Kisah Ashabul Kahfi, sekelompok pemuda yang tidur selama berabad-abad dalam sebuah gua telah lama menjadi sumber renungan bagi umat Islam. Di dalam Alquran, cerita ini tercantum dalam surah al-Kahfi, ayat 9 hingga 26.
Lebih dari sekadar kisah ajaib tentang ketahanan iman, kisah Ashabul Kahfi mengandung pesan-pesan yang relevan dengan tantangan dan realitas kehidupan modern, terutama di era media sosial.
Baca Juga: Meneladani Kisah Ashabul Kahfi dalam Al Quran
Konteks Cerita Ashabul Kahfi dalam Alquran
Kisah ini bercerita tentang sekelompok pemuda yang lari dari kekuasaan zalim di zaman mereka karena keyakinan mereka kepada Allah. Mereka memilih untuk meninggalkan masyarakat yang rusak dan bersembunyi di sebuah gua, dan di sana mereka tidur selama lebih dari 300 tahun, hingga akhirnya bangun dalam keadaan yang sama sekali berbeda.
قُلِ ٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا لَبِثُواْۖ لَهُۥ غَيۡبُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ أَبۡصِرۡ بِهِۦ وَأَسۡمِعۡۚ مَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَلِيّٖ وَلَا يُشۡرِكُ فِي حُكۡمِهِۦٓ أَحَدٗا ٢٦
“Tanyakanlah kepada mereka: ‘Berapa lama mereka tinggal?’ Allah lebih mengetahui berapa lama mereka tinggal. Bagi-Nya adalah pengetahuan tentang perkara langit dan bumi. Betapa jelas-Nya pandangan-Nya dan betapa tajam pendengaran-Nya. Mereka tidak ada yang menyertai-Nya dalam menentukan urusan-Nya.” (QS. Al-Kahfi: 26)
Tafsir dari ayat ini menjelaskan bahwa walaupun mereka berada dalam gua, terlupakan oleh dunia luar, Allah mengetahui sepenuhnya kondisi mereka, memberikan petunjuk bahwa segala sesuatu, bahkan yang tampak terlupakan oleh manusia, selalu berada dalam pengawasan Allah.
Keteguhan Iman dalam Dunia yang Makin Materialistis
Di zaman ketika materialisme dan hedonisme menguasai hampir seluruh aspek kehidupan, media sosial yang mempromosikan gaya hidup konsumtif hingga tekanan untuk mencapai kesuksesan dengan cara yang instan, banyak pihak yang merasa terjebak dalam pola hidup yang tidak sehat.
Namun, keteguhan iman yang ditunjukkan oleh Ashabul Kahfi bisa menjadi contoh yang menginspirasi. Mereka lebih memilih untuk tidur dan bersembunyi dari pengaruh buruk masyarakat ketimbang mengikuti kehidupan yang jauh dari nilai-nilai Islam. Sebagaimana dijelaskan oleh Al-Razi dalam tafsirnya “Al-Tafsir al-Kabir”, mereka menghindari lingkungan yang penuh dengan fitnah meski harus berpisah dari dunia luar.
“إنهم اختاروا الابتعاد عن المجتمع الفاسد الذي يحيط بهم لأنهم عرفوا أن حياتهم في هذا المجتمع لا تجلب لهم إلا الهلاك”
“Mereka memilih untuk menjauh dari masyarakat yang rusak di sekitar mereka karena mereka mengetahui bahwa hidup dalam masyarakat tersebut hanya akan membawa mereka pada kehancuran.”
Tafsir ini mengingatkan kita bahwa dalam kondisi dunia yang sering kali dipenuhi dengan hal-hal yang bertentangan dengan agama, mengambil jarak untuk menjaga diri dan iman bukanlah tindakan yang lemah, tetapi pilihan yang penuh keberanian. Ini adalah pelajaran penting, yakni tetap teguh memegang prinsip meski dunia di sekitar kita berubah dengan cepat.
Baca Juga: Ashabul Kahfi: Representasi Perjuangan Pemuda dalam Al-Quran
Mencari Perlindungan dari Zalimnya Kekuasaan: Sebuah Tindakan Reflektif
Manusia modern hidup dalam dunia yang terhubung secara global, namun sering kali terjebak dalam situasi di mana mereka merasa tidak punya kontrol atas apa yang terjadi. Fenomena seperti penyalahgunaan kekuasaan, ketidakadilan sosial, dan ketegangan politik memberi dampak besar pada pemuda.
Al-Qusyairi dalam al-Risalah-nya, beliau menggambarkan bahwa Ashabul Kahfi sebenarnya bukan hanya melarikan diri dari kekufuran, tetapi juga dari ketidakadilan yang dilakukan oleh penguasa yang menindas. Mereka memilih untuk mencari tempat yang aman, yang menunjukkan bahwa dalam menghadapi kekuasaan yang zalim, lebih baik mencari perlindungan dengan cara yang benar, yaitu dengan mendekatkan diri kepada Allah.
“إنهم لم يهربوا من الحياة، ولكنهم هربوا من ظلم السلطة والمجتمع الفاسد”
“Mereka tidak melarikan diri dari kehidupan, tetapi mereka melarikan diri dari kedzaliman kekuasaan dan masyarakat yang rusak.”
Pesan ini sangat relevan di tengah kondisi politik dan sosial yang sering kali tidak berpihak pada pemuda. Sebagaimana Ashabul Kahfi, kita diajarkan untuk memilih kebenaran meskipun harus menghadapi tantangan besar.
Menghadapi Waktu dan Perubahan yang Cepat
Ashabul Kahfi tidur selama beratus-ratus tahun, namun ketika mereka terbangun, mereka menemukan dunia yang telah sangat berubah. Ini memberi kita pelajaran bahwa meskipun dunia berubah dengan cepat, ada hal-hal yang tetap tidak berubah—yakni keyakinan kepada Allah dan kebenaran-Nya.
Fazlur Rahman, seorang ilmuwan Muslim modern, dalam bukunya, Islam berbicara tentang bagaimana pentingnya bersikap realistis dalam menghadapi perubahan zaman. Menurutnya, kita harus mampu memanfaatkan perubahan zaman dengan bijak, sambil tetap mempertahankan prinsip-prinsip moral dan keimanan yang kokoh.
Baca Juga: Meneladani Semangat Pemuda Ashabul Kahfi dalam Al-Quran
Refleksi Sosial
Di zaman sekarang, sering kali terjebak dalam kehidupan yang penuh dengan kebingungan identitas, ekspektasi, dan tekanan sosial. Dalam pandangan ulama modern, kisah Ashabul Kahfi mengajarkan kita untuk memilih jalur hidup yang lebih bermakna dan lebih sesuai dengan prinsip-prinsip agama, meskipun itu berarti menempuh jalan yang berbeda dari kebanyakan orang. Mereka adalah simbol dari pemuda yang berani menentang arus dan tetap setia pada iman mereka.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Muhammad Iqbal dalam “The Reconstruction of Religious Thought in Islam”, generasi muda seharusnya tidak hanya mengandalkan masa depan mereka pada dunia material, tetapi juga harus mencari kedamaian batin dan kebijaksanaan dalam iman mereka.
Kisah Ashabul Kahfi adalah bahan renungan mendalam bagi manusia moderndalam menghadapi tantangan zaman. Keteguhan iman mereka, mengajarkan kita semua untuk tetap teguh dalam prinsip, berani menentang ketidakadilan, dan menemukan kekuatan dalam kesabaran dan doa.
Meskipun dunia terus berubah, seperti halnya dunia yang ditemukan oleh Ashabul Kahfi setelah mereka terbangun, nilai-nilai iman yang kokoh adalah sesuatu yang tidak akan pernah lekang oleh waktu. Wallah a’lam