BerandaTafsir TematikTujuh Etika Bisnis dan Marketing dalam Al-Qur'an yang Harus Dipahami Pebisnis

Tujuh Etika Bisnis dan Marketing dalam Al-Qur’an yang Harus Dipahami Pebisnis

Dalam dunia bisnis, di dalamnya tentu ada kegiatan marketing atau pemasaran. Bisnis sendiri adalah kegiatan usaha dengan memanfaatkan sumber daya manusia, dalam rangka menghasilkan barang atau jasa yang bernilai dan berguna untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pihak lain atau masyarakat pada umumnya. Sedangkan marketing adalah usaha untuk memasarkan barang atau jasa untuk memperoleh keuntungan. Meskipun memiliki arti yang berbeda, tidak dipungkiri keduanya memiliki etika bisnis dan marketing yang terangkum dalam Al-Qur’an.

Padahal bisnis dan marketing dalam Islam tidak bebas nilai. Akan tetapi terikat dengan nilai etik atau akhlak yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Berbisnis dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mencari keuntungan duniawi, tetapi juga keuntungan dan kemenangan di negeri akhirat berupa surga (QS. Al-Qashas: 77). Keberhasilan meraih surga adalah keuntungan dan kemenangan besar yang diperuntukkan bagi mukmin yang istiqomah dalam keimanannya dan yang berjuang dengan segenap harta dan jiwa raganya. Inilah bisnis yang menyelamatkan orang beriman dari siksa yang pedih dan mendapatkan ampunan dosa berupa surga (QS. Al-Shaf: 10-12).

Baca juga: Membaca Ayat Antopokosmik: Menjaga Alam Kewajiban Kita Bersama

Dalam proses mencapai tujuan yang telah ditentukan, berbisnis dan memasarkan produk harus dengan cara atau metode yang sesuai dengan etika bisnis dan marketing dalam Islam. Tidak dibenarkan tujuan yang sangat mulia, tetapi diraih dengan cara yang tidak mulia, kotor, dan menghalalkan segala cara. Tujuan mulia juga harus ditempuh dengan cara mulia.

Salah satu rujukan utama dalam etika berbisnis dan marketing adalah Rasulullah Saw. Praktik bisnis dan marketing yang dicontohkan oleh Rasul selalu dilandasi dengan nilai-nilai akidah dan akhlak kenabian atau profetik yang secara garis besar sudah disebutkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Pertama, Berbisnis dalam Rangka Ibadah Karena Allah Semata

Dalam hidup ini, tentunya manusia tidak mengharapkan bagian dari hidupnya terlewat tanpa dihitung sebagai ibadah oleh Allah. Karena memang manusia diciptakan Allah tidak lain kecuali hanya untuk beribadah kepadanya sebagaimana bunyi QS. Adz-Dzariyat ayat 56.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (١٦٢)

“Tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Adapun berbisnis bisa menjadi bagian dari ibadah jika diawali dengan niat atau motivasi  yang ikhlas hanya beribadah kepada Allah. Sebagaimana Nabi Saw bersabda,

Sesungguhnya amal itu disertai dengan niat dan sesungguhnya setiap perkara orang mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya.” (HR. Bukhori no. 1 dan Muslim no. 1907)

Kedua, Bertindak Benar dan Jujur

Dasar dari semua kebaikan adalah bertindak benar dan berkata jujur. Maksud bertindak benar di sini adalah bertindak sesuai dengan yang diperintahkan dan dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya, bukan yang dilarang atau yang dibenci Allah dan Rasul-Nya sebagaimana bunyi QS. Al-Ahzab ayat 70-71.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (٧٠) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (٧١)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar (70) niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapatkan kemenangan yang besar (71).”

Ketiga, Amanah dan Bersikap Adil

Modal dasar dari bisnis itu adalah amanah (trust/kepercayaan/dapat dipercaya/tanggung jawab). Amanah merupakan kunci utama kesuksesan dalam mengelola bisnis apapun. Pebisnis wajib menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya agar pelanggan atau konsumen tidak lari meninggalkannya. Sebagaimana firman Allah pada QS. Al-Baqarah ayat 283.

وَإِنْ كُنْتُمْ عَلَىٰ سَفَرٍ وَلَمْ تَجِدُوا كَاتِبًا فَرِهَانٌ مَقْبُوضَةٌ ۖ فَإِنْ أَمِنَ بَعْضُكُمْ بَعْضًا فَلْيُؤَدِّ الَّذِي اؤْتُمِنَ أَمَانَتَهُ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ ۗ وَلَا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَ ۚ وَمَنْ يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آثِمٌ قَلْبُهُ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ (٢٨٣)

“Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya, dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (283).”

Adapun salah satu perwujudan dari menunaikan amanah adalah bersikap dan berlaku adil atau proporsional (QS. An-Nisa: 58). Oleh sebab itu, berlaku adil termasuk hal yang diperintahkan Allah Swt sebagaimana firman Allah pada QS. An-Nahl ayat 90.

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (٩٠)

“Sesungguhnya Allah menyeru (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran (90).”

Baca juga: Surah An-Nisa Ayat 86: Prinsip Saling Menghormati dalam al-Qur’an

Keempat, Saling Rida

Asas dari berbisnis itu saling rela, tak boleh ada pemaksaan. Pemaksaan dalam berbisnis atau bermuamalah adalah kesalahan fatal sebagaimana bunyi QS. An-Nisa : 29.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ ۚ وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا (٢٩)

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan harta-harta kalian di antara kalian dengan cara yang batil, kecuali dengan perdagangan yang saling rida antara kalian. Dan janganlah kalian membunuh diri kalian sendiri, sesungguhnya Allah itu Maha Menyayangi kepada kalian (29).”

Kelima, Bersikap Baik, Sopan dan Menyenangkan

Termasuk hal penting untuk diperhatikan dalam melakukan suatu bisnis adalah bersikap baik dan menyenangkan terhadap pelanggan atau konsumen, seperti bersikap ramah, mau menyapa, tetapi tetap menjaga adab kesopanan. Jika tidak, dapat dipastikan konsumen akan berpaling meninggalkan kita. Oleh karena itu, bagi seorang pebisnis dianjurkan untuk mempunyai jiwa yang baik agar sikap yang muncul juga baik, lemah lembut, dan pemaaf. Seperti firman Allah pada QS. Ali Imran ayat 159.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (١٥٩)

“Maka berkat rahmat Allah, engkau (Muhammad) bersikap lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu, maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad maka bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal (159).”

Baca juga: Kabar Duka, Intelektual Lebanon Penyuara Pluralisme Agama Mahmoud Ayoub Wafat

Keenam, Memberikan Manfaat Bagi Orang Lain

Seorang muslim diperintahkan untuk selalu ingat kepada Allah. Baik dalam kondisi bisnis yang sukses atau pun gagal. Aktivitas bisnis harus sejalan dengan sistem moral yang terkandung dalam Al-Qur’an yaitu mengharuskan seorang bekerja keras di dunia untuk mendapatkan fasilitas terbaik di akhirat dengan cara memanfaatkan karunia Allah di muka bumi ini dengan memberikan manfaat kepada orang lain. Seperti firman Allah pada QS. Al-Qashas ayat 77.

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (٧٧)

“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan (77).”

Ketujuh, Tidak memasarkan, Menjual dan Menyewakan Barang dan Jasa yang Haram

Salah satu aturan dalam bisnis antara lain barang yang diperdagangkan adalah barang-barang halal yang dibolehkan oleh Agama Islam, bukan hanya dilihat dari barang saja, tetapi dari bahan baku, proses produksi hingga menjadi barang jadi harus yang halal. Segala macam usaha yang halal, bukan hanya semata-mata makanan saja. Menurut jumhur ulama, makanan yang haram dimakan, haram pula diperjualbelikan. Dalam surat Al-Baqarah ayat 173 dijelaskan tentang hal-hal yang haram dimakan, yaitu bangkai, darah, babi, dan binatang yang disembelih tanpa menyebut Allah Swt.

إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ ۖ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (١٧٣)

“Sesungguhnya Allah mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi Barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang (173).”

Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pebisnis dalam menjalankan bisnisnya harus bisa berkomitmen dalam menjalankan bisnisnya sesuai apa yang diajarkan oleh Rasul Saw, seperti niatnya untuk beribadah kepada Allah, bersikap benar dan jujur, amanah, ramah, bermanfaat, menjauhi bisnis dan pemasaran produk barang dan jasa yang jelas haram dan dilarang Allah dan Rasul-Nya. Wallahu’alam bi shawab

Muhammad Afiruddin
Muhammad Afiruddin
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an dan Sains Sendangagung Paciran Lamongan
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

surah al-Baqarah ayat 274 dan sedekah ala Ali bin Abi Talib

Surah Al-Baqarah Ayat 274 dan Sedekah Ala Ali bin Abi Thalib 

0
Ali bin Abi Talib merupakan sepupu Nabi Muhammad saw. sekaligus suami dari putrinya, Sayyidah Fatimah az-Zahra. Beliau sangat terkenal dengan kemurahan hati dan kedermawanannya...