Dalam kehidupan modern yang serba cepat, dilema antara mengejar impian pribadi dan memenuhi harapan keluarga sering kali menjadi perbincangan. Film “Home Sweet Loan” menggambarkan kehidupan Kaluna, seorang pegawai kantoran yang merupakan anak bungsu dari keluarga sederhana.
Dia menghadapi tantangan besar dalam mengejar impian memiliki rumah sendiri sambil menanggung beban tanggung jawab keluarganya. Dilema yang dihadapi Kaluna -antara mengejar cita-cita pribadi dan memenuhi kewajiban keluarga- adalah tema yang sangat relevan dalam konteks kehidupan yang dialami oleh tiap individu saat ini.
Film “Home Sweet Loan” tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajak penonton untuk merenungkan nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran, yang menjadi pedoman kehidupan sehari-hari. Dengan menelusuri hubungan antara impian dan keluarga, esai ini akan mengeksplorasi bagaimana film tersebut merefleksikan ajaran Alquran dalam konteks sosial saat ini.
Tanggung Jawab terhadap Keluarga
Salah satu nilai utama yang diajarkan dalam Alquran adalah pentingnya berbakti kepada orang tua dan menjaga hubungan baik dalam keluarga. Dalam Surah al-Isra [17]: 23, Allah berfirman, “Dan Tuhanmu telah menetapkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua orang tua...”
Ayat ini menegaskan bahwa berbakti kepada orang tua adalah salah satu kewajiban moral yang harus diutamakan (Shihab, 2002: 442-445). Sementara dalam film ini, Kaluna merasa tertekan untuk membantu keluarganya yang mengalami krisis finansial. Dua kakaknya yang sudah menikah dan memiliki anak juga bergantung padanya.
Tanggung jawab ini menciptakan dilema. Satu sisi, Kaluna ingin mengejar impiannya memiliki rumah, tetapi di sisi lain, ia merasa berkewajiban untuk membantu keluarganya. Situasi ini mencerminkan kenyataan banyak generasi sandwich yang harus berjuang untuk memenuhi harapan keluarga sambil tetap berusaha mengejar impian pribadi.
Kemandirian dan Aspirasi Pribadi
Kemandirian menjadi tema sentral film ini. Sosok Kaluna yang menginginkan rumah sendiri menjadi simbol kebebasan dan identitas. Dalam Surah Al-Mulk [67]: 15, Allah berfirman, “Dia yang menjadikan bumi untuk kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu akan dibangkitkan.”
Ayat ini menekankan pentingnya usaha dan kerja keras dalam mencapai tujuan dan mensyukurinya (Shihab, 2002: 356-357). Usaha dan kerja keras dibuktikan Kaluna dengan mengelola pengeluaran dan mencari pekerjaan sampingan. Dia bahkan mempertimbangkan untuk mengambil pinjaman agar bisa membeli rumah.
Meskipun terhalang oleh banyak rintangan, semangatnya untuk meraih kemandirian tetap membara. Hal ini menunjukkan bahwa cita-cita pribadi tidak bisa dipisahkan dari usaha dan ketekunan, yang dalam bahasa saat ini “usaha tidak akan mengkhianati hasil.”
Dilema antara Diri dan Keluarga
Konflik batin yang dialami Kaluna antara mengejar impian dan memenuhi tanggung jawab keluarga menciptakan ketegangan yang menjadi inti cerita. Dilema ini merefleksikan situasi yang dihadapi banyak orang dewasa muda saat ini, yang sering kali terjebak antara harapan pribadi dan tuntutan keluarga.
Dalam Alquran, keseimbangan dalam hidup sangat ditekankan. Surah al-Baqarah [2]: 177 menyatakan, “Bukanlah kebaikan itu hanya menghadap wajahmu ke timur dan ke barat, tetapi kebaikan itu adalah (beriman) kepada Allah, hari kiamat, malaikat, kitab, dan nabi…”
Baca juga:Keluarga Imran sebagai Potret Keluarga Ideal dalam Alquran
Ayat ini seolah menegaskan bahwa kebaikan mencakup tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain yang membutuhkan perjuangan seperti keimanan (Shihab, 2002: 389-391). Dalam konteks ini, Kaluna harus menemukan cara untuk menyeimbangkan antara mengejar cita-citanya dan memenuhi kewajiban terhadap keluarganya.
Dilema ini juga mencerminkan kenyataan di masyarakat yang lebih luas, di mana banyak individu berjuang untuk memenuhi harapan orang tua sambil mencari jati diri mereka sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa pencarian identitas dan aspirasi pribadi tidak selalu berjalan seiring dengan tanggung jawab terhadap keluarga.
Dukungan Sosial dan Kerja Sama
Dukungan sosial menjadi elemen penting dalam film ini. Kaluna tidak berjuang sendirian. Artinya dia memiliki teman-teman yang mendukungnya dalam pencarian rumah impian. Ini mencerminkan nilai solidaritas yang diajarkan dalam Alquran.
Allah menegaskan dalam surah Al-Maidah [5]: 2 yang artinya “..Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan…”
Baca juga: Bagaimana Relasi Gender dalam Keluarga Dibangun: Perspektif Tafsir Feminis
Ayat ini menunjukkan pentingnya kerja sama dan dukungan kepada kebajikan dalam mengatasi kesulitan (Shihab, 2002: 14). Dalam film, dukungan dari teman-teman Kaluna menjadi sumber kekuatan baginya untuk terus berjuang. Ini menunjukkan bahwa dalam menghadapi tantangan, memiliki lingkungan yang mendukung sangat penting.
Sebab, melalui dukungan sosial dapat membantu mengurangi beban emosional dan finansial yang dihadapi individu, sehingga dapat lebih fokus pada pencapaian tujuan yang hendak digapai.
Kesabaran dan Ketekunan
Ketika Kaluna berjuang untuk mencapai tujuannya, film ini menyoroti pentingnya kesabaran dan ketekunan. Meskipun dihadapkan pada berbagai rintangan, semangatnya untuk tidak menyerah menjadi pelajaran berharga. Dalam Alquran, kesabaran adalah nilai yang sangat dihargai.
Surah Al-Baqarah [2]: 153 menyatakan, “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”
Sikap Kaluna yang terus berusaha, meskipun harus mengorbankan banyak hal, mencerminkan kesabaran dan ketekunan (Shihab, 2002: 362-363). Dua hal ini menjadi kunci untuk mengatasi kesulitan dalam mencapai impian. Film ini memberikan inspirasi kepada penonton untuk tetap optimis dan tidak menyerah, meskipun berada dalam situasi yang sulit.
Kesimpulan
Film “Home Sweet Loan” menggambarkan dilema yang dihadapi oleh generasi sandwich, di mana individu harus menyeimbangkan antara impian pribadi dan tanggung jawab keluarga. Melalui analisis film ini dalam potret Alquran, penulis melihat bagaimana ajaran agama dapat memberikan panduan dalam menghadapi tantangan hidup.
Baca juga: Peran Ayah dalam Keluarga Menurut Alquran
Tanggung jawab terhadap keluarga, pentingnya kemandirian, keseimbangan antara kepentingan pribadi dan keluarga, dukungan sosial, serta kesabaran dan ketekunan adalah pelajaran berharga yang dapat diambil dari film ini.
Dengan memahami dan menerapkan nilai-nilai ini, diharapkan dapat menemukan cara untuk mengejar impian sambil tetap menghargai ikatan keluarga.