BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Yunus Ayat 58-60

Tafsir Surah Yunus Ayat 58-60

Tafsir Surah Yunus Ayat 58-60 berbicara mengenai tiga hal. Pertama mengenai perintah untuk bersyukur atas segala nikmat yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt. Dari sekian nikmat itu, rahmat Allah adalah karunia paling utama.


Baca sebelumnya: Tafsir Surah Yunus Ayat 55-57


Kedua, Tafsir Surah Yunus Ayat 58-60 berisi tentang kecaman terhadap orang-orang kafir akibat kelakukan mereka yang menentukan hukum seenaknya sendiri. terakhir berbicara mengenai kekesatan mereka yang menganggap bahwa kelak diakhirat tidak akan mendapatkan siksa.

Ayat 58

Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar mengatakan kepada umat-Nya bahwa rahmat Allah adalah karunia yang paling utama, melebihi keutamaan-keutamaan lain yang diberikan kepada mereka di dunia.

Oleh sebab itu, Allah memerintahkan agar mereka bergembira dan bersyukur atas nikmat yang mereka terima, yang melebihi kenikmatan-kenikmatan yang lainnya.

Kegembiraan orang-orang mukmin karena berpegang teguh kepada Al-Qur′an digambarkan dalam ayat lain sebagai berikut:

Allah berfirman:

وَيَوْمَىِٕذٍ يَّفْرَحُ الْمُؤْمِنُوْنَۙ

Dan pada hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman. (ar-Rµm/30: 4)

Dan firman-Nya:

وَالَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ يَفْرَحُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ

Dan orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka bergembira de-ngan apa (kitab) yang diturunkan kepadamu (Muhammad). (ar-Ra’d/13: 36)

Dikatakan bahwa karunia Allah dan Rahmat-Nya lebih baik dari yang lain, yang dapat mereka capai, karena karunia Allah dan rahmat-Nya yang terpancar dari Al-Qur′an adalah kekal untuk mereka, sedangkan kenikmatan yang lain bersifat fana dan sementara, yang hanya dapat mereka rasakan selama mereka mengarungi kehidupan di dunia saja, apabila mereka kembali ke alam baka, kenikmatan yang dapat mereka kumpulkan di dunia itu tidak berguna lagi bagi mereka.

Ayat 59

Pada ayat ini, Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar mengatakan kepada orang-orang musyrikin yang mengingkari kebenaran wahyu dan kerasulan Muhammad bahwa apakah semua rezeki yang telah diturunkan kepada mereka, yang menjadi sumber penghidupan mereka, baik tumbuh-tumbuhan atau binatang ternak, dapat ditentukan hukumnya, halal atau haram oleh mereka sendiri.

Padahal sudah jelas bahwa yang menciptakan semuanya itu adalah Allah. Maka sebenarnya mereka tidak berhak menentukan hukumnya. Itulah sebabnya maka Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar mengatakan kepada mereka bahwa yang berhak menentukan hukum itu ialah yang menciptakan kesemuanya, yaitu Allah.

Ataukah mereka beranggapan bahwa Allah telah memberikan izin kepada mereka untuk menentukan hukum ataukah mereka berbuat sedemikian itu hanyalah dengan mengada-adakan saja atas nama Allah, atau anggapan mereka saja bahwa apa yang telah mereka tentukan sesuai dengan ketentuan Allah, yaitu apa yang mereka haramkan, itulah yang diharamkan Allah dan apa yang mereka halalkan, itulah yang dihalalkan Allah?

Kemungkinan yang pertama, yaitu mereka mendapat izin Allah adalah tidak mungkin terjadi karena mereka sendiri telah mendustakan wahyu itu sendiri, maka kemungkinan keduanyalah yang bisa terjadi yaitu mereka menentukan hukum itu hanyalah atas dasar dugaan semata, atau dengan kata lain mereka mengada-adakan atas nama Allah.

وَجَعَلُوْا لِلّٰهِ مِمَّا ذَرَاَ مِنَ الْحَرْثِ وَالْاَنْعَامِ نَصِيْبًا فَقَالُوْا هٰذَا لِلّٰهِ بِزَعْمِهِمْ وَهٰذَا لِشُرَكَاۤىِٕنَاۚ فَمَا كَانَ لِشُرَكَاۤىِٕهِمْ فَلَا يَصِلُ اِلَى اللّٰهِ ۚوَمَا كَانَ لِلّٰهِ فَهُوَ يَصِلُ اِلٰى شُرَكَاۤىِٕهِمْۗ سَاۤءَ مَا يَحْكُمُوْنَ

Dan mereka menyediakan sebagian hasil tanaman dan hewan (bagian) untuk Allah sambil berkata menurut persangkaan mereka, “Ini untuk Allah dan yang ini untuk berhala-berhala kami.” Bagian yang untuk berhala-berhala mereka tidak akan sampai kepada Allah, dan bagian yang untuk Allah akan sampai kepada berhala-berhala mereka. Sangat buruk ketetapan mereka itu. (al-An’am/6: 136)


Baca juga: Surah al-Kahfi Ayat 110: Melihat Sisi Kemanusiaan Nabi Muhammad Saw


Ayat 60

Allah mengungkapkan kesalahan dari dugaan mereka bahwa pada hari pembalasan nanti setiap orang diberi balasan yang setimpal dengan amalnya, mereka itu tidak akan dihisab, mereka tidak akan dijatuhi hukuman, karena berbuat dusta atas nama Allah, atau karena beranggapan bahwa diri mereka berhak menentukan hukum, halal dan haramnya sesuatu.

Kesalahan mereka inilah yang menyeret mereka kepada kesalahan yang lebih besar, yaitu mereka secara sengaja telah berani mencampuri urusan yang sebenarnya menjadi hak Allah, menentang wahyu yang diturunkan dari Allah dan mempersekutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain.

يَعْمَلُوْنَ لَهٗ مَا يَشَاۤءُ مِنْ مَّحَارِيْبَ وَتَمَاثِيْلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُوْرٍ رّٰسِيٰتٍۗ اِعْمَلُوْٓا اٰلَ دَاوٗدَ شُكْرًا ۗوَقَلِيْلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ

Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur. (Saba’/34: 13)

Allah menjelaskan alasan, mengapa mereka harus menerima hukuman, yaitu karena kesalahan mereka sendiri.

Allah telah melimpahkan karunia-Nya yang sangat besar kepada manusia, yaitu menurunkan wahyu untuk dijadikan pedoman hidup mereka, agar mereka hidup berbahagia di dunia dan di akhirat, dan telah menentukan halal dan haramnya segala sesuatu, agar mereka terbimbing kepada kehidupan yang makmur dan sentosa. Allah telah menurunkan aneka ragam rezeki untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka.

Di akhir ayat Allah menyayangkan mengapa sebagian besar manusia tidak mau mensyukuri segala macam nikmat yang telah diberikan kepada mereka, bahkan mereka menganiaya diri mereka sendiri dengan jalan menentang ketentuan dan hukum yang telah ditetapkan Allah. Mereka tidak mau mempedomani wahyu yang telah diturunkan kepada mereka. Kebanyakan dari mereka hidup mengikuti hawa nafsu dan menghambur-hamburkan harta benda, karena perasaan takabur dan membanggakan diri.


Baca setelahnya: Tafsir Surah Yunus Ayat 61-62


(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...