BerandaTafsir TematikBayangan Matahari dan Inspirasi Pengembangan Sains dalam Al-Quran

Bayangan Matahari dan Inspirasi Pengembangan Sains dalam Al-Quran

Matahari melalui bayang-bayangnya menyumbang penemuan besar dalam sains. Allah swt menunjukkan kuasa-Nya melalui bayang-bayang itu. Dia bisa mengatur elastisitas, fleksibilitas, presisi dan akurasi bayang-bayang tersebut, panjang-pendeknya, terang-redup, dan sebagainya. Ini menginspirasi lahirnya “teori gemerlap pita bayangan gerhana” (The scintillation theory of eclipse shadow bands) sebagaimana diriset oleh J.L. Codona di Center of Astrophysics, Harvard University.

Elastisitas bayang-bayang matahari tersebut sejatinya telah termaklumatkan dalam firman-Nya Q.S. al-Furqan [25]: 45,

اَلَمْ تَرَ اِلٰى رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ الظِّلَّۚ وَلَوْ شَاۤءَ لَجَعَلَهٗ سَاكِنًاۚ ثُمَّ جَعَلْنَا الشَّمْسَ عَلَيْهِ دَلِيْلًا ۙ

Tidakkah engkau memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang; dan sekiranya Dia menghendaki, niscaya Dia jadikannya (bayang-bayang itu) tetap, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk, (Q.S. al-Furqan [25]: 45)

Baca Juga: Inilah Enam Fungsi Energi Matahari Menurut Tafsir

Fenomena bayangan matahari dalam beberapa tafsir

Ayat di atas secara eksplisit menyampaikan bahwa tujuan matahari diciptakan memang sebagai petunjuk, dan di ayat tersebut, bagian dari matahari yang disinggung adalah bayangannya. Dalam Jami’ al-Bayan, al-Tabari, menukil riwayat dari Ibn Abbas menjelaskan tafsir ayat di atas dengan menjelaskan beberapa hal terkait matahari dan bayangannya.

Pertama, yaitu waktu kemunculan bayang-bayang yang dimaksud, yaitu antara terbitnya fajar hingga terbit matahari atau yang biasa dikenal dengan waktu subuh. Kedua, status matahari dan bayangannya yang tidak lain merupakan ciptaan Allah dan senantiasa berada di bawah kuasaNya, mau diadakan atau tidak, mau dipanjangkan atau tidak. Ketiga, tujuan dari penciptaan matahari dan fenomena bayangannya ini bukan lain yaitu sebagai petunjuk bagi manusia.

Untuk tujuan penciptaan matahari tersebut, At-Tabari membahasakannyaseperti berikut,  

دَلالَتُها عَلَـيْه أنّه لَوْ لَـمْ تَكُن الشّمسُ التـي تَنْسَخه لَـمْ يَعْلَـمْ أنهُ شيءٌ

“Keberadaan matahari sebagai petunjuk adalah suatu keniscayaan. Tanpa matahari bagaimana mungkin seseorang akan mengetahui sesuatu”.

Di sinilah posisi matahari sebagai salah satu penyumbang terbesar perkembangan sains. Dalam konteks ini adalah bayang-bayang matahari. Senada dengan itu, al-Razi dalam Mafatih al-Ghaib menafsirkannya dengan lebih panjang dan nuansa saintifiknya  pun lebih terasa. Ia menyampaikan sebagai berikut,

“Allah swt berkata, (kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk), artinya Kami ciptakan bayang-bayang (dzillun) terlebih dahulu dengan segenap manfaat dan kemaslahatannya. Lalu Kami bimbing petunjuk itu dengan akal sehingga manusia mengetahui dengan keberadaan bayang-bayang itu. Maka hadirnya matahari adalah sebagai hujjah adanya kenikmatann ini (al-syamsi dalilan ‘ala wujudi hadzihi al-ni’mah). Lalu Kami menangkap bayang-bayang itu, Kami pendekkan perlahan, karena semakin tinggi matahari naik, semakin banyak bayangan yang berkurang di sisi Barat dan tidak ada pergerakan spasial. Dan sebaliknya, jika bayangan itu dipanjangkan, semakin pendek matahari tenggelam, semakin banyak bayangan yang bertambah di sisi Timur dan ada pergerakan spasial. Demikian salah satu penakwilan saya (al-Razi)”.

Baca Juga: Tafsir Surat Yasin Ayat 38: Kuasa Allah Swt dalam Pergerakan Matahari

Sementara itu, Sayyid Muhammad Tantawi dalam Tafsir al-Wasith menafsirkan ayat di atas dengan mengutip al-Qurtubi,

قال القرطبي: قوله- تعالى-: ألم تر إلى ربك كيف مد الظل … يَجُوزُ أنْ تَكونَ هذهِ الرُّؤْيَةُ مِنْ رُؤْيةِ الْعَينِ، وَيَجُوزُ أن تكونَ مِنَ الْعِلْمِ

“Al-Qurtubi berkata bahwa firman Allah (Alam tara ila rabbika kaifa madda al-dzillu) bermakna bahwa fenomena ini merupakan bagian dari penglihatan mata (ru’yah al-‘ain), sekaligus bagian dari ilmu”.

Kata ilmu dalam kutipan di atas ini tidak berlebihan jika diartikan dengan ‘penglihatan akal atas fenomena alam’ yang istilah lainnya yaitu sains. Tidak jauh berbeda, al-Jamal dalam Hasyiah al-Jamal berpendapat mengenai bayang-bayang matahari sebagai berikut,

“Al-Jamal berkata: bahwa firman Allah (Kemudian Kami menjadikan matahari sebagai petunjuk baginya), bermakna bahwa Allah menjadikan matahari dengan menghilangkan (memendekkan) bayangan itu ketika datang, sebagai dalil (petunjuk) bahwa bayangan itu tidak lebih sebagai “sesuatu”. Oleh karena itu, segala sesuatu diketahui dengan kebalikannya, dan jika bukan karena matahari, bayangan tidak akan diketahui, dan tanpa cahaya, kegelapan tidak akan diketahui, karena itu bagian daripada isim.  Sebagaimana dikatakan bahwa matahari menjadi burhan (yang dapat direnungi, diriset, diteliti dan ditelaah), sekaligus matahari sebagai haq (bukti bahwa Allah menghendakinya ada)

Baca Juga: Tafsir Surah Luqman Ayat 29, Matahari Sebagai Sumber Kehidupan

Bayang-Bayang Matahari sebagai Inspirasi Pengembangan Sains

Ayat di atas mengajarkan kepada kita bahwa ternyata Allah swt “tidak kurang akal” memantik rasio manusia untuk selalu meriset dan mempelajari segala ciptaan-Nya, tidak terkecuali matahari yang dilengkapi dengan bayangannya. Bayang-bayang matahari (sun shadow) yang dilukiskan secara eksplisit dalam ayat di atas menjadi sumber inspirasi bagi sains untuk lebih meneliti lebih lanjut potensi bayang-bayang itu.

Matahari beserta bayang-bayangnya telah berfungsi sebagai penyeimbang kehidupan alam semesta. Bayangan itu berimplikasi pada pergantian siang dan malam sebagaimana difirmankan-Nya dalam Q.S. Yunus [10]: 67 yang tentu bermanfaat bagi kehidupan manusia.

M Amenomori, et.al (1999) dalam risetnya, Sun’s shadow by 10 TeV cosmic rays under the influence of solar activity menceritakan bahwa bayangan matahari dengan sinar kosmik 10 TeV yang diamatinyai melalui rangkaian pancuran udara Tibet (the Tibet air shower array) selama periode dari tahun 1991 hingga 1997 menghasilkan riset bahwa ada hubungan sebab akibat antara gerakan bayangan dan perubahan kemiringan lembar arus heliosfer besar (the heliospheric current sheet of the large).

Dengan demikian, pengamatan lebih lanjut dengan statistik yang lebih tinggi dapat memberikan informasi langsung tentang hubungan antara variasi waktu dari struktur skala besar medan magnet matahari dan antarplanet dan fase siklus aktivitas matahari.

Bahkan, bayangan matahari yang terjadi pada fenomena gerhana matahari merupakan fenomena yang mengandung banyak prediksi kejadian alam sebelum maupun pasca gerhana matahari. .J.J. Quan menyebut bayangan matahari itu dengan shadow bands (pita matahari) dalam The shadow band phenomenon. Jadi, bayangan matahari pun dapat menginsipirasi perkembangan sains. Wallahu A’lam.

Senata Adi Prasetia
Senata Adi Prasetia
Redaktur tafsiralquran.id, Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif di Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...