Tafsir Surah Al Kausar Ayat 1-3

tafsir surah al kautsar
Tafsiralquran.id

Tafsir Surah Al Kausar Ayat 1-3 ini termasuk dalam himpunan surat-surat makiyah dan berjumlah paling sedikit, yaitu tiga ayat. Surat ini berada pada urutan surat nomor 108 dari 114 surat dalam Alquran. Adapun surat sebelumnya merupakan surat al Ma’un yang berjumlah tujuh ayat.

Baca sebelumnya: Tafsir Surat Al Ma’un Ayat 1-7

Dalam Tafsir Surah Al Kausar Ayat 1-3 ini berisi tentang nikmat dan anugerah Allah swt yang telah dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. adapun nikmat paling tinggi adalah berupa kenabian serta jalan yang lurus. Dalam pembahasan ini juga diperintahkan untuk ikhlas beribadah, seperti salat dan berkurban.

Ayat 1

Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa Dia telah memberi Nabi Muhammad nikmat dan anugerah yang tidak dapat dihitung banyaknya dan tidak dapat dinilai tinggi mutunya, walaupun (orang musyrik) memandang hina dan tidak menghargai pemberian itu disebabkan kekurangan akal dan pengertian mereka.

Pemberian itu berupa kenabian, agama yang benar, petunjuk-petunjuk dan jalan yang lurus yang membawa kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Orang-orang musyrik di Mekah dan orang-orang munafik di Medinah mencemoohkan dan mencaci-maki Nabi saw sebagai berikut:

Pertama, Pengikut-pengikut Muhammad saw terdiri dari orang-orang biasa yang tidak mempunyai kedudukan. Kalau agama yang dibawanya itu benar, tentu yang menjadi pengikut-pengikutnya orang-orang mulia yang berkedudukan di antara mereka. Ucapan ini bukanlah suatu keanehan, karena kaum Nuh juga dahulu kala telah menyatakan yang demikian kepada Nabi Nuh as sebagaimana firman Allah:

فَقَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ مَا نَرٰىكَ اِلَّا بَشَرًا مِّثْلَنَا وَمَا نَرٰىكَ اتَّبَعَكَ اِلَّا الَّذِيْنَ هُمْ اَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِۚ وَمَا نَرٰى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍۢ بَلْ نَظُنُّكُمْ كٰذِبِيْنَ  ٢٧

Maka berkatalah para pemuka yang kafir dari kaumnya, “Kami tidak melihat engkau, melainkan hanyalah seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang yang mengikuti engkau, melainkan orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya. Kami tidak melihat kamu memiliki suatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami menganggap kamu adalah orang pendusta.” (Hµd/11 : 27)

Sunnatullah yang berlaku di antara hamba-hamba Allah bahwa mereka yang cepat menerima panggilan para rasul adalah orang-orang biasa atau orang lemah karena mereka tidak takut kehilangan pangkat atau kedudukan, karena tidak mempunyai keduanya. Dari itu pertentangan terus-menerus terjadi antara yang merasa terpandang dengan para rasul, tetapi Allah senantiasa membantu para rasul-Nya dan menunjang dakwah mereka.

Begitulah sikap penduduk Mekah terhadap dakwah Nabi Muhammad. Pembesar-pembesar dan orang-orang yang berkedudukan tidak mau mengikuti Nabi karena benci kepada beliau dan terhadap orang-orang biasa yang menjadi pengikut beliau.

Kedua, orang-orang Mekah bila melihat anak-anak Nabi Muhammad meninggal dunia, mereka berkata, “Sebutan Muhammad akan lenyap dan ia akan mati punah.” Mereka mengira bahwa kematian itu suatu kekurangan lalu mereka mengejek Nabi dan berusaha menjauhkan manusia dari beliau.

Ketiga, orang-orang Mekah bila melihat suatu musibah atau kesulitan yang menimpa pengikut-pengikut Nabi, bergembira dan bersenang hati. Mereka menunggu kehancuran para pengikut Nabi, sehingga kedudukan mereka semula yang telah diguncangkan oleh agama baru itu kembali mereka peroleh.

Pada surah ini, Allah menyampaikan kepada rasul-Nya, bahwa tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh orang-orang musyrik itu adalah suatu prasangka yang tidak ada artinya sama sekali.

Namun semua itu adalah untuk membersihkan jiwa-jiwa yang masih dapat dipengaruhi oleh isu-isu tersebut dan untuk mematahkan tipu daya orang-orang musyrik, agar mereka mengetahui  bahwa perjuangan Nabi saw pasti akan menang dan pengikut-pengikut beliau pasti akan bertambah banyak.

Al-Kautsar diartikan sebagai sungai di surga yang dianugerahkan Allah kepada Nabi Muhammad, dan ada pula yang berpendapat bahwa al-kautsar bermakna kebaikan yang banyak.

Baca juga: Hubungan Unik Surat Al-Ma’un dan Al-Kautsar

Ayat 2

menyembelih hewan kurban karena Allah semata, karena Dia sajalah yang mendidiknya dan melimpahkan karunia-Nya. Dalam ayat lain, Allah berfirman:

قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ  ١٦٢

  لَا شَرِيْكَ لَهٗ ۚوَبِذٰلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ   ١٦٣

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).” (al-An’am/6: 162-163)

Ayat 3

Sesudah Allah menghibur dan menggembirakan Nabi Muhammad serta memerintahkan supaya mensyukuri anugerah-anugerah-Nya dan sebagai kesempurnaan nikmat-Nya, maka Allah menjadikan musuh-musuh Nabi itu jadi hina dan tidak berdaya.

Siapa saja yang membenci dan mencaci Nabi akan hilang pengaruhnya dan tidak ada kebahagiaan baginya di dunia dan di akhirat. Sedang kebaikan dan hasil perjuangan akan tetap  jaya sampai hari Kiamat.

Orang-orang kafir Mekah mencaci Nabi Muhammad bukanlah karena mereka tidak senang kepada pribadi Nabi, tetapi karena beliau mencela kebodohan mereka dan mencaci berhala-berhala yang mereka sembah serta mengajak mereka untuk meninggalkan penyembahan berhala-berhala itu.

Sungguh Allah telah menepati janji-Nya dengan menghinakan dan menjatuhkan martabat orang-orang yang mencaci Nabi Muhammad, sehingga nama mereka hanya diingat ketika membicarakan orang-orang jahat dan kejahatannya. Adapun kedudukan Nabi saw dan orang-orang yang menerima petunjuk beliau serta nama harum mereka diangkat setinggi-tingginya oleh Allah sepanjang masa.

Baca setelahnya: Tafsir Surat Al Kafirun Ayat 1-6

(Tafsir Kemenag)