BerandaTafsir TematikHikmah Dirahasiakan Waktu Lailatulqadar

Hikmah Dirahasiakan Waktu Lailatulqadar

Salah satu alasan Ramadan dikategorikan sebagai “bulan mulia” adalah karena di dalamnya terdapat kejadian yang luar biasa, yaitu lailatulqadar. Kajadian tersebut sering dipahami sebagai malam turunnya wahyu Allah (Alquran), bertepatan pada malam gasal setelah tanggal 20 Ramadan. Kendati demikian, terdapat berbagai pendapat tentang waktu turunnya lailatulqadar.

Terlepas dari perbedaan tersebut, Allah Swt. merahasiakan lailatulqadar tentunya memiliki hikmah dan pelajaran bagi hamba-Nya. Pada dasarnya, sesuatu yang dirahasiakan di dalamnya ada tujuan yang sangat mulia, termasuk lailatulqadar ini.

Telah dijelaskan dalam tulisan sebelumnya keunikan dan rahasia di balik lailatulqadar serta orang yang mendapatkan lailatulqadar. Tulisan ini akan memberikan perspektif dan pemahaman yang lebih luas lagi tentang hikmah tidak adanya kepastian waktu lailatulqadar.

Alasan Allah Merahasiakan Sebagian Perkara

Bukan hanya waktu lailatulqadar yang dirahasiakan oleh Allah Swt., namun ada beberapa hal yang masih menimbulkan pertanyaan. Misalnya, kenapa Allah merahasiakan rida-Nya dalam taat dan ‘marah’ (tidak suka) dalam maksiat? Dan Allah juga merahasiakan doa seorang hamba yang diterima.

Baca Juga: Misi Alquran dalam Pembebasan Perbudakan

Menurut Fakhruddin al-Razi (w. 606 H), dalam Mafatih al-Ghaib (jilid 32, 229), dirahasiakan keridaan yang terdapat dalam taat tersebut suapaya mereka terus ingin melakukan ketaatan kepada Allah. Adapun ‘kemarahan’ Allah yang terdapat dalam perkara yang maksiat memiliki hikmah bagi manusia, di antaranya supaya dia berwaspada terhadap kemaksiatan itu.

Selain itu, dalam berdoa juga, seorang hamba tidak mengetahui apakah dikabulkan atau tidak; hal itu menunjukkan bahwa manusia harus berpikir positif dalam meyampaikan isi doanya kepada Allah.

Contoh lain, Allah merahasiakan waktu mati supaya ada rasa takut dan bisa mempersiapkan kematian; kesamaran “salat al-wustha” bertujuan supaya mereka menjaga salat tersebut; Allah merahasiakan diterimanya taubat seseorang supaya mereka rajin melakukan berbagai jenis taubat.

Banyak hal di dunia ini yang tidak bisa diketahui oleh manusia. Kenyataan ini merupakan bukti bahwa manusia tidak memiliki kesempurnaan yang hakiki, sekaligus tidak pantas memiliki sikap sombong. Bahkan, sikap kita sebagai hamba terhadap perintah Allah Swt. yang belum diketahui rasionalisasinya harus mengedepankan takzim dan patuh atas perintah-Nya.

Sebab, semua perintah dan larangan di dunia ini memiliki konsekuensi serta hikmah yang luas bagi kita.

Kenapa Allah Merahasiakan Lailatulqadar? 

Keyakinan manusia akan bertambah ketika mereka mempunyai pengetahuan terhadap sesuatu yang dilakukan, termasuk dalam konteks lailatulqadar. Salah satu aspek yang harus digaris bawahi adalah tentang waktu. Hal yang perlu ditelusuri dalam konteks ini yaitu hikmah dirahasiakannya waktu lailatulqadar.

Pertama, supaya manusia mengagungkan seluruh malam di bulan Ramadan. Tidak adanya kepastian waktu lailatulqadar ini mengharuskan seseorang untuk mencarinya di malam Ramadan penuh. Namun, waktu lailatulqadar terjadi di bulan Ramadan ini juga menjadi alasan lain seseorang harus mengagungkan selauruh malamnya. 

Poin pertama ini dapat dianalogikan dengan seseorang yang sedang mencari barang yang hilang. Dia tidak akan fokus mencari barang tersebut dalam satu tempat, tetapi dia akan mencarinya di tempat yang pasti ia lewati atau tempat yang dijadikan sebagai penyimpanan.

Kedua, sebagai bentuk kasih sayang -rahmat- Allah Swt. Bukan hanya kebaikan yang setara dengan seribu bulan, namun hal ini juga berhubungan dengan kejelakan yang dilakukan oleh seseorang. Jika kamu bermaksiat di malam lailatulqadar maka kamu akan memperoleh hukuman (‘iqab) seribu bulan (Mafatih al-Ghaib, jilid 32, 229).

Oleh karena itu, tidak adanya kepastian waktu lailatulqadar ini sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Sebab, orang yang bermaksiat sementara dia mengetahui bahwa waktu tersebut merupakan waktu yang dimuliakan -lailatulqadar- akan lebih besar efeknya daripada orang yang tidak mengetahuinya. 

Ketiga, supaya mendapatkan pahala dari kerja keras mencari -mendapatkan- lailatulqadar. Allah Swt. merahasiakan waktu lailatulqadar tersebut akan berdampak positif bagi kita. Karena bagi orang yang menginginkan kebaikan setara seribu bulan pasti bersungguh-sungguh untuk mencarinya.

Jikalau tidak mendapatkan lailatulqadar, kita akan mendapatkan pahala dari kesungguhan mencari dan menggapai kebaikan itu.

Keempat, akan membentuk sikap raja’ (berharap) kepada Allah. Seseorang yang tidak yakin (waktu) lailatulqadar tetapi dia terus berusaha melaksanakan ketaatan kepada Allah di setiap malam Ramadan, sama halnya sedang berharap kepada Allah.

Baca Juga: Tujuan Hukum dan Perluasan Alat Bayar Fidiah Puasa

Atas dasar itulah, apapun yang dilakukan oleh kita pasti diketahui oleh Allah Swt., termasuk harapan mendapatkan lailatulqadar. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Albaqarah [2]: 30:

 قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

“..Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” 

Potongan ayat tersebut, menurut Sayyid Muhammad Thanthawi (w. 2010), sebagai petunjuk bahwa harus mengedepankan adab dan etika kepada Allah sekaligus penegasan bahwa ilmu Allah itu meliputi semua makhluk (al-Tafsir al-Wasith li al-Qur’an al-Karim, jilid 1, 93). 

Dengan demikian, hikmah yang paling tinggi dari kerahasiaan lailatulqadar adalah sebagai media untuk meningkatkan keimanan kepada Allah Swt., Wallahu A’lam.

Sihabussalam
Sihabussalam
Mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

surah al-Baqarah ayat 274 dan sedekah ala Ali bin Abi Talib

Surah Al-Baqarah Ayat 274 dan Sedekah Ala Ali bin Abi Thalib 

0
Ali bin Abi Talib merupakan sepupu Nabi Muhammad saw. sekaligus suami dari putrinya, Sayyidah Fatimah az-Zahra. Beliau sangat terkenal dengan kemurahan hati dan kedermawanannya...