BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 27-30 (1)

Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 27-30 (1)

Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 27-30 (1) menjelaskan tentang sifat-sifat Malaikat, diantaranyanadalah taat atas perintah Allah, apapun bentuk perintahnya. Karena mereka.meyakini bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, baik sesuatu telah atau akan dikerjakan. Maka, tidak ada yang luput dari pengamatan Allah, dan Malaikat adalah makhluk Allah yang paling taat kepada-Nya.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 24-26


Dalam Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 27-30 (1) juga menyindir kembali masalah orang kafir, bahwa mereka tidak mau berfikir tentang alam, jikalau mereka mau merenung, sudah pasti akan menemukan kebesaran Allah Swt. Air misalnya, berfikir dimanakah asalnya, terbuat dari apa, mengandung zat apa, dan lain-lain, niscaya mereka akan mengimani ke-Esaan Allah Swt.

Ayat 27

Dalam ayat ini Allah menerangkan sifat-sifat malaikat antara lain mereka itu hanya mengucapkan kata-kata yang diperintahkan Tuhan, sehingga mereka tidak pernah mendahului perintah-Nya.

Selain itu, para malaikat tersebut senantiasa mengerjakan apa-apa yang diperintahkan kepada mereka, tanpa membantah sedikit pun. Para malaikat senantiasa mengharapkan keridaan Allah, serta patuh kepada-Nya, baik dalam perkataan maupun perbuatan.


Baca Juga: Empat Kata yang Digunakan Al-Quran untuk Makna Kematian


Ayat 28

Dalam ayat ini Allah menerangkan mengapa para malaikat itu demikian patuh dan taat kepada-Nya ialah karena para malaikat itu yakin bahwa Allah senantiasa mengetahui apa-apa yang telah ada dan sedang mereka kerjakan, sehingga tidak satu pun yang luput dari pengetahuan dan pengawasan-Nya. Oleh karena itu mereka senantiasa beribadah dan mematuhi segala perintah-Nya.

Selanjutnya, dalam ayat ini Allah menerangkan sifat lainnya dari para malaikat itu ialah mereka tidak akan memberikan syafaat kepada siapa pun, kecuali kepada orang-orang yang diridai Allah. Oleh sebab itu, janganlah seseorang mengharap akan memperoleh syafaat atau pertolongan dari malaikat pada hari akhirat kelak, bila ia tidak memperoleh rida Allah terlebih dahulu.

Di samping itu, para malaikat tersebut senantiasa berhati-hati, disebabkan takut pada murka Allah dan siksa-Nya. Oleh sebab itu, mereka senantiasa menjauhkan diri dari mendurhakai-Nya atau menyalahi perintah dan larangan-Nya.

Ayat 29

Pada ayat ini Allah menjelaskan ketentuan-Nya yang berlaku terhadap para malaikat dan siapa saja di antara makhluk-Nya yang mengaku dirinya sebagai tuhan selain Allah.

Ketentuannya ialah bahwa siapa saja di antara mereka itu berkata, “Aku adalah tuhan selain Allah,” maka dia akan diberi balasan siksa dengan api neraka Jahannam, karena pengakuan semacam itu adalah kemusyrikan yang sangat besar, karena selain mempersekutukan Allah, juga menyamakan derajat dirinya dengan Allah. Demikianlah caranya Allah membalas perbuatan orang-orang yang zalim

Ayat 30

Dalam ayat ini Allah mengungkapkan bahwa kaum musyrikin dan kafir Mekah tidak memperhatikan keadaan alam ini, dan tidak memperhatikan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam yang luas ini, padahal dari berbagai peristiwa yang ada di alam ini dapat diperoleh bukti-bukti tentang adanya Allah serta kekuasaan-Nya yang mutlak.

Langit dan bumi yang dulunya merupakan suatu kesatuan yang padu, kemudian Allah pisahkan keduanya. Bumi sebelum menjadi tempat hidupnya berbagai makhluk hidup adalah sebuah satelit yaitu benda angkasa  yang mengitari matahari.

Satelit bumi yang semula panas sekali ini karena berputar terus menerus maka lama kelamaan menjadi dingin dan berembun. Embun yang lama menjadi gumpalan air. Inilah yang menjadi sumber kehidupan makhluk.

Menurut para Ilmuan sains dan teknologi, ada tiga pendapat yang terkait dengan kehidupan yang dimulai dari air, yaitu: Pertama, Kehidupan dimulai dari air, dalam hal ini laut.

Teori modern tentang asal mula kehidupan belum secara mantap disetujui sampai sekitar dua atau tiga abad yang lalu.  Sebelum itu, teori yang mengemuka mengenai asal mula kehidupan adalah suatu konsep yang diberi nama “generasi spontan”.

Dalam konsep ini disetujui bahwa mahluk hidup ada dengan spontan  ada dari ketidakadaan.  Teori ini kemudian ditentang oleh beberapa ahli di sekitar tahun 1850-an, antara lain oleh Louis Pasteur. Dimulai dengan penelitian yang dilakukan oleh Huxley dan sampai penelitian masa kini, teori lain ditawarkan sebagai alternatif.

Teori ini percaya bahwa kehidupan muncul dari rantai reaksi kimia yang panjang dan komplek.  Rantai kimia ini dipercaya dimulai dari dalam air laut, karena kondisi atmosfer saat itu belum berkembang menjadi kawasan yang dapat dihuni mahluk hidup karena radiasi ultraviolet yang terlalu kuat.

Diperkirakan, kehidupan bergerak menuju daratan pada 425 juta tahun yang lalu saat lapisan ozon mulai ada untuk melindungi permukaan bumi dari radiasi ultraviolet.

Kedua, Peran air bagi kehidupan dapat juga diekspresikan dalam bentuk bahwa  semua benda hidup, terutama kelompok hewan, berasal dari cairan sperma.  Diindikasikan bahwa keanekaragaman binatang “datangnya” dari air tertentu (sperma) yang khusus dan menghasilkan yang sesuai dengan ciri masing-masing binatang yang dicontohkan

Ketiga, Pengertian ketiga adalah bahwa air merupakan bagian yang penting agar makhluk dapat hidup.  Pada kenyataannya, memang sebagian besar bagian tubuh makhluk hidup terdiri dari air.  Misalnya saja pada manusia, 70% bagian berat tubuhnya tubuhnya terdiri dari air.

Manusia tidak dapat bertahan lama apabila 20% saja dari sediaan air yang ada di tubuhnya hilang.  Manusia dapat bertahan hidup selama 60 hari tanpa makan, akan tetapi mereka akan segera mati dalam waktu 3-10 hari tanpa minum.  Juga diketahui bahwa air merupakan bahan pokok dalam pembentukan darah, cairan limpa, kencing, air mata, cairan susu dan semua organ lain yang ada di dalam tubuh manusia.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 27-30 (2)


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...