BerandaTafsir TahliliTafsir Surat Al An’am Ayat 15-18

Tafsir Surat Al An’am Ayat 15-18

Pada akhir pembahasan yang lalu Nabi Muhammad diperintahkan untuk senantiasa menyampaikan risalahnya. Pada Tafsir Surat Al An’am Ayat 15-18 menyambung pembahasan tersebut, yaitu sebuah upaya Nabi Muhammad agar orang-orang musyrik yakin terhadap risalah yang diembannya.


Baca sebelumnya: Tafsir Surat Al An’am Ayat 12-14


Rasulullah dalam Tafsir Surat Al An’am Ayat 15-18 ini berusaha meyakinkan orang-orang musyrik bahwa bila Rasulullah sendiri melakukan perkara yang dilarang oleh Allah ia juga akan mendapatkan balasan dari Allah atas apa yang telah diperbuatnya. Meskipun secara teologis Rasulullah sudah dimaksum.

Selain pembahasan di atas, Tafsir Surat Al An’am Ayat 15-18 banyak berbicara mengenai ke-Esaan Allah swt atas segala yang ada di alam raya ini. Serta tidak ada yang bisa mencegah Allah untuk memberi Rahmat maupun laknat kepada yang dikehendakiNya.

Ayat 15

Sesudah Allah menjelaskan dasar agama yang harus menjadi pegangan seorang Rasul, maka dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar menyatakan kepada kaum musyrik, bahwa jika beliau melakukan kemaksiatan, melanggar perintah Allah atau menyimpang dari asas agama yang ditetapkan Allah maka Rasul takut azab hari Kiamat akan menimpanya, sebab pada hari itu Allah akan berhadapan dengan hamba-hamba-Nya untuk menjatuhkan azab kepada mereka yang berdosa dan memberikan pahala kepada mereka yang beramal saleh.

Pada hari yang dahsyat ini tidak seorang pun yang dapat menolong orang lain, karena kasih sayang atau persaudaraan. Ayat ini menunjukkan sifat Rasulullah bahwa beliau meskipun jauh dari kemungkinan melakukan maksiat, namun hati beliau tetap takut kepada Allah dalam segala keadaan.

Ayat 16

Allah menerangkan dalam ayat ini bahwa orang yang terhindar dari azab pada hari Kiamat, adalah orang yang mendapat rahmat dari Allah. Karena Allah membebaskan dia dari kesengsaraan pada hari yang dahsyat itu dan memberinya kenikmatan-kenikmatan dan memasukkannya ke dalam surga.

Orang yang dijauhkan dari azab itu mendapatkan dua kebahagiaan: kebahagiaan disebabkan bebas dari azab dan kebahagiaan mendapat rahmat, kebahagiaan ini merupakan keberuntungan yang besar.

Kebahagiaan yang diberikan Allah pada hari Kiamat itu benar-benar adalah rahmat kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya dan bukanlah sekali-kali suatu keharusan bagi Tuhan; sebab tidak ada kekuasaan lain di atas kekuasaan-Nya.

Tetapi sifat rahmat itu sendiri adalah suatu keharusan bagi Tuhan, karena sifat itu salah satu sifat kesempurnaan-Nya dan keharusan sifat rahmat itu pada Allah dinyatakan Allah dalam Alquranseperti tersebut dalam surah ini (al-Ma′idah/5) ayat 12 dan 54.


Baca juga: Tafsir Al-Anbiya’ Ayat 107; Nabi Muhammad Saw Adalah Rahmat Bagi Seluruh Alam


Ayat 17

Dalam ayat ini ditegaskan lagi tentang kemahakuasaan Allah, bahwa tidak ada seorang pun yang dapat melenyapkan suatu kemudaratan yang ditimpakan Allah kepada seseorang kecuali Allah sendiri, seperti sakit, kemiskinan, duka cita, kehinaan dan lain sebagainya yang mengakibatkan penderitaan pada manusia baik lahir maupun batin.

Bukanlah berhala-berhala, dukun-dukun atau pelindung lainnya selain Allah yang acap kali dipandang oleh orang musyrik, dapat menghilangkan kemudaratan tersebut.

Demikian pula halnya tak ada seorang pun yang dapat mencegah suatu kebaikan yang dianugerahkan Allah kepada seseorang seperti kekayaan, kesehatan, kemuliaan, kekuatan dan lain sebagainya yang menimbulkan kebahagiaan baik lahir maupun batin. Allah Mahakuasa memelihara segala kebaikan agar seseorang tetap sebagaimana yang Dia kehendaki.

Setiap selesai melaksanakan salat lima waktu, Nabi Muhammad selalu membaca doa, antara lain:

اللّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

(رواه البخاري عن الوراد)

Ya Allah, tak ada yang mencegah terhadap apa yang Engkau berikan, tak ada yang memberi terhadap apa yang Engkau cegah dan tidak bermanfaat kejayaan seseorang atas siksaan-Mu. (Riwayat al-Bukhari dari al-Warrad)

Ayat ini menunjukkan pula bahwa setiap manusia baik yang menginginkan kebaikan atau yang menghindari kemudaratan, haruslah meminta pertolongan kepada Allah semata-mata dengan berusaha menurut Sunnah-Nya yang berlaku dalam alam ini dan dengan memanjatkan doa sepenuhnya kepada-Nya.

Firman Allah:

ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ

Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. (Gafir/40: 60)

Ayat 18

Ayat ini menegaskan kesempurnaan kedaulatan Allah yang mutlak atas hamba-hamba-Nya. Dialah Penguasa yang tertinggi di atas hamba-hamba-Nya dan menyelenggarakan serta mengatur segala masalah dan urusan mereka menurut kehendak-Nya. Tidak seorang pun yang dapat memohon untuk dapat keluar dari daerah kekuasaan-Nya.

Kesempurnaan kekuasaan dan kedaulatan Allah atas hamba-hamba-Nya itu disertai dengan kesempurnaan hikmah-Nya dalam mengatur kebutuhan hamba-hamba-Nya dan keluasan ilmu-Nya terhadap segala perkara yang kecil dan tersembunyi.

Dialah Yang Maha Mengetahui apa yang bermanfaat dan yang mudarat bagi hamba-hamba-Nya. Tak ada suatu perkarapun, melainkan diketahui-Nya akhir dari perkara itu. Pengaturan-Nya atas hamba-hamba-Nya ini diarahkan kepada suatu tujuan yakni kesempurnaan kemanusiaan.

Dialah Allah Yang Mahakuasa dan Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Karena itu, tidaklah patut menyembah kepada selain-Nya.

Firman Allah:

فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللّٰهِ اَحَدًا

Maka janganlah kamu menyembah apa pun di dalamnya selain Allah. (al-Jinn/72: 18)


Baca setelahnya: Tafsir Surat Al An’am Ayat 19-21


(Tafsir kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...