BerandaTafsir TematikTafsir Surah Yasin ayat 39-40: Semua Makhluk Langit Adalah Ciptaan Allah Swt

Tafsir Surah Yasin ayat 39-40: Semua Makhluk Langit Adalah Ciptaan Allah Swt

Sebelumnya telah dibahas bagaimana matahari yang berputar pada porosnya  dan menjadi salah satu asbab adanya siang dan malam (tafsir ayat 37). Adapun pada pembasahan kali ini kita akan mengulas tafsir surat Yasin ayat 39-40 tentang matahari, bulan, dan semua mahluk langit adalah ciptaan Allah. Sebagaimana Firman-Nya:

وَالْقَمَرَ قَدَّرْنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالْعُرْجُوْنِ الْقَدِيْمِ

لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِيْ لَهَآ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۗوَكُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ

  1. Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua.
  2. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.

Dua ayat diatas secara tekstual bisa dikatakan sebagai ayat-ayat sains, yang sebagian Mufassir sudah mengulasnya meski hanya secara ringkas. Terdapat perdebatan dikalangan ulama terkait tafsir ilmi, sebagian menghindari penafsiran yang bernuansa sains dengan alasan bahwa al-Qur’an bukanlah kitab ilmu pengetahuan, akan tetapi ia merupakan teks untuk membimbing manusia (hudan li al-nas) pada nilai-nilai tauhid dan moral.

Kita kesampingkan dulu perdebatan yang sudah menyejarah itu, fokus pembahasan kali ini adalah untuk membaca bagaimana penafsiran para ulama terkait ayat-ayat diatas.

Setelah sebelumnya Allah menegaskan peredaran bagi Matahari, maka pada ayat ini, Bulan pun ditetapkan kadar dan sistem perdarannya di beberapa tingkat/posisi tertentu (al-manazil).

Baca Juga: Tafsir Fiqh (4): Al-Qurthubi dan al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an

Istilah “al-manazil” oleh bangsa Arab adalah tempat turunnya bintang, dan menurut Zamaksyari, Qurthubi, serta beberapa mufassir lain, menyebut ada 28 al-manazil, yaitu:

Syaratan, Butayn, Tsurya, Dabaran, Haq’ah, Han’ah, Dzira’, Tsanrah, Tarf, Jabhah, Kharatan, Sarfah, ‘Awwa’, Samak, Ghafr, Zubanayan, Iklil, Qalb, Syawlah, Na’a’im, Baldah, Sa’d al-Zabh, Sa’d Bula’, Sa’d Su’ud, Sa’d al-Akhbiyah, Farghr al-Mutaqaddam, Farghr al-Mu’akhkhar, dan Batn al-Haut.

Apabila semuanya sudah dilalui hingga akhir, maka akan kembali ke awal, dan setiap hitungan 2-3 manazil juga akan terjadi gugusan bintang, dimana ratusan bintang akan berpendar indah menghiasi malam-malam bersama bulan. Terhitung pada manazil ke-28, akan ada peristiwa terputusnya orbit, yang memunculkan hilal, dimana bulan akan meredup, menua, bagai tandan tua termakan masa (kal ‘urjunil qadim) hingga lenyap, lalu lahir kembali menunaikan tugasnya.

Begitupun manusia, perjalanannya mirip seperti bulan, ia beranjak tumbuh sedikit-demi sedikit, dari bayi, terlentang, merangkak, berjalan menjadi anak-anak, tumbuh sebagai remaja, hingga dewasa. Ketika tua, kekuatannya akan menurun, membungkuk, semakin lemah, hingga lelap, dan menutup usia.

Matahari dan Bulan adalah dua makhluk ciptaan Allah yang memiliki keistimewaan tersendiri. Menurut Qurthubi, keduanya tercipta dari api, yang kemudian dibungkus oleh cahaya. Matahari dibungkus oleh cahaya ‘Ars, sedangkan bulan dibungkus dari cahaya Kursiy.

Keduanya beredar sesuai ketentuan, Mujahid berkata, “Keduanya memiliki batasan yang telah ditentukan, tidak mungkin mendahului atau membelakangi, apabila penguasa siang (matahari) datang, maka penguasa malam (bulan) hilang, begitupun sebaliknya”

Quraish menambahi, bahwa kata yanbaghi (يَنْبَغِيْ) mulanya bemakna “meminta sesuatu lalu memperolehnya”, proses ini kemudian melahirkan makna baru, yaitu “dapat/mampu”. Sehingga konteks ayat ini bisa dimaknai dengan ketidak mampuan bulan dan matahari untuk saling mendahului.

Baca Juga: Tafsir al-Lubab Karya Quraish Shihab, Tafsir Ringkas Cocok untuk Orang Sibuk

Menariknya, Zuhaili mengumpamakan tata surya sebagai lautan, dimana Matahari, Bulan, dan Bumi sedang berenang didalamnya. Karena itu pula redaksi akhir ayat 40 menggunakan kata يَسْبَحُوْن (yasbahun) yang berarti berenang. Menurutnya, dalam 1 tahun Matahari berotasi pada teritorinya (mengitari bumi) sekitar jarak tempuh 93 juta mil. Sedangkan Bulan beredar mengelilingi bumi setiap bulannya terhitung 240 ribu mil, adapun Bumi beredar mengelilingi Matahari, satu putaran terhitung sama dengan 1 tahun (365 hari).

Lebih jauh lagi jika melihat jarak dengan bintan-bintang yang dinamai dengan galaxy, untuk menempuhnya membutuhkan kecepatan cahaya sekitar 104.000.000.000 mil/detik, sedangkan antara bumi ke matahari dan bulan membutuhkan kecepatan cahaya sekitar 186.000 mil/detik.

Hamka menilai bahwa ayat ini memperlihatkan betapa kuasanya Allah dan kecilnya manusia. Semakin seseorang melihat ke langit, semakin kecil sesuatu yang terlihat, maka sejatinya adalah yang paling besar. Dan sebesar-besarnya sesuatu itu, ia tetaplah makhluk ciptaan Allah. Wallahu a’lam.

Demikianlahn penjelasan ringkas dari tafsir surat Yasin ayat 39-40, tunggu series tasfir Yasin selanjutnya. Semoga bermanfaat

Fahmi Azhar
Fahmi Azhar
Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dan aktif di CRIS Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Angin sebagai Tentara Allah: Tafsir Fenomena Meteorologi dalam Alquran

Angin sebagai Tentara Allah: Tafsir Fenomena Meteorologi dalam Alquran

0
Alquran menyebutkan fenomena alam tidak hanya sebagai tanda-tanda kebesaran Allah, tetapi juga sebagai pengingat akan kekuasaan-Nya yang tak terbatas. Salah satu elemen alam yang...