Pada pembahasan surat yang lalu berbicara mengenai motivasi bagi kaum muslimin dengan menjadikan kuda yang sangat agresif sebagai objek sumpah, dalam Tafsir Surat Al Qari’ah Ayat 1-11 ini kembali kita berbicara mengenai hari kiamat. Dengan menggunakan kata al-qari’ah dan diulang-ulangnya kata tersebut mengindikasikan kedashsyatan hari itu sehingga membuat semua manusia kelimpungan.
Baca juga: Tafsir Surat Al ‘Adiyat Ayat 1-11
Setelah menjelaskan makna pengulangan kata al-qari’ah tersebut, Tafsir Surat Al Qari’ah Ayat 1-11 berbicara mengenai penggambaran bagaimana terjadinya hari itu. dikatakan bahwa manusia bagaikan laron yang berterbangan di sekeliling lampu. Hal itu menunjukkan kebingungan yang dihadapi manusia. Gunung-gunung juga berterbangan seperti kapas.
Pada keadaan yang karut-marut tersebut hanya terdapat dua golongan. Yaitu golongan orang-orang yang selamat dan golongan orang-orang yang celaka. Orang yang selamat adalah orang yang beriman dan beramal saleh ketika di dunia. Sedangkan orang yang celaka adalah orang yang ingkar dan selalu berbuat kerusakan.
Ayat 1
Dalam ayat ini, Allah menyebutkan kata al-qari’ah, yaitu salah satu nama hari Kiamat, seperti al-Haqqah, as–Sakhkhah, at–Tammah, dan al-Gasyiyah. Hari Kiamat itu juga disebut al-qari’ah karena ia menggetarkan hati setiap orang akibat kedahsyatannya. Kata al-qari’ah juga digunakan untuk menyebut suatu bencana hebat. Allah berfirman:
وَلَا يَزَالُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا تُصِيْبُهُمْ بِمَا صَنَعُوْا قَارِعَةٌ
Dan orang-orang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri. (ar-Ra’d/13: 31)
Maksudnya mereka ditimpa malapetaka hebat yang mengetuk hati mereka dan menyakiti tubuh mereka, sehingga mereka mengeluh karenanya.
Ayat 2
Dalam ayat ini Allah mengulang kata al-qari’ah dalam bentuk pertanyaan untuk meminta perhatian agar manusia memahami karena dahsyatnya kejadian hari Kiamat dan huru-hara yang membuat hati kecut, sehingga sulit menggambarkannya dengan tepat dan sulit mengetahui dengan sebenarnya.
Ayat 3
Allah mengulangi kata al-qari’ah itu adalah untuk menggambarkan kedahsyatan hari Kiamat itu, seakan-akan tidak ada sesuatu pun yang dapat dijadikan contoh untuk al-qari’ah itu. Bagaimana pun mengkhayalkannya, al-qari’ah lebih hebat dari itu.
Ayat 4
Karena sangat sulit mengetahui hakikat al-qari’ah, maka dalam ayat ini Allah menjelaskan waktu kedatangannya. Ketika itu, keadaan manusia bagaikan laron yang beterbangan di sekeliling lampu pada malam hari. Penyerupaan ini adalah untuk menggambarkan keadaan manusia yang kebingungan dan tidak menentu arah tujuannya.
Manusia pada hari yang dahsyat itu bertebaran di mana-mana, bingung, dan tidak tahu ke mana akan dituju, apa yang akan dikerjakan, dan untuk apa mereka dikumpulkan di sana. Kondisi ini tidak ubahnya seperti anai-anai yang tidak berketentuan arahnya. Dalam ayat lain, Allah berfirman:
كَاَنَّهُمْ جَرَادٌ مُّنْتَشِرٌ
Seakan-akan mereka belalang yang beterbangan. (al-Qamar/54 : 7)
Ayat 5
Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan bahwa gunung-gunung yang telah hancur itu beterbangan dari tempatnya seperti bulu halus yang diterbangkan angin. Lalu bagaimanakah keadaan manusia yang mempunyai tubuh yang lemah itu bila mengalami al-qari’ah itu.
Banyak terdapat dalam Alquran ayat-ayat tentang keadaan gunung-gunung pada hari Kiamat, di antaranya Allah berfirman pada ayat-ayat berikut:
وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَّهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ
Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan. (an-Naml/27 : 88)
وَكَانَتِ الْجِبَالُ كَثِيْبًا مَّهِيْلًا
Dan menjadilah gunung-gunung itu seperti onggokan pasir yang dicurahkan. (al-Muzzammil/73: 14)
وَّسُيِّرَتِ الْجِبَالُ فَكَانَتْ سَرَابًاۗ ٢٠
Dan gunung-gunung pun dijalankan sehingga menjadi fatamorgana. (an- Naba’/78: 20)
Semua keterangan tersebut untuk menjelaskan bahwa gunung-gunung yang besar dan kuat seharusnya tetap tidak dapat digerakkan, tetapi al-qari’ah dapat menghancurkannya, apalagi manusia makhluk yang lemah.
Baca juga: Mengenal Nasr Hamid Abu Zaid, Pengkaji Al-Quran Kontemporer Asal Tanta, Mesir
Ayat 6-7
Dalam ayat-ayat ini, Allah menjelaskan tentang ganjaran bagi orang-orang yang banyak melakukan amal kebajikan, yaitu ketika amal mereka ditimbang dan timbangannya berat karena banyak mengerjakan amal-amal saleh.
Ganjaran bagi orang-orang ini adalah kesenangan abadi di surga. Mereka hidup di dalamnya penuh dengan kebahagiaan, kenikmatan, dan kepuasan. Kita wajib mempercayai adanya mizan (neraca/timbangan) yang tersebut pada ayat ini dan dalam firman-Nya:
وَنَضَعُ الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيٰمَةِ
Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat. (al-Anbiya’/21: 47)
Ayat 8-9
Allah juga menjelaskan nasib orang-orang jahat yaitu bila amal orang-orang jahat itu ditimbang dan timbangannya itu ringan karena banyak mengerjakan kejahatan dan sedikit mengerjakan kebajikan di dunia maka mereka akan ditempatkan dalam neraka Hawiyah tempat penyiksaan orang-orang jahat, tempat hidup sengsara; suatu tempat yang mereka dijerumuskan ke dalamnya.
Ayat 10-11
Dalam ayat ini, Allah menjelaskan arti kata hawiyah dalam bentuk pertanyaan, yaitu: apakah neraka Hawiyah itu dan dari apa ia dijadikan? Neraka Hawiyah adalah api yang menyala-nyala yang sangat panas di mana orang-orang yang berdosa dijerumuskan ke dalamnya untuk menerima balasan atas kejahatan dan kemungkaran yang mereka lakukan. Ayat ini menggambarkan jika semua api di seluruh dunia dikumpulkan dan dipersatukan, tidak akan dapat menyamai panasnya api neraka Hawiyah.
Baca setelahnya: Tafsir Surat At Takasur Ayat 1-3
(Tafsir Kemenag)