkan dan mematikan. Dia berkuasa untuk menentukan hidup dan mati semua makhluk dan benda hidup yang ada di langit dan bumi ini. Tak ada Zat lain yang mempengaruhi-Nya dan menghalang-halangi kehendak-Nya.

Dia berkuasa pula untuk membangkitkan manusia dari alam kuburnya dan mengembalikan mereka kepada-Nya, pada saat hari yang telah dijanjikan, yaitu hari pembalasan, yang saat itu manusia akan diadili, dan akan diberi pembalasan sebagaimana mestinya, setimpal dengan amal perbuatannya.


Baca juga: Kajian Semantik Kata Surga dan Neraka dalam Al-Quran


Ayat 57

Allah berseru kepada sekalian manusia bahwa kepada mereka telah didatangkan Al-Qur′an melalui rasul-Nya. Di dalamnya terkandung pedoman-pedoman hidup yang sangat berguna bagi kehidupan mereka.

Di dalam ayat ini disebutkan pedoman-pedoman hidup itu, sebagai jawaban atas keingkaran mereka terhadap ayat-ayat Allah dan ancaman-ancaman-Nya. Ayat ini menyimpulkan fungsi Al-Qur′an al-Karim dalam memperbaiki jiwa manusia di antaranya:

  1. Mau’izah, yaitu pelajaran dari Allah kepada seluruh manusia agar mereka mencintai yang hak dan benar, serta menjauhi perbuatan yang batil dan jahat. Pelajaran ini harus betul-betul dapat terwujud dalam perbuatan mereka.
  2. Syifa’ yaitu penyembuh bagi penyakit yang bersarang di dada manusia, seperti penyakit syirik, kufur dan munafik, termasuk pula semua penyakit jiwa yang mengganggu ketenteraman jiwa manusia, seperti putus harapan, lemah pendirian, memperturutkan hawa nafsu, menyembunyikan rasa hasad dan dengki terhadap manusia, perasaan takut dan pengecut, mencintai kebatilan dan kejahatan, serta membenci kebenaran dan keadilan.
  3. Huda, yaitu petunjuk ke jalan yang lurus yang menyelamatkan manusia dari keyakinan yang sesat dengan jalan membimbing akal dan perasaannya agar berkeyakinan yang benar dengan memperhatikan bukti-bukti kebenaran Allah, serta membimbing mereka agar giat beramal, dengan jalan mengutamakan kemaslahatan yang akan mereka dapati dari amal yang ikhlas serta menjalankan aturan hukum yang berlaku, mana perbuatan yang boleh dilakukan dan mana perbuatan yang harus dijauhkan.
  4. Rahmah, yaitu karunia Allah yang diberikan kepada orang-orang mukmin, yang dapat mereka petik dari petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam Al-Qur′an. Orang-orang mukmin yang meyakini dan melaksanakan petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam Al-Qur′an akan merasakan buahnya. Mereka akan hidup tolong-menolong, sayang-menyayangi, bekerja sama dengan menegakkan keadilan, menumpas kejahatan dan kekejaman, serta saling bantu membantu untuk memperoleh kesejahteraan.;Allah berfirman:

مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗوَالَّذِيْنَ مَعَهٗٓ اَشِدَّاۤءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ

Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. (al-Fath/48: 29);Dan firman-Nya:

ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِۗ

Kemudian dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan un-tuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. (al-Balad/90: 17)

Empat sifat yang terkandung dalam ayat ini diciptakan Allah sesuai dengan fitrah kejadian manusia. Artinya, menurut akal, manusia mempunyai kecenderungan untuk menerima nasehat-nasehat yang baik, menerima petuah-petuah yang dapat mengobati kegoncangan jiwanya, menerima petunjuk-petunjuk yang dapat dipedomani untuk kebahagiaan hidupnya dan suka hidup damai, kasih mengasihi dan sayang menyayangi di antara mereka.

Sifat rahmah dikhususkan buat orang mukmin di dalam ayat ini, sebab merekalah yang mau menjadikan Al-Qur′an sebagai pedoman, dan menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Sedang orang-orang kafir dan orang-orang musyrik tidak mau mempercayai apalagi mengerjakan isi kandungannya.


Baca setelahnya: Tafsir Surah Yunus Ayat 58-60


(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...