Saya sempat memberikan ulasan tentang kedekatan relasi antara rasm dan qiraah, yang dibuktikan dengan adanya tiga imam qiraah, yang juga memiliki concern terhadap rasm. Ulasan tersebut dapat dibaca pada tulisan berjudul Tiga Imam Qiraah yang Concern Pada Kajian Rasm. Kemudian, pada upaya telaah terhadap rekonstruksi Mushaf Madinah, saya mendapati bahwa saya telah ‘melewatkan’ satu imam qiraah yang cukup penting dalam perhatiannya terhadap kajian rasm, yakni Nafi’ al-Madaniy, imam qiraah kota Madinah. Untuk itu, dalam tulisan kali ini akan saya ulas biografi imam Nafi‘ berikut kontribusinya dalam kajian rasm.
Biografi Singkat Imam Nafi‘
Beliau memiliki nama lengkap Abu ‘Abd al-Rahman Nafi‘ bin ‘Abd al-Rahman bin Abu Nu‘aim al-Madiniy. Beliau memiliki nama kunyah Abu Ruwaim Ashfihaniy. Beliau lahir pada tahun 70 H. dan wafat pada tahun 169 H. di Madinah.
Salah satu karamah yang beliau miliki adalah terciumnya wangi misk ketika beliau berbicara. Saat ditanya, “Apakah engkau mennggunakan wewangian setiap datang ke majelis qiraah?”, beliau menjawab, “Tidak. Aku tidak menggunakan wewangian apa pun, tetapi aku pernah bermimpi bertemu Rasulullah Saw. dan beliau membacakan kepadaku tepat berada di mulutku.”
Baca juga: Mengenal Imam Mazhab Rasm Bagian 2: Abu Dawud Sulaiman Najah
Dalam bidang qiraah, beliau telah melakukan pembacaan kepada 70 orang tabi’in. Di antaranya, Abu Ja‘far Yazid bin al-Qa‘qa‘ yang mengambil riwayat dari ‘Abdullah bin ‘Abbas, Abu Hurairah, dan ‘Abdullah bin ‘Ayyasy, serta kepada ‘Abd al-Rahman bin Hurmuz al-A‘raj yang juga mengambil riwayat dari ‘Abdullah bin ‘Abbas dan Abu Hurairah.
Sebagai seorang imam qiraah, beliau memiliki dua perawi yang dianggap paling masyhur, yakni Abu Musa ‘Isa bin Maina (120-220 H.) yang dijuluki dengan Qalun, karena keindahan suara yang dimilikinya dan Abu Sa‘id ‘Utsman bin Sa‘id al-Mishriy (110-197 H.) yang mendapat julukan Warsy karena kulitnya yang terlampau putih.
Kontribusi Nafi‘ dalam Kajian Rasm
Sebagai seorang imam qiraah kota Madinah, Nafi’ al-Madaniy juga memiliki kepakaran dalam bidang rasm, khususnya mushaf-mushaf Madinah yang disalin dari salah satu master mushaf yang dikirimkan oleh ‘Utsman. Berdasarkan informasi yang diberikan Ahmad bin Ahmad bin Mu‘ammar Syirsyal, Nafi‘ bahkan memiliki mushaf salinan tersendiri yang juga menjadi bahan rujukan pada karya tulisnya. Catatan yang dinukilnya dari Abu Dawud menyebutkan,
أَنَّ مَصَاحِفَ أَهْلِ الْمَدِيْنَةِ عَلَى الْهَاءِ لِرِوَايَةِ الْغَازِي بْنِ قَيْسٍ عَنْ نَافِعٍ بْنِ أَبِي نُعَيْمٍ الْمَدِنِي، وَأَخْذِهِ الْهِجَاءَ عَنْهُ وَمِنْ مُصَنَّفِهِ، وَأَنَّهُ عَرَضَ مُصْحَفَهُ بِمُصْحَفِ نَافِعٍ ثَلَاثَ عَشْرَةَ مَرَّةً
“Bahwa sesungguhnya mushaf-mushaf penduduk Madinah (ditulis) dengan ha’ berdasarakn riwayat al-Gaziy bin Qais dari Nafi‘ bin Abi Nu‘aim al-Madiniy, dan berdasar pada pengambilan hija’ (rasm) dari Nafi‘ dan dari karangannya, serta al-Gaziy juga membandingkan mushafnya dengan mushaf Nafi‘ sebanyak 13 kali.”
Dari nukilan di atas, diketahui bahwa Nafi‘ memiliki salinan mushaf tersendiri yang ia simpan. Beliau juga memiliki mushannaf atau karangan yang kemudian menjadi rujukan muridnya, al-Gaziy, dalam masalah hija’ atau rasm.
Baca juga: Kajian Rasm dalam Mushaf Kuno Nusantara
Namun demikian, kepakaran Nafi‘ dalam bidang rasm ini kemudian menjadi masyhur justru bukan dari mushaf dan karya-karya yang dituliskannya, melainkan dari adanya periwayatan dari murid-muridnya tersebut melalui jalur naql. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya informasi mengenai mushaf salinan atau karya-karya yang dituliskannya.
Mengenai murid-murid Nafi‘ yang menjadi pilar periwayatan rasm mushaf Madinah, Ahmad dalam catatannya menyebutkan ada setidaknya dua orang yang cukup penting. Mereka adalah Abu Musa ‘Isa bin Maina atau Qalun (120-220 H.) yang tak lain adalah perawinya sendiri dalam bidang qiraah dan al-Gaziy bin Qais al-Andalusiy (w. 199 H./814 M.) yang menulis karya berjudul Hija’ al-Sunnah.
Baca juga: Diskusi Rasm Tentang Makna Ke-ummiy-an Nabi Muhammad Saw
Saat ini, sebagian riwayat-riwayat Nafi‘ al-Madaniy mengenai rasm dapat dijumpai dalam Mukhtashar al-Tabyin karya Abu Dawud Sulaiman, salah satu imam mazhab rasm. Hal ini karena Abu Dawud sendiri telah mendeklarasikan bahwa sebagian besar materi dalam karyanya tersebut diambil dari riwayat Nafi‘, baik melalui mushaf penduduk Madinah, riwayat Qalun, atau karya al-Gaziy bin Qais. Wallahu a‘lam bi al-shawab[]