Setelah pada pembahasan surat yang lalu berbicara mengenai Lailatul Qadar serta keistimewaannya, berikutnya dalam Tafsir Surat Al Bayyinah Ayat 1-4 ini berbicara mengenai orang-orang yang merasa terusik dengan datangnya Nabi Muhammad saw sebagai utusan Allah swt.
Baca sebelumnya: Tafsir Surat Al Qadr Ayat 3-5
Pembicaraan pertama dalam Tafsir Surat Al Bayyinah Ayat 1-4 ini terkait dengan keengganan orang-orang kafir baik Yahudi, Nasrani, maupun orang-orang munafik untuk meninggalkan tradisi nenek moyang mereka sebelum adanya bukti yang nyata bagi mereka tentang kerasulan Nabi Muhammad saw.
Dijelaskan pula dalam Tafsir Surat Al Bayyinah Ayat 1-4 ini bahwa orang-orang kafir dan sebangsanya itu terguncang dengan kerasulan Nabi Muhammad saw. Sebelumnya, masing-masing dari mereka saling mengajukan diri dari golongannya tentang siapa yang nantinya akan menjadi nabi.
Ayat 1
Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan bahwa orang-orang yang mengingkari kerasulan Nabi Muhammad, yang terdiri dari orang-orang Yahudi, Nasrani, dan orang-orang musyrik, tidak akan melepaskan kekufuran mereka, dan tidak mau meninggalkan tradisi nenek moyang mereka, sampai datang bukti nyata, yaitu diutusnya Nabi Muhammad.
Kedatangan Nabi saw menimbulkan keguncangan dalam akidah dan adat istiadat yang telah berurat dan berakar dalam diri mereka. Mereka menyatakan bahwa apa yang dibawa oleh Nabi saw tidak ada beda atau lebihnya dari apa yang terdapat dalam agama mereka.
Dengan demikian, menurut mereka, tidak ada kebaikan mengikuti yang baru dengan meninggalkan yang lama, bahkan mengikuti yang lama lebih menenteramkan jiwa karena tidak bertentangan dengan sikap nenek moyang mereka.
Ayat 2-3
Dalam ayat-ayat ini, Allah menjelaskan bahwa yang dimaksud bukti itu adalah hati pribadi Nabi saw yang membacakan untuk orang kafir halaman-halaman Alquran yang bersih dari campur tangan manusia, dari segala macam kesalahan, dan dari penambahan, yaitu bukti yang memancarkan kebenaran. Allah berfirman:
لَّا يَأْتِيْهِ الْبَاطِلُ مِنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهٖ
(Yang) tidak akan didatangi oleh kebatilan baik dari depan maupun dari belakang (pada masa lalu dan yang akan datang). (Fussilat/41: 42)
Di dalam Alquran itu tersimpul ajaran-ajaran yang benar yang terdapat dalam kitab-kitab para nabi yang terdahulu, seperti Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Ibrahim. Dalam ayat lain yang hampir sama maksudnya, Allah berfirman:
وَاِنَّهٗ لَفِيْ زُبُرِ الْاَوَّلِيْنَ ١٩٦
Dan sungguh, (Alquran) itu (disebut) dalam kitab-kitab orang yang terdahulu. (asy-Syu’ara’/26: 196)
اِنَّ هٰذَا لَفِى الصُّحُفِ الْاُوْلٰىۙ ١٨
صُحُفِ اِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى ࣖ ١٩
Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (al-A’la/87: 18-19)
Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan al-kitab ialah surah dan ayat Alquran , karena setiap surah itu adalah kitab yang kokoh. Ada juga yang memahami sebagai hukum dan peraturan yang terkandung dalam firman-firman Allah yang tidak ada kebatilannya. Dalam ayat lain, Allah berfirman:
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلٰى عَبْدِهِ الْكِتٰبَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَّهٗ عِوَجًا ۜ ١
قَيِّمًا لِّيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيْدًا مِّنْ لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا حَسَنًاۙ ٢
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Alquran ) kepada hamba-Nya dan Dia tidak menjadikannya bengkok; sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik. (al-Kahf/18: 1-2)
Baca juga: Memahami Makna Kata Ikhlas dan Penafsirannya dalam Al-Quran
Ayat 4
Keadaan orang-orang kafir Yahudi, Nasrani, dan musyrikin sesudah Nabi saw datang berlainan dengan keadaan mereka sebelumnya.
Mereka sebelum Nabi saw datang dalam keadaan kufur, terbenam dalam kejahilan dan hawa nafsu, tetapi setelah Nabi saw datang, segolongan dari mereka beriman. Dengan demikian, keadaan mereka tidak seperti dahulu. Golongan yang tidak beriman malah meragukan kebenaran yang dibawa Nabi saw, bahkan ada yang tidak mempercayai kebenarannya sama sekali.
Perbantahan dan perselisihan hebat terkadang terjadi antara orang-orang musyrik dengan orang-orang Nasrani. Orang Yahudi berkata kepada orang musyrik, “Sesungguhnya Allah akan mengutus nabi dari kalangan bangsa Arab penduduk Mekah.”
Mereka menerangkan sifat-sifat nabi serta mengancam orang-orang seraya mengatakan bahwa bila nabi itu lahir, mereka akan membantunya dengan menyokong semua tindakannya dan bekerja sama untuk menghancurkan orang-orang musyrik.
Dalam keadaan yang demikianlah Nabi Muhammad diutus. Lalu orang-orang musyrik memusuhi dan menentang Nabi habis-habisan. Mereka juga mengajak orang-orang Arab lainnya untuk memusuhi beliau dan menyakiti pengikut-pengikutnya yang hatinya telah disinari dengan keimanan dan melapangkan dadanya untuk mengenal kebenaran.
Kemudian Allah dalam ayat ini menghibur Nabi-Nya dengan mengatakan bahwa beliau tidak perlu susah atau gundah karena sikap dan tantangan mereka terhadap dirinya. Hal itu juga merupakan sikap mereka terhadap para nabi terdahulu sehingga mereka berpecah-belah.
Baca setelahnya: Tafsir Surat Al Bayyinah Ayat 5-8
(Tafsir Kemenag)