BerandaTafsir TematikSurah al-Maidah Ayat 35: Perintah Mencari Wasilah Menuju Allah swt

Surah al-Maidah [5] Ayat 35: Perintah Mencari Wasilah Menuju Allah swt

Setiap manusia membutuhkan perantara/wasilah menuju Allah swt. Sebab alam semesta yang manusia huni berpijak di atas mekanisme sebab dan akibat (causes dan effects), serta hukum kausalitas yang diciptakan dan diadakan sebagai sunnatullah. Karena itu, sangat sulit bagi seseorang berjalan menuju Allah swt tanpa wasilah atau perantara khusus.

Sebagai contoh, Allah swt menggunakan perantara Jibril dan nabi Muhammad saw untuk mentransmisikan wahyu-Nya. Begitu pula sebaliknya, manusia membutuhkan wasilah (perantara) untuk menuju Allah swt. Tanpa adanya perantara ini, sangat sulit – untuk tidak menyebutkan mustahil – bagi manusia untuk sampai pada emanasi-emanasi Ilahiah dan menggapai derajat taqarrub kepada Tuhan.

Mungkin akan muncul pertanyaan, apakah wasilah itu wajib? Lantas apa yang dimaksud dari wasilah (perantara) itu? Berkenaan dengan pertanyaan ini, mari kita simak firman Allah swt dalam surat al-Maidah [5] ayat 35 yang memerintah manusia (orang yang beriman) untuk mencari wasilah menuju diri-Nya.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَابْتَغُوْٓا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِيْ سَبِيْلِهٖ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ٣٥

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung.” (QS. Al-Maidah [5]: 35).

Menurut as-Sa’adi dalam Tafsir al-Sa’adi, surat al-Maidah [5] ayat 35 merupakan perintah Allah swt kepada orang mukmin agar secara sungguh-sungguh berusaha bertakwa kepada-Nya, menjauhi hal-hal yang dapat mendatangkan murka-Nya seperti maksiat hati, lisan dan badan. Dalam menjalankan itu semua, seorang mukmin harus meminta pertolongan Allah swt karena Dia adalah Sanga Penentu.

Baca Juga: Termasuk Ajaran Islam, Ini Dalil Tawasul dalam Al-Quran

Di samping itu, ayat ini juga memerintahkan orang mukmin untuk mencari wasilah yang mendekatkan dirinya kepada Allah swt. Wasilah di sini – menurut as-Sa’adi – adalah kewajiban yang diberikan Allah swt. Kewajiban ini terdiri dari dua bentuk, yakni amaliah hati seperti cinta, khauf dan raja’ kepada-Nya serta amaliah raga seperti shalat, zakat, puasa dan naik haji. Setiap kewajiban tersebut dapat mendekatkan seorang hamba kepada Allah swt.

Sedangkan menurut Syekh Nawawi al-Bantani dalam Tafsir Marah Labid, surat al-Maidah [5] ayat 35 memuat dua hal, yakni perintah menjauhi larangan dan perintah melaksanakan kewajiban. Dalam pandangannya, perintah bertakwa kepada Allah swt merupakan perintah meninggalkan segala hal yang diharamkan (dilarang). Sedangkan perintah mencari wasilah menuju Allah swt artinya titah untuk melaksanakan hal yang diperintahkan seperti ibadah dan berbagai ketaatan.

Melalui wasilah ketaatan dan menjauhi larangan,  seseorang akan mampu menggapai keridaan Allah swt. Karena pada dasarnya – secara umum – hukum taklif meliputi dua hal utama, yakni menjauhi larangan dan melaksanakan perintah Allah swt.  Dalam hal ini, K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha pernah menerangkan bahwa pada hakikatnya tidak ada sesuatu yang mubah kecuali hal tersebut merupakan bagian dari menjauhi kemaksiatan.

Kata wasilah pada surat al-Maidah [5] ayat 35 mirip maknanya dengan washilah, yakni sesuatu yang menjadi perantara terhadap sesuatu yang lain. Dengan demikian, wasilah adalah sesuatu yang menyambung dan mendekatkan sesuatu dengan sesuatu yang lain atas dasar keinginan yang kuat untuk mendekat. Dalam konteks seorang hamba, wasilah berarti sesuatu yang menghubungkannya dengan Tuhan dalam rangka mendekatkan diri.

Pandangan serupa disampaikan oleh al-Qasimi. Menurutnya – mengutip Ibnu Abbas, Imam Mujahid, Atha’, dan Sufyan al-Tsausri – wasilah pada ayat ini bermakna kedekatan. Artinya, Allah swt memerintahkan orang-orang mukmin untuk mencari (thalab) kedekatan dengan Allah swt melalui ketaatan dana mal-amal yang dapat menghantarkan kepada keridaan Allah swt di dunia maupun akhirat (Mahasin al-Takwil [4] 125).

Menurut Quraish Shihab – mengutip Ibnu Abbas – ada banyak cara yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada rida Allah swt, namun kesemuanya haruslah dibenarkan oleh-Nya berdasarkan Al-Qur’an dan hadis. Dengan demikian, ketika seseorang merasakan kebutuhan kepada Allah swt, ia boleh berjalan menuju kepada-Nya dengan segala cara selama itu tidak bertentangan dengan pokok-pokok ajaran Islam.

Bagi sebagian ulama, surat al-Maidah [5] ayat 35 merupakan dalil dibolehkannya tawassul, yakni meminta pertolongan kepada Allah swt dengan menggunakan perantara (mediator) agar terpenuhi hajatnya dalam mendapatkan manfaat atau menolak mudarat. Misalnya, seseorang berdoa memohon kepada Allah swt mengenai kesuksesan atau nikmat dengan perantara nabi Muhammad saw atau para wali (Tafsir Al-Misbah [3]: 93).

Baca Juga: Baca Ayat Ini Sebagai Doa Agar Orang Mendapatkan Hidayah Islam

Imam al-Alusi – salah satu ulama yang membolehkan tawassul – menjelaskan bahwa tidak mengapa berdoa kepada Allah swt seraya ber-tawassul atas nama nabi Muhammad saw baik ketika beliau hidup atau wafat. Ini dilakukan dalam arti si pemohon berdoa kepada Allah demi kecintaan-Nya kepada nabi Muhammad saw, bukan meminta kepada beliau. Melalui perantara nabi saw, kiranya Allah akan mengabulkan permintaan tersebut.

Bertolak belakang dengan al-Alusi, sebagian ulama lain mengharamkan tawassul baik dengan nabi Muhammad saw atau para wali. Larangan ini disebabkan karena mereka khawatir hal tersebut (tawassul) disalahartikan masyarakat awam atau boleh jadi mereka menduga bahwa yang mengabulkan permintaan mereka adalah nabi Muhammad saw atau para wali dan bukan Allah swt. Padahal pada hakikatnya Allahlah yang Maha Pengabul Doa hamba-hamba-Nya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa surat al-Maidah [5] ayat 35 memerintahkan orang-orang mukmin untuk bertakwa kepada Allah swt dengan mengerjakan semua perintah-Nya dan menjauhi setiap larangan-Nya. Selain itu, ayat ini juga menyuruh orang-orang mukmin untuk mencari wasilah yang mampu mendekatkan mereka kepada Allah swt sesuai dengan ajaran Islam seperti berjihad di jalan-Nya. Wallahu a’lam.

Muhammad Rafi
Muhammad Rafi
Penyuluh Agama Islam Kemenag kotabaru, bisa disapa di ig @rafim_13
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

surah al-Baqarah ayat 274 dan sedekah ala Ali bin Abi Talib

Surah Al-Baqarah Ayat 274 dan Sedekah Ala Ali bin Abi Thalib 

0
Ali bin Abi Talib merupakan sepupu Nabi Muhammad saw. sekaligus suami dari putrinya, Sayyidah Fatimah az-Zahra. Beliau sangat terkenal dengan kemurahan hati dan kedermawanannya...