Tafsir Surah Al Anfal Ayat 30-32

tafsir surah al anfal
tafsir surah al anfal

Tafsir Surah Al Anfal Ayat 30-32 berbicara mengenai keingkaran orang-orang kafir terhadap risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Mereka mempertanyakan wahyu yang diterima Nabi.


Baca juga: Tafsir Surah Al Anfal Ayat 28-29


Bentuk keingkaran mereka lainnya yang diungkapan oleh Tafsir Surah Al Anfal Ayat 30-32 ini adalah penyiksaan terhadap orang-orang mukmin. Puncaknya adalah ketika orang-orang kafir ingin menyekap dan membunuh Nabi Muhammad Saw.

Ayat 30

Allah mengingatkan Nabi Muhammad dan sahabatnya tentang suatu peristiwa yang pernah mereka alami, pada saat mereka berada di Mekah. Mereka diselamatkan dari siksaan orang-orang musyrikin.

Ketika itu orang-orang kafir Quraisy merencanakan tipu-daya yang harus dilakukan terhadap Nabi, yaitu menawan Nabi sehingga ia tidak dapat bertemu dengan manusia dan tidak dapat lagi menyebarkan agama Islam, atau membunuh Nabi dengan cara yang menyukarkan kabilahnya untuk menuntut balas, sehingga tidak menyebabkan bahaya bagi siapa yang membunuhnya, atau mengusir Nabi dan mengasingkan ke tempat yang terpencil.

Pada saat itu orang-orang kafir Quraisy merencanakan tipu-daya. Allah memberikan bantuan-Nya kepada Nabi Muhammad, yaitu Allah menggagalkan usaha mereka dengan jalan memerintahkan Nabi dan sahabatnya hijrah ke Medinah, sehingga Nabi dan para sahabatnya terhindar dari tipu-daya orang musyrikin.

Allah menegaskan bahwa Dia adalah sebaik-baik pembalas tipu-daya, yaitu dapat mengalahkan tipu-daya orang-orang musyrikin, dan orang-orang kafir Quraisy yang ingin mencelakakan Nabi.

Ayat 31

Allah menjelaskan keingkaran orang-orang Quraisy serta kesombongan mereka terhadap seruan Nabi, terutama ketika mendengar ayat-ayat yang dibacakan oleh Nabi. Mereka menanggapinya dengan sikap yang sombong.

Mereka menganggap diri mereka dapat membacakan seperti itu. Perkataan ini adalah perkataan yang ditandaskan oleh an-Nadar bin al-Haris dari Bani Abdid Dar. Ia pulang pergi ke Persia dan mendengar dari mereka tentang Rustam dan Isfandiar  dari beberapa orang ‘ajam yang terkemuka. Dia sering bertemu dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani, maka dia mendengar dari mereka isi Kitab Taurat dan Injil.

Lalu Allah menerangkan sebab-sebab mengapa orang-orang Quraisy itu mengemukakan anggapan demikian, yaitu lantaran mereka menganggap ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya menyerupai kisah-kisah yang terdapat dalam Kitab Taurat dan Injil.

Itulah sebabnya, mengapa mereka merasa sanggup untuk membacakan ayat-ayat yang dibacakan oleh Nabi. Mereka beranggapan bahwa ayat-ayat yang dibaca oleh Muhammad itu bukanlah wahyu, melainkan dongengan-dongengan orang-orang purbakala.

Namun demikian, boleh jadi yang mengeluarkan kata-kata itu ialah an-Na«ar, kemudian diikuti oleh yang lain. Tetapi mereka itu tidak meyakini bahwa ayat-ayat yang dibaca itu adalah dongengan-dongengan orang-orang dahulu, yang bersimpang-siur dan tidak pula beranggapan bahwa Muhammad yang membuat-buatnya, karena mereka tidak pernah menuduh Muhammad seorang pendusta.

Allah berfirman:

فَاِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُوْنَكَ وَلٰكِنَّ الظّٰلِمِيْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ يَجْحَدُوْنَ

Karena sebenarnya mereka bukan mendustakan engkau, tetapi orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (al-An’am/6: 33);Dan firman Allah:

وَقَالُوْٓا اَسَاطِيْرُ الْاَوَّلِيْنَ اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلٰى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَّاَصِيْلًا

Dan mereka berkata, “(Itu hanya) dongeng-dongeng orang terdahulu, yang diminta agar dituliskan, lalu dibacakanlah  dongeng itu kepadanya setiap pagi dan petang.” (al-Furqan/25: 5)

Sebenarnya mereka bukan tidak meyakini kebenaran ayat-ayat itu, karena mereka sebenarnya telah mengetahui bahwa Nabi Muhammad itu adalah ummi, tetapi mereka mengatakan demikian itu hanyalah untuk merintangi orang-orang agar tidak mau mendengarkan Al-Qur’an.

Ada pula yang beranggapan bahwa pemimpin-pemimpin Quraisy seperti an-Na«ar bin al-¦aris, Abu Jahal, dan al-Walid bin Mugirah sama-sama bersepakat untuk menyuruh orang agar tidak mendengarkan Al-Qur’an.

Kemudian mereka datang ke rumah Nabi pada waktu malam untuk mendengarkannya dan mereka tertarik kepada Al-Qur’an itu. Karena begitu berkesannya bacaan Al-Qur’an pada hati mereka sehingga al-Walid bin Mugirah mengucapkan kata-kata yang terkenal, “Sesungguhnya Al-Qur’an bernilai tinggi”.

Itulah sebabnya mereka menghalang-halangi orang-orang Arab mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan menjauhkan orang-orang Arab dari Al-Qur’an, mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an itu sihir.


Baca juga: Kisah Kedermawanan Dua Sahabat Nabi Saw yang Diabadikan Al-Qur’an


Ayat 32

Allah mengingatkan kepada orang-orang mukmin tentang suatu peristiwa, di mana orang-orang kafir Quraisy menentang Nabi Muhammad bahwa apabila benar Al-Qur’an yang disebarluaskan oleh Muhammad itu betul-betul diturunkan dari Allah, seperti dikatakan oleh Nabi dan dijadikan dasar agamanya, maka orang-orang Quraisy meminta kepada Allah agar diberikan bukti, sebagai penguat perkataannya itu.

Mereka minta agar diturunkan hujan batu dari langit atau diberi siksaan yang pedih kepada mereka.

Di dalam ayat ini terdapat satu isyarat, sebenarnya orang-orang kafir Quraisy tidak akan mau menjadi pengikut Nabi Muhammad, meskipun apa yang dikatakan Muhammad itu benar-benar ayat-ayat yang diturunkan dari Allah.

Hal ini membuktikan bahwa mereka lebih menyukai kehancuran dari pada beriman kepada Muhammad. Mereka meminta kepada Allah agar dihujani batu dari langit atau disiksa dengan siksaan yang pedih.


Baca sebelumnya: Tafsir Surah Al Anfal Ayat 33-35


(Tafsir Kemenag)