BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al Lahab Ayat 1-2

Tafsir Surah Al Lahab Ayat 1-2

Tafsir Surah Al Lahab Ayat 1-2 berisi tentang pembangkangan orang yang berjuluk Abu Lahab. Ia merupakan paman Nabi Muhammad saw yang bernama asli Abu al-Uzza. Meskipun ia merupakan paman Nabi Muhammad, namun ia adalah salah satu orang yang gigih menentang risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad.

Surah ini merupakan surah ke 111 dalam urutan mushaf Usmani dan termasuk dalam surah-surah makiyah, yaitu surah yang turun di Mekah. Sebelumnya merupakan surah al-Fath yang menceritakan tentang sejarah Fathu Mekah.

Baca sebelumnya: Tafsir Surat An Nasr Ayat 1-6

Dalam Tafsir Surah Al Lahab Ayat 1-2 ini dijelaskan bahwa julukan Abu Lahab tersebut merupakan simbol bahwa kelak ia akan menjadi penghuni neraka. Ia menjadi orang yang binasa kedua tangannya. Meski ia bergelimang harta, namun hartanya itu tidak dapat menyelamatkannya dari siksa api neraka.

Ayat 1

Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa Abµ Lahab akan rugi dan binasa dan kata-kata ini sebagai kutukan dari Allah baginya. Binasa pada kedua belah tangannya karena tangan adalah alat bekerja dan bertindak. Bila kedua belah tangan seseorang telah binasa, berarti ia telah binasa.

Dikatakan Abµ Lahab, padahal namanya Abdul-‘Uzza, karena ia berwajah tampan menawan. Namun para ulama berpendapat bahwa dikatakan Abµ Lahab karena ia pasti menjadi penghuni neraka yang bergejolak apinya. Hal itu seperti orang komunis memilih syiar merah dan golongan kiri karena golongan kiri adalah ashab asy-syimal.

Permulaan ayat ini adalah kutukan atas kebinasaan Abµ Lahab dan penutupnya adalah sebagai keterangan dari Allah bahwa kutukan tersebut telah terbukti dan Abµ Lahab pasti rugi di dunia dan di akhirat.

لمَاَّّ نَزَلَتْ (تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ) أَقْبَلَتِ اْلعَوْرَاءُ أُمُّ جَمِيْلٍ بِنْتُ حَرْبٍ وَلَهَا وَلْوَلَةٌ وَفِيْ يَدِهَا فِهْرٌ وَهِيَ تَقُوْلُ : مُذَمِّمًا أَبَيْنَا وَدِيْنَهُ قَلَيْنَا وَأَمْرَهُ عَصَيْنَا وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ فِي اْلمَسْجِدِ وَمَعَهُ أَبُوْ بَكْرٍ فَلَمَّا رَآهَا أَبُوْ بَكْرٍ قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ قَدْ أَقْبَلَتْ وَأَناَ أَخَافُ أَنْ تَرَاكَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّهَا لَنْ تَرَانِيْ وَقَرَأَ قُرْآنًا فَاعْتَصَمَ بِهِ كَمَا قَالَ وَقَرَأَ (وَإِذَا قَرَأْتَ اْلقُرْآنَ جَعَلْنَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ الَّذِيْنَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ بِاْلاَخِرَةِ حِجَابًا مَسْتُوْرًا) فَوَقَفَتْ عَلَى أَبِيْ بَكْرٍ وَلَمْ َتَرَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ : يَا أَبَا بَكْرٍ إِنِّي أُخْبِرْتُ أَنَّ صَاحِبَكَ هَجَانِيْ فَقَالَ : لاَ وَرَبِّ هَذَا اْلبَيْتِ مَا هَجَاكَ فَوَلَّتْ وَهِيَ تَقُوْلُ : قَدْ عَلِمَتْ قُرَيشٌ أَنِّي بِنْتُ سَيِّدِهَا.

(رواه الحاكم)

Ketika ayat tabbat yadā abi lahabin watabba turun, Ummu Jamil al-Aurā (wanita yang sebelah matanya buta) binti Harb datang sambil berteriak-teriak. Ia membawa batu sekepalan tangan, seraya berkata. “Dia mencela (agama kami), kami menolak. Agamanya kami benci dan perintahnya kami bantah.”

Ketika itu Nabi saw. duduk di dalam masjid bersama Abu Bakar. Ketika Abu Bakar melihat wanita itu, beliau berkata, Wahai Rasulullah, wanita itu telah datang. Saya khawatir dia melihatmu.” Maka Rasulullah saw. berkata “Dia tidak akan melihatku.”

Kemudian Nabi membaca sebuah ayat dan berlindung dengan menggunakan ayat itu. Beliau membaca “Dan apabila kamu membaca Alquran, kami jadikan diantara kamu dan orang-orang yang tidak beriman itu penghalang yang tertutup. Wanita itu berdiri di depan Abu Bakar, namum ia tidak bisa melihat Rasulullah saw.

Ia berkata, “Hai Abu Bakar, aku mendapat kabar bahwa temanmu itu telah menghinaku.” Abu Bakar berkata, “Tidak. Demi Tuhan Pemilik Kabah. Dia tidak mencelamu. Lalu wanita itu berpaling sambil berkata, Kaum Quraisy telah tahu kalau aku adalah putri pembesarnya.” (Riwayat al-Hākim)

Baca juga: Asma Putri Abu Bakar, Sahabat dan Mufassir Perempuan yang Berjasa Dalam Hijrah Nabi

Ayat 2

Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa apa yang menjadi kebanggaan Abµ Lahab dalam hidup, yaitu harta dan kedudukan, ternyata sama sekali tidak dapat menyelamatkannya dari azab Allah pada hari Kiamat. Begitu pula usahanya untuk memusuhi dan mengalahkan Nabi Muhammad tidak berhasil sama sekali.

Abµ Lahab sangat membenci Nabi saw dan paling gigih mengajak orang untuk menentangnya dan paling kasar menghadapinya. Rab±‘ah bin ‘Ubb±d berkata:

رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى الْجَاهِلِيَّةِ فِى سُوْقِ ذِى الْمَجَازِ وَهُوَ يَقُوْلُ: قُوْلُوْا لاَ إِلٰهَ اِلاَّ اللهُ تُفْلِحُوْا، وَالنَّاسُ مُجْتَمِعُوْنَ عَلَيْهِ، وَرَاءَهُ رَجُلٌ وَضِيْءُ الْوَجْهِ اَحْوَلُ الْعَيْنَيْنِ ذُوْ غَدِيْرَتَيْنِ يَقُوْلُ إِنَّهُ صَابِىءٌ كَاذِبٌ يَتْبَعَهُ حَيْثُ ذَهَبَ فَسَأَلْتُ عَنْهُ فَقَالُوْا: هٰذَا عَمُّهُ أَبُوْ لَهَبٍ.

(رواه أحمد)

Saya melihat Nabi Muhammad saw pada masa Jahiliah di pasar Zµ al-Majaz bersabda, “Ucapkanlah tiada Tuhan melainkan Allah niscaya kamu akan berbahagia!” Orang-orang berkumpul di sekitar beliau.

Di belakang beliau seorang laki-laki, putih warna mukanya, juling matanya, mempunyai dua untaian rambut di kepalanya, berkata, “Dia (Muhammad) beragama Sabi’ dan pembohong.” Ia mengikuti Nabi ke mana saja beliau pergi, lalu saya bertanya, “Siapakah orang itu?” Mereka menjawab, “Itu adalah pamannya sendiri Abµ Lahab.” (Riwayat Ahmad)

Dengan ini dijelaskan bahwa Abµ Lahab selalu menentang kebenaran dan menjauhkan orang dari mengikuti kebenaran. Ia menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw adalah seorang pendusta. Ia juga menentang beliau dan merendahkan nilai agama serta petunjuk yang beliau bawa.

Baca setelahnya: Tafsir Surah Al Lahab Ayat 3-5

(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

QS. Al-Isra’ (17) Ayat 36: Taklid yang Diharamkan!

0
Taklid dapat dipahami sebagai suatu bentuk perilaku seseorang yang mengikuti suatu perintah atau menerima pendapat dari orang lain tanpa memiliki pemahaman yang didasari dengan...