Sebelumnya, telah disinggung sedikit mengenai Abdullah bin Ummi Maktum yang kurang mendapatkan respon dari Nabi Muhammad dan karena itu Nabi mendapat teguran keras dari Allah, dalam Tafsir Surah Abasa Ayat 3-18 ini teguran tersebut lebih ditegaskan lagi.
Baca sebelumnya: Tafsir Surah Abasa Ayat 1-2
Salah satu teguran Allah yang tertera dalam Tafsir Surah Abasa Ayat 3-18 ini adalah mengapa Nabi malah bersikap terlalu condong kepada orang-orang Quraisy yang keimanannya belum pasti. Sedangkan orang-orang seperti Abdullah bin Ummi Maktum sudah jelas keimanannya sangat tulus dan ingin meminta petunjuk.
Ayat 3-4
Dalam ayat-ayat ini, Allah menegur Rasul-Nya, “Apa yang memberitahukan kepadamu tentang keadaan orang buta ini? Boleh jadi ia ingin membersihkan dirinya dengan ajaran yang kamu berikan kepadanya atau ingin bermanfaat bagi dirinya dan ia mendapat keridaan Allah, sedangkan pengajaran itu belum tentu bermanfaat bagi orang-orang kafir Quraisy yang sedang kamu hadapi itu.”
Ayat 5-7
Dalam ayat-ayat ini, Allah melanjutkan teguran-Nya, “Adapun orang-orang kafir Mekah yang merasa dirinya serba cukup dan mampu, mereka tidak tertarik untuk beriman padamu, mengapa engkau bersikap terlalu condong pada mereka dan ingin sekali supaya mereka masuk Islam.”
Ayat 8-10
Dalam ayat-ayat ini, Allah mengingatkan Nabi Muhammad, “Dan adapun orang seperti Abdullah bin Ummi Maktµm yang datang kepadamu dengan bersegera untuk mendapat petunjuk dan rahmat dari Tuhannya, sedang ia takut kepada Allah jika ia jatuh ke dalam lembah kesesatan, maka kamu bersikap acuh tak acuh dan tidak memperhatikan permintaannya.”
Baca juga: Hari Disabilitas Internasional: Ini 4 Artikel tentang Disabilitas dalam Tafsir Al-Quran
Ayat 11-12
Dalam ayat ini, Allah menegur Nabi-Nya agar tidak lagi mengulangi tindakan-tindakan seperti itu yaitu ketika ia menghadapi Ibnu Ummi Maktµm dan al-Walid bin al-Mugirah beserta kawan-kawannya.
Sesungguhnya pengajaran Allah itu adalah suatu peringatan dan nasihat untuk menyadarkan orang-orang yang lupa atau tidak memperhatikan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Tuhannya.
Barang siapa yang menghendaki peringatan yang jelas dan gamblang, tentu ia memperhatikan dan beramal sesuai dengan kehendak hidayah itu. Apalagi jika diperhatikan bahwa hidayah itu berasal dari kitab-kitab yang mulia seperti diterangkan dalam ayat-ayat berikutnya.
Ayat 13-16
Alquran adalah salah satu dari kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi. Ia merupakan kitab yang mulia dan tinggi nilai ajarannya dan disucikan dari segala macam bentuk pengaruh setan. Alquran diturunkan dengan perantaraan para penulis yaitu para malaikat yang sangat mulia lagi berbakti, sebagaimana dalam firman Allah:
لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
Yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (at-Tahrim/66: 6)
Ayat 17-18
Dalam ayat-ayat ini, Allah memberi peringatan keras kepada manusia dengan kalimat-kalimat yang tegas, yaitu: binasalah manusia! Alangkah besar keingkarannya kepada nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya sejak mulai lahir sampai matinya.
Allah mengemukakan pertanyaan supaya dijadikan renungan oleh manusia untuk dapat menimbulkan kesadaran, yaitu dari apakah Allah menciptakannya?
Allah memberi perincian tentang macam-macam nikmat yang telah diberikan kepada manusia dalam tiga masa, yaitu permulaan, pertengahan dan bagian akhir. Allah memberi isyarat kepada yang pertama dengan pertanyaan berikut ini: “Dari apakah manusia diciptakan Allah?”
Baca setelahnya: Tafsir Surah Abasa Ayat 19-26
(Tafsir Kemenag)